Will Be Better

Venn Rara
Chapter #5

Perpustakaan

Perpustakaan tampak lengang. Mungkin karena sekarang masih terlalu pagi. Waktu baru menunjukkan pukul delapan lewat lima belas menit yang berarti perpustakaan baru saja dibuka. Aleeza selalu datang ke perpustakaan pagi-pagi sekali karena perpustakaan masih sepi. Bahkan sekarang hanya Aleeza seorang diri yang berada di perpustakaan. 

Biasanya Aleeza datang ke perpustakaan bersama Vika, tetapi hari ini Vika ada urusan keluarga. Jadi Aleeza pergi seorang diri. Sebenarnya Aleeza ragu, karena ia tidak terbiasa bepergian seorang diri. Ia selalu merasa takut-walaupun jika ada hal mendesak pada akhirnya ia pergi seorang diri juga, seperti saat ke Aba's Magic.

Aleeza mengelilingi seluruh ruangan, mencari buku yang akan dibacanya. Berjalan melewati rak koleksi umum, filsafat dan psikologi, hingga pada akhirnya berhenti di rak novel. Novel menjadi satu-satunya jenis buku yang ia sukai. 

Ia jarang sekali membaca buku-buku non-fiksi. Hal itu karena ia selalu kesulitan menemukan buku non-fiksi yang pas dengan seleranya. Buku yang bisa membuatnya tertarik dan tidak bosan ketika membacanya. Ia sudah beberapa kali mencoba untuk membeli buku non-fiksi. Awalnya ia memang tertarik, tetapi lama-kelamaan ia menjadi bosan dan malas membacanya. Pada akhirnya buku-buku tersebut berakhir menjadi pajangan di kamarnya.

"Brother..." Aleeza membaca judul novel dihadapannya. Ia mengambil novel tersebut dan mencoba membaca blurbnya.

Aleeza berjalan mencari tempat duduk dengan mata yang masih membaca novel. Ia mulai membuka bab pertama ketika menemukan tempat duduk yang pas. Halaman demi halaman ia baca dengan heningnya suasanya perpustakaan. Perlahan orang-orang mulai berdatangan untuk membaca ataupun sekadar mengerjakan tugas. Aleeza tetap fokus membaca bukunya. Ketika sedang membaca, tidak ada yang bisa mengganggunya karena ia terlalu larut dalam cerita.

Pandangannya teralih ketika merasa akan ada seseorang yang akan menghampirinya. Benar saja, seorang gadis berambut panjang dengan bando berwarna lilac tersenyum padanya. Aleeza dengan canggung membalas senyum gadis itu.

"Boleh aku duduk disini?" tanya gadis itu setengah berbisik.

Aleeza mengangguk seraya mempersilakan. Tentu saja, ini adalah perpustakaan. Siapa saja bisa duduk bersama. Tanpa disadari Aleeza terus menggoyang-goyangkan kedua kakinya. Ia menjadi tidak fokus membaca karena sekarang sedang duduk bersama orang asing. Ia merasa gugup. Canggung. Otaknya terlalu berisik membicarakan hal-hal yang aneh. Kira-kira dia nyaman nggak ya didekatku? Perlu sapa nggak ya?

Memang seharusnya mereka tidak perlu saling sapa dan fokus saja dengan bacaan masing-masing. Tetapi tetap saja...

Tidak terasa Aleeza sudah membaca hingga pertengahan bab. Ia melirik jam tangannya. Hampir memasuki jam dua belas siang. Aleeza menimang-nimang novel 'Brother' ditangannya. Berpikir sejenak akan meminjam atau mengembalikan buku tersebuk ke rak semula. Pinjam ajalah...

Tubuhnya beranjak meninggalkan tempat duduk dan pergi menuju meja layanan sirkulasi. "Ada membawa kartu anggotanya?" tanya seorang pustakawan.

Aleeza merogoh tas selempang mini miliknya, mencari keberadaan dompetnya. Ia mengambil kartu anggota dan menyerahkannya kepada pustakawan. Selagi menunggu, ia memandang ke arah bawah, memainkan kedua kakinya.

"Hai. Ketemu lagi,"

Aleeza terkejut ketika seseorang menepuk pundaknya. Ternyata itu gadis yang tadi sempat meminta izin untuk duduk di hadapannya.

"Silakan tanda tangan terlebih dahulu," pustakawan menyodorkan buku catatan peminjaman pada Aleeza. Setelah menandatanganinya, pustakawan kemudian menyerahkan novel 'Brother' yang Aleeza pinjam.

"Duluan ya," ucap Aleeza pada gadis di sebelahnya.

"Eh, sebentar," gadis itu menghentikan langkah Aleeza. "Tunggu aku. Kita keluarnya barengan."

Aleeza tampak ragu. Tetapi pada akhirnya ia mengangguk mengiyakan.

"Kamu sering ke perpustakaan?" tanya gadis itu memulai pembicaraan.

"Hmm... lumayan. Nggak setiap hari juga sih. Tapi tiap minggu setidaknya ada sekali kesini."

Lihat selengkapnya