Wicked Game

Hendra Purnama
Chapter #43

Ganjalan Perasaan Tidak Enak yang Datang Tiba-Tiba

Sax menutup bukunya, mendadak ia merasa penat. Segala teori tentang kesepian memenuhi kepalanya dan serasa memukul-mukul dari dalam. Sax memandang Rud yang seperti sedang termenung memandangi layar komputer. Sepertinya dia sedang mempersiapkan playlist hari ini.

“Hei Rud, kamu… apa rasanya sih tidak menikah?”

“Hmm…” Rud menoleh, rupanya ia tidak menyimak. “Apa tadi?”

“Rasanya tidak menikah...”

Rud memang belum menikah sampai usia di atas tiga puluh lima begini. Bukan hal yang perlu dipertanyakan di jaman sekarang, tapi setelah membaca soal kesepian itu Sax merasa perlu membandingkan situasi. Dia sudah menikah dan merasa kesepian, memang tidak ada hubungan yang pasti antara kesepian dan pernikahan, tapi Sax hanya penasaran saja.

“Bagian mana yang mau kamu tahu?”

Sax mengangkat bahu. “Entahlah, bagian di mana kamu merasa bebas?”

“Bebas ya… aku tidak bisa mengatakan apa-apa karena aku tidak menikah, tapi memang terkadang aku ingin punya istri juga.”

“Oh iya?”

“Ya, hanya pada saat sedang ingin dipijit.”

Sax dan Rud tertawa lepas. Rud menuding buku Ceramicist. “Sudah kubilang, hati-hati baca buku itu!”

Sax memandangi buku itu. “Iya… di bab awal sudah bicara tentang kesepian. Agak membuat saya berpikir juga sih.”

Rud hanya mengangguk. Sax memperhatikan ponselnya, pesannya e May sama sekali belum terbalas. Sax ingin mengobrol lagi tapi dilihatnya Rud sedang sibuk, akhirnya Sax lagi-lagi tenggelam dalam bukunya. Dia membaca ulang bab-bab awal tentang kesepian, hingga tak terasa waktu menunjukkan pukul sepuluh.

Rud mulai membuka café itu. Awalnya Sax tetap duduk sendirian. Tapi setengah jam setelah dibuka, beberapa orang mulai masuk. Sax merasa tempat itu mulai ramai, dan dia sedikit tidak suka. Dia perlu sesuatu untuk mengalihkan perhatian. Sekali lagi ia coba mengontak May, masih juga tidak diangkat. Lalu Sax mengirimkan pesan lagi: ‘Saya akan tunggu sampai kamu datang.’

Sax membuka lagi buku Ceramicist, tapi dia sudah hilang konsentrasi untuk membaca. Setelah menimbang-nimbang, Sax mengeluarkan lagi ponselnya dan menelepon Wil. Sampai lima kali nada dering itu berbunyi, belum juga diangkat. Ini agak aneh karena Wil adalah tipe orang yang cepat mengangkat telepon dari siapapun. Kecuali saat tidur atau mandi. Maka tepat ketika Sax berpikir Wil masih melakukan salah satu dari kedua hal itu, tepelpin itu diangkat.

“Halo…”

“Hai Wil, aku lagi di Rud… kamu mau ke sini?

Ada jeda sebentar. “Oke, satu jam lagi”

Lihat selengkapnya