Wikan dan Widi

Bintang Harly Putra
Chapter #1

PROLOG

Subuh ini, Pamulang lebih sejuk ketimbang biasanya. Membuatku harus mengerahkan tenaga ekstra untuk beranjak dari kasurku. Mandi, Solat Subuh, dan siap-siap untuk memulai hari monotonku pagi ini. HP-ku seketika berdering dan membuatku lekas-lekas harus mengangkatnya,

“Nina, udah siap belum lu?, buruan ke bunderan, ayo takutnya keburu telat nih”, suara Jordi, kawan kerjaku sekaligus seorang kameramen di portal majalah berita, yang pagi ini akan menemaniku untuk meliput hal yang cukup nyeleneh yang terjadi di sebuah komplek di bilangan karawaci, Kami diminta untuk meliput sekaligus merangkum tentang cerita hidup dua orang biasa-biasa saja di kampung Cibebek, yakni si kembar Wikan dan Widi (beberapa dari kalian mungkin terkaget dengan betapa kerennya nama mereka untuk sekedar nama orang-orang kampung, kamipun terheran-heran ketika pertama kali mendengarnya), atasan kami bilang bahwa kami sudah dibuatkan agenda untuk mewawancarai tujuh orang hari ini, tujuh kisah dari orang berbeda yang akan kami rangkum dalam halaman khusus biografi bertema “Bukan siapa-siapa” di majalah redaksi kami bulan depan. Halaman khusus biografi ini sengaja kami buat untuk menceritakan kisah hidup orang yang sangat tidak dikenal dan orang yang dianggap biasa-biasa saja, karena atasan kami menganggap bahwa lebih baik untuk membahas cerita orang biasa yang random dan absurd sekalipun ketimbang membahas cerita publik figur yang kebanyakan bohongnya, meski banyak pimpinan redaksi yang menentangnya, ia tetap kekeuh dengan idealismenya, itulah yang membuatku semakin suka dan betah dengan pemimpin seperti dia.

Kembali ke ceritaku pagi ini. Dengan mobil milik kantor, Jordi dan aku terpaksa harus berangkat lebih pagi, karena yang kita tahu bahwa jadwal meliput kami pagi ini berbarengan dengan rencana demo yang dilakukan oleh aktivis pencinta buaya kepada departemen pusat bahasa dan sastra indonesia, mereka ingin menuntun penghapusan penggunaan kata buaya bagi para laki-laki “bajingan”. Ya, makin ke sini, makin aneh-aneh saja memang kelakuan orang-orang, dan bagiku dan tim, ini adalah rezeki nomplok, karena semakin aneh kelakuan masyarakat, maka akan menarik dan semakin beragam juga berita yang bisa perusahaan kami wartakan.

Lihat selengkapnya