Wicked Game

Hendra Purnama
Chapter #44

Sebuah Kuadran, Tempat Manusia Berada

Sax melirik ke luar, agak mendung dan gerimis sudah mulai turun. Tampaknya memang sudah mulai masuk musim hujan. Sax memandangi titik-titik gerimis. Cukup jelas dari tempat duduknya. Hujan di pagi hari. Benar-benar merusak banyak rencana. Sax merasa hujan seharusnya hanya datang sore hari. Tapi siapa yang bisa benar-benar mengatur cuaca?

Ketika akhirnya Sax meneguk habis cappuccino-nya, hujan mulai turun.

“Sudah mulai masuk musim hujan ya?”

Rud memandang ke luar. “Iya… baru beberapa hari sih, di beberapa tempat di kota ini katanya sudah hujan.”

Sax memutar-mutar gelasnya yang sudah kosong. Mendadak perasaannya jadi sendu. Entah ini pengaruh dari gerimis yang turun, atau karena lagu yang sekarang sedang diputar, atau bisa juga gabungan keduanya.

“Kamu putar lagu apa sih? Itu rasanya sudah berkali-kali diputar!”

Rud tertawa. “Ah akhirnya, ada yang sadar juga. Lagu ini biasanya kuputar tujuh kali di awal playlist.”

“Apa judulnya?”

Shape of My Heart.

“Penyanyi?”

“Sting.”

“Sting… saya tahu sih ada penyanyi namanya Sting, tapi saya tidak mengikuti lagunya. Saya kira, ini lagunya sedih, kenapa jadi pembukaan? Biasanya orang kalau membuka hari itu dengan lagu ceria.”

“Karena aku suka lagu ini, nadanya, syairnya, filosofinya. Semuanya.”

“Saya tidak bisa menebak maksudnya, dari tadi mendengarkan, memang agak kurang jelas juga sih syairnya.”

“Lagu ini… menceritakan tentang seorang penjudi yang bertaruh bukan untuk menang tetapi untuk mencoba mencari tahu sesuatu; untuk mencari tahu semacam logika mistik dalam keberuntungan, atau kebetulan, atau semacam hukum ilmiah, hampir menyerupai urusan ideologi ketimbang berjudi. Kurang lebih begitu yang aku pahami.”

Lihat selengkapnya