Sejak pagi ada yang membuat Sax tidak nyaman, perasaannya. Entah kenapa, ada resah yang tidak tahu penyebabnya. Namun membuat dirinya begitu gelisah. Apalagi setelah kejadian yang datang bertubi-tubi. Tentang rasa, yang tidak bisa dipungkiri. Bahwa Sax begitu takut kehilangan keduanya, Istrinya dan Yum. Jahat? serakah? atau apakah sebutan yang pantas untuk dirinya saat ini, yang tidak mau meninggalkan keduanya.
Kecewa, itu yang tersirat di wajah istrinya. Yum, dia? Sejak terbongkar semuanya, perempuan ini lebih banyak mengunci mulut. Ini yang membuat Sax khawatir, karena diluar kebiasaan Yum yang pandai bercerita. Kini sedikit bicara, seperti mulai menghindar. Jarang memberi kabar, atau sekedar bertegur sapa melalui pesan Wattsapp.
Sax mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celana. Pesan yang sejak tadi pagi dikirim masih belum di jawab Yum. Ini sangat di luar kebiasaan, 'ada apa dengan Yum?' kini Sax benar-benar merasa khawatir. Beberapa kali panggilan telepon Sax pun tidak Yum angkat. Sungguh kali ini Sax benar-benar mengkhawatirkan Yum.
Biasanya perempuan itu yang paling rajin mencari kabar dirinya. Mulai menanyakan pekerjaan sampai urusan makan, menjadi rutinitas yang setiap hari dilakukan Yum. Segala perhatian Yum menjadi candu bagi Sax, bila sehari saja Yum tidak menyapanya. Sungguh kali ini di luar kebiasaan, Sax berharap semoga semua baik-baik saja. Sax sangat ingin menemui Yum. Satu hari ini benar-benar Yum seperti menghilang ditelan bumi, tidak ada kabar, tidak menjawab pesan juga tidak menjawab telepon. Sax berpikir, jika Yum tengah membuat jarak darinya. Dia kecewa, hatinya luka sama halnya dengan perempuannya di rumah. Sungguh kali ini dirinya dihadapkan dengan dua pilihan dan keadaan yang begitu sulit.
Tiba-tiba berdesir rasa yang begitu takut, takut kehilangan Yum. Sax ingin bicara dari hati ke hati, bahwa ini bukan kemauan tapi semua terjadi karena keadaan. Sax tidak ingin membuat hati Yum yang rapuh itu semakin hancur dan merana, Sax harus berada di dekat Yum. Meski sebenarnya Sax menyadari jika istrinya pun memerlukan kehadiran dirinya. Namun untuk kali ini -- Yum, yang harus ditemuinya segera sebelum pulang ke rumah. Karena sudah beberapa hari ini sikap Yum berubah drastis, itu yang membuat Sax begitu mengkhawatirkannya.
Dering suara ponselnya membuyarkan lamunan Sax. Nama Yum, tertera di layar ponsel. Sebaris senyum spontan hadir di bibir Sax, 'akhirnya Yum menelepon balik ... ' "Sore Yum, Hai! seharian ini saya telepon kamu tapi tidak diangkat? kamu baik-baik -- "
Sebelum Sax menyelesaikan kata-katanya, dari seberang telepon seseorang berdehem dan Sax baru menyadari jika yang meneleponnya dengan nomor Yum bukanlah Yum.
"Selamat sore, maaf ini dengan Bapak Sax?"
Sesaat Sax tertegun, bahagianya kini berubah menjadi tanya,
Yaa-sa-ya, Sax."
Informasi selanjutnya datang seperti kabut, Sax hanya mengingat sedikit saja bahwa penelepon itu adalah seorang Polisi, dan dia harus datang ke rumah Yum segera. Tidak bisa ditawar lagi. Kembali degup jantung Sax semakin tidak karuan, firasat buruk mulai bergelayut dan meracuni otaknya. Tanpa berpikir panjang lagi Sax bergegas mengambil kunci mobilnya dan menuju rumah Yum.
Suasana sore yang beranjak malam, menghadirkan jingganya sang senja yang berpedar beradu dengan lampu jalan yang mulai terang. Cahayanya bersinar menerangi jalanan yang begitu sesak dengan para pejuang rupiah yang hendak pulang. Kali ini Sax tidak mau terlambat, keinginannya hanya ingin segera sampai di rumah Yum. Pernyataan polisi tadi, benar-benar telah membuatnya penasaran dan disergap rasa tak nyaman.