Wikan dan Widi

Bintang Harly Putra
Chapter #2

BAB 1 : ANAK-ANAK BIDUAN

Oleh : Pak Gigih (Sesepuh Kampung Cibebek)


Kalau bicara tentang si kembar Wikan dan Widi, jujur tak banyak yang saya tahu. Tapi kalau berbicara tentang ibunya, wah, mungkin tak selesai-selesai obrolan kita tentangnya. Tepat 20 tahun lalu, ibu mereka, orang-orang kampung sini memanggilnya Jelita, adalah seorang biduan yang paling alim, ya, saya tidak bercanda, dia dikenal sebagai biduan yang sekalipun tampil dengan pakaian terbuka, dia selalu menjaga dirinya dari godaan otak kotor pria-pria yang mendekatinya, selain itu, untuk urusan lima waktu tidak pernah ditinggalkannya, pernah suatu ketika dia sangat marah ketika di paksa untuk manggung saat mepet dengan adzan shalat Ashar, dari sini bisa kita tahu bahwa dia termasuk seorang muslim yang terbilang cukup taat.

Entah apa yang ada dipikirannya saat itu ketika menemui saya dan mengenalkan dirinya, ia bilang dia ingin bekerja dengan saya sebagai seorang biduan, saat itu usianya terbilang masih sangat muda, seumuran anak SMA. Ketika saya tes, bisa di bilang suaranya biasa-biasa saja, tidak terlalu bagus dan tidak terlalu buruk, standar-standar saja, tapi untungnya hal itu tertolong oleh parasnya yang jelita, persis seperti namanya. Wanita itu, Jelita, kemudian mulai berbicara rada-rada sendu selepas saya menanyakan tentang alasannya, ia bercerita bahwa sekarang dia terpaksa harus menghidupi dua orang anak yang masih balita dan orang tua yang sudah renta. Tentu saja saya kaget dan bertanya, bagaimana bisa dia mempunyai dua anak?, padahal umurnya sangat muda. Tanpa banyak cerita, dia hanya menjawab bahwa anaknya kembar, jadi keduanya lahir dalam waktu yang berdekatan, hal itu lantas menutup pertemuan kita berdua waktu itu. Saya menyuruhnya untuk pulang dan memintanya kembali lagi besok pagi untuk saya perkenalkan dengan biduan dan pekerja-pekerja organ tunggal saya yang lain.

Kalau untuk awal karirnya sebagai biduan, tidak ada yang spesial untuk di ceritakan. Yang pasti, ia sukses menjadi biduan yang diidam-idamkan oleh para pemuda-pemuda kampung sini. Kesana-kemari, hilir mudik cerita tentang namanya serta wajahnya yang jelita selalu saja terdengar di setiap sudut-sudut tongkrongan kampung Cibebek. Namun, ada satu cerita yang menjadi awal dari penutup perjalanan karir biduan jelita ini.

Tepatnya saat si kembar Wikan & Widi (begitulah orang-orang di sini memanggil mereka) pertama kali masuk ke sekolah dasar, sebelum berangkat Wikan bertanya pada ibunya

“Mami, kalau misalkan Wikan nanti ditanya pekerjaan orang tua Wikan, Wikan harus jawab apa?”

“Jawab saja Seniman Wikan”, jawab Jelita dengan santainya kala itu

“Wah, oke ma, nanti Widi jawab gitu juga”, ucap Widi menimpali ucapan maminya

Jawaban itulah yang terus-terusan terpatri dalam otak anak-anaknya, bahwa mami mereka adalah seorang seniman. Hingga tiba suatu ketika seorang teman SD Wikan dan Widi bertanya kepada mereka, ibu mereka seniman yang seperti apa. Tentu saja mereka berdua hanya bingung dan tak tahu harus jawab apa, karena mami mereka tidak pernah menjelaskan apa-apa lagi seusai mengenalkan diri sebagai seorang seniman. Mereka hanya janji akan menjawab pertanyaan itu besok seusai tahu seniman macam apa mami mereka.

Di perjalanan pulang mereka berdua memutar otak untuk mencari tahu pekerjaan asli mami mereka. Widi kecil lekas-lekas melempar ide kepada abangnya, Wikan.

“Gimana kalau kita ikut mami kerja bang?, biar kita tahu gitu, mami itu seniman apa”, ucap Widi.

“Ya kalau mami gak ngebolehin gimana?”, jawab Wikan membalas ide adiknya

“Pasti boleh bang, mami kan baik”, balas Widi dengan polosnya

“Yaudah deh, boleh, tapi nanti kamu yang bilang ya ke mami, abang gak tanggungjawab kalau misalkan mami marah”, ucap Wikan mencoba menjahili adiknya

“Santai aja, serahin sama Widi bang”

Usai percakapan mereka itu Widi lekas-lekas berlari kecil dengan sumringah meninggalkan abangnya yang berjalan dengan santai di belakangnya. Sesampainya di rumah mereka, Widi langsung berbicara kepada maminya tentang keinginannya untuk ikut pergi bekerja bersama maminya.

Lihat selengkapnya