Will Be Better

Venn Rara
Chapter #4

Makna

Aleeza menatap pemandangan di sekelilingnya. Banyak pedagang kaki lima yang menjual barang-barang unik nan lucu yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Ada juga yang menawarkan jasa seperti memperbaiki alat elektronik, foto keliling, dan lain-lain. Seperti janjinya kemarin, hari ini Rena mengajak Aleeza untuk memperbaiki bros angsa milik sekolah. Rena mengajaknya ke sebuah pasar yang terletak di pinggir kota. Aleeza belum pernah kesini sebelumnya. Bahkan ia baru mengetahui adanya pasar ini.

Sesekali terdengar suara cipratan air yang terinjak oleh sandal orang-orang yang sedang berlalu-lalang. Aleeza yang selalu menghindari genangan air pada akhirnya juga terkena cipratan yang mengakibatkan sepatunya menjadi basah. Ia membiarkan Rena berjalan mendahuluinya. Entahlah, ia hanya lebih suka berjalan di belakang meski Rena sudah berkali-kali menarik tangannya agar mereka bisa berjalan sejajar.

Rena menghentikan langkahnya. Mereka sudah sampai. Kios kecil dengan spanduk beruliskan Aba's Magic yang bahkan tulisannya hampir hilang. Seorang pria berumur sekitar 50'an tahun menghampiri mereka. Ia menanyakan apakah ada yang bisa dirinya bantu. Rena menyuruh Aleeza untuk mengeluarkan bros angsa itu. Aleeza hanya mengangguk seraya mengeluarkan bros angsa dari tas miliknya kemudiang menyerahkannya pada Rena.

Setelah Rena menjelaskan maksud dan tujuannya, pria itu mengangguk paham dan meneliti lebih dekat bros angsa tersebut.

"Bisa bisa. Ditinggal saja barangnya."

"Kira-kira kapan ya bisa diambil?" Tanya Rena.

"Kemungkinan besok siang sudah selesai."

Tidak mungkin. Bahkan besok pagi kegiatan sudah dimulai, yang artinya ia membutuhkan bros itu. "Apa nggak bisa sore ini? Soalnya dipakai untuk besok pagi."

"Wah maaf dek. Soalnya masih banyak barang lain yang juga harus diperbaiki."

Aleeza menatap Rena, memberi isyarat bahwa ia benar-benar butuh bros itu besok. Rasanya ia akan menangis saat itu juga. Rena menggenggam tangan Aleeza untuk menenangkan.

"Hmm.. kalau besok pagi bisa nggak ya? Soalnya bener-bener butuh besok pagi,"

Pria itu terdiam sejenak, "okedeh. Saya usahakan besok pagi."

"Terimakasih, pak."

Matahari semakin terik dan panas mulai menyengat menembus kulit. Rena mengajak Aleeza untuk mampir sebentar ke kafe sebelum mereka pulang. Aleeza memesan mochaccino cincau sedangkan Rena memesan matcha latte.

Sembari berbincang-bincang, tiba-tiba saja Rena bercerita tentang alasan kenapa bros angsa itu begitu dipermasalahkan oleh sekolah mereka. Padahal hanya sebuah bros, kan? Tetapi sayangnya tidak. Bukan soal barang atau harga, tapi soal makna dibalik barang itu.

"Bros itu udah ada sejak kepala sekolah pertama. Beliau mendapatkan bros itu sebagai hadiah pemegang kepala sekolah terbaik selama sepuluh tahun. Beliau sangat disukai oleh guru hingga murid di sekolah. Sayangnya saat memasuki tahun ke sebelas beliau jatuh sakit dan meninggal dunia. Sebelumnya beliau udah berpesan agar pihak sekolah menyimpan dan menjaga bros itu. Sejak saat itu, mulai dari kepala sekolah kedua dan seterusnya, setiap ada pergantian kepala sekolah bros itu selalu di sematkan saat acara penyambutan kepala sekolah baru. Pihak sekolah percaya dengan adanya bros iu mereka akan mendapatkan kepala sekolah yang sama dengan kepala sekolah pertama."

Aleeza tertegun. Pantas saja sekolah sangat menjaganya.

Lihat selengkapnya