" Apakah mencintaimu ada kata terlambat? Ku harap dalam kamusmu tak ada karna aku sekarang baru tau kalau kau cinta sejati ku. "
~Akhtar Qabeel Alfarezi~
Satu minggu kemudian...
Seorang laki-laki sedang termenung di teras depan rumahnya, menatap jalanan dengan tatapan kosong. Hening, sepi, kosong apakah ada kehidupan saat ini untuk nya? Masih adakah seseorang yang menghampiri nya? Ataukah hanya debu sebagai pertanda bahwa ia tak memiliki orang yang berharga sungguh miris hidupnya.
" Akhtar! " Panggil seseorang yang menghampiri nya dari dalam rumah.
Yang di panggil hanya diam membisu masih setia dengan tatapan kosongnya mengabaikan kehidupan yang sekarang ada padanya.
" Akhtar! " Panggil orang itu lagi tapi tetap saja, Akhtar tak merubah posisinya tak ada respon apapun darinya tak ada kata yang terucap dari bibir tipisnya.
Karna mengetahui tak ada respon, orang itu langsung menepuk bahu Akhtar dan akhirnya Akhtar pun menoleh.
" Eh mamah, ngangetin aja. Ada apa mah? " Tanyanya.
" Harusnya mamah yang tanya kamu kenapa, kok mamah panggil gak nyaut-nyaut? " Tanyanya.
" Emang mamah tadi panggil Akhtar ya? " Tanyanya.
" Iya, kamu kenapa? " Tanyanya balik.
" Gak papa, " Jawabnya.
" Kamu lagi ada masalah? " Tanyanya.
" Enggak papa mah, eh aku mau tanya mah? " Tanyanya.
" Tanya apa? " Tanya Bu Emma balik.
" Rhania kok lama banget sih di rumah Tante Hanifah nya? " Tanyanya.
" Besok mungkin dia pulang, " Jawabnya.
" Udah berulang kali mamah bilang besok, buktinya sampai satu minggu Akhtar belum liat Rhania pulang telepon pun gak pernah. Terus tiap kali Akhtar coba telepon dia gak pernah di angkat. " Ucap Akhtar.
Ya setiap Akhtar bertanya Rhania kenapa belum pulang dari rumah Bu Hanifah, jawaban yang selalu Bu Emma dan Pak Jefri lontarkan adalah 'besok mungkin dia pulang'.
" Mungkin dia lagi sibuk, " Ucap Bu Emma.
" Sesibuk itu sampe gak bisa ngabarin? Emang dia di sana ngapain kok sampe sibuk sih?" Tanyanya heran.
" Udah lah bisa gak sih kamu galau bahas dia terus? " Tanya Bu Emma.
" Mamah kok jadi nge gas gitu sih, aku kan cuman tanya doang lagian wajar kan kalau seorang kakak khawatir sama adiknya. " Ucapnya.
" Doa bukan adik kamu Akhtar, " Bentaknya.
" Maksud mamah? " Tanyanya bingung.
Bu Emma baru tersadar bahwa dia keceplosan, mengapa mulutnya ini tidak bisa di ajak kompromi dia jadi bingung harus berkata apa.
" Mah jawab, mamah kok malah diem? " Tanyanya.
" Udah lupain aja! " Pintanya.
" Gak bisa gitu dong mah, jangan ada yang di sembunyiin dari aku kenapa mamah bisa bilang kalau Rhania bukan adik aku? " Tanyanya.