“Woy Jo, futsal yuk ntar malem.”
“Woy No, kangen banget gue nongkrong bareng lo!” Gue menerima WhatsApp call dari Gino, setelah beberapa menit sebelumnya muncul notifikasi whatsapp group chat dengan ajakan yang sama.
“Ahaha… makanya yuk ntar malem futsal, kalo pulangnya lo mau ngajak gue nongkrong buat Wine Night Stand gue pasrah deh, I’m yours Bro!”
Sakit jiwa nih Gino, sahabat gue. Bisa-bisanya mau ngajak futsal doang kayak mau ngajak meeting project milyaran, nelpon pagi-pagi buta beneran.
Awalnya juga gue nggak pernah nyangka bisa berteman dekat dengan Gino. Pertemuan pertama kami dulu di saat sedang meeting di studio TVision membahas tentang program fashion yang akan segera tayang. Gino yang lebih dulu dikenal sebagai celebrity host dibanding aktor FTV paling ngetop, didapuk sebagai host di program Passion in Fashion barengan dengan Yura-seorang fashion blogger-sebagai co host-nya. Sementara gue dan tiga teman model lain sebagai member tetap acara ini, yang akan mengikuti alur cerita dari setiap episode. It was a kind of reality show yang closely related sama dunia fashion. Challenge, game atau pun styling battle yang ditampilkan dari tiap episodenya, bener-bener without script yang bikin gue belajar banyak tentang dunia permodelan ini.
Di satu malam sehabis shooting, gue ketemu Gino di ruang ganti. “Hey, langsung mau cabut?” tanya gue basa-basi.
“Iya nih, tapi nggak pulang, mau nongkrong dulu bareng anak-anak.”
Anak-anak yang dimaksud Gino pada saat itu adalah teman-teman yang juga berkecimpung di dunia hiburan yang tergabung dalam group wine night stand, itu juga julukan yang dibuat-buat oleh Gino saat lagi nongkrong rame-rame di bar dan minum wine. Waktu itu Gino masih single, jadi dia mengaku saat pulang shooting lebih awal, dia lebih suka nongkrong, ngobrol, bertemu teman-teman, atau yang paling gue suka, akhir-akhir ini pilihannya jadi nambah ke aktivitas olahraga. Entah itu futsal, main bola, badminton atau billyard.
“Lo mau join gak? Beneran cuma nongkrong doang kok, nggak aneh-aneh.” ajaknya.
Ajakan yang gue anggap basa-basi tapi iseng-iseng gue terima itu yang bikin gue kenal banyak orang, punya banyak teman, dan merasa punya tempat untuk berbagi di saat gue lagi ngerasa sepi dan bosan dengan rutinitas.
Dengan nama Wine Night Stand jugalah akhirnya Gino membuat Whatsapp Group untuk tempat kami berkomunikasi. Tapi mostly isi percakapan kami hanyalah ajakan untuk ngumpul, diskusi singkat mau ngapain (olahraga atau hanya nge-wine aja), dan yang terakhir info waktu dan tempat di mana kami akan bertemu. Mungkin karena member dari group WhatsApp itu cowo semua, jadi nggak ada sesi gossip texting atau obrolan nggak penting lainnya, justru berbagi kerecehan dan keresahannya saat udah ketemu secara langsung.
“Gimana? Ikutan malam ini bro? Anak-anak juga pada nanyain lo tuh.” Gino menghentikan gue yang tadinya tertawa karena dia sempat bilang ‘I’m yours’ dengan tone suara cewe yang merayu cowonya.
“Mau banget tapi nggak bisa gue bro.”
“Waduh, susah sih emang kalo udah punya gebetan.” Rayu gino.
Gue hanya tertawa-tawa kecil. “Waduh, gue nggak butuh banyak-banyak gebetan kayak lo sih, cukup satu aja, itu pun nggak ada hahaha…”
“Ironi sekali ya kehidupan nyata dan layar kaca lo kalau dibandingkan ahahaha…” Ledeknya.
“Seriusan nih Jo? No girls?” Tanyanya nggak percaya.
“Gak perlu jamak No, satu juga nggak ada, nggak bohong gue.” Gue akhirnya bangkit dari kasur setelah sejak bangun tidur tadi gue memilih tetap rebahan sambil cek timeline Twitter hingga telpon dari Gino masuk.
“Terus kenapa nggak bisa Futsal nih? Ada callingan?”
“Gue ada acara nanti malem, sorry banget No, minggu depan kali ya?”
“Aman bro, lo liat-liat aja notif WhatsApp group. Ntar Minggu depan gue kabarin lagi deh ya.”
“Oke, oke, thank you No, salam buat anak-anak ya.”
“Sipp. Eh, atau lo mau titip salam ke yang lain mungkin? Gue sekarang shooting bareng sama Alina Grace lho.” Gino mencoba pamer kedekatannya dengan salah satu model jebolan ajang Miss Indonesia itu. Dua tahun berlalu, tapi program Passion in Fashion tetap berlanjut dan Gino masih bertahan sebagai host-nya, sedangkan gue, semenjak mencoba akting di serial TV yang ratingnya bagus, lebih memilih untuk tidak melanjutkan kontrak dengan Passion in Fashion dan mempertimbangkan tawaran bermain film lainnya yang saat itu gue dapatkan.
“Haha, keren abis ya lo sekarang. Tapi gue udah kenal sama Alina bro.”
"Ya tapi cuma kenal tipis-tipis aja kan? Gue liat-liat kayaknya cocok sih kalau gue comblangin ke elo Jo.”
“Hah? Apaan nih tiba-tiba mau jodoh-jodohin gue? Just quit the show Bro, terus minta bikinin program makcomblang aja sama Tvision.”
“Ahaha… terlalu settingan bro, lama-lama nggak laku juga yang begituan. Tapi kalo bayarannya gede, bolehlahhh...”
“Haha tetep ya, I can do it demi duit, motto lo.”
“Iya dong, work hard adalah koentji ahaha.. jadi beneran nih, nggak mau gue set up sama Alina?”
Sebenarnya gue malu banget pernah ngaku ke Gino kalau gue susah move on dari mantan gue. Mungkin juga pengaruh wine yang bergelas-gelas dia sodorkan ke gue, jadi saat mengobrol, otak gue nggak sanggup lagi memfilter mana yang boleh gue spill, mana yang harusnya gue simpen sendiri. Tapi untungnya obrolan itu—seperti julukan yang sudah dinamai Gino, wine night stand—tidak pernah bocor ke mana-mana dan tidak pernah diungkit-ungkit lagi. Kali ini mungkin si Gino ini hanya ingin menawarkan ‘jalan’ untuk gue bisa menemukan gebetan.
“Terima kasih lo sudah peduli dengan kehidupan asmara gue ya No, but still, It’s a no, thanks. Bukan karena gue nggak tertarik ya No, tapi kayaknya gue udah tau yang gue mau.”
“Santai bro, ahaha, gue malah seneng kalo emang lo udah punya target yang diincer.”
Target banget ya istilahnya, norak juga nih sahabat gue.
“Gue berarti tinggal nunggu kabar baiknya aja deh ya di program-program infotainment.” sambungnya.
“Tunggu kabar dari gue dong, masa lo lebih percaya program gossip sih daripada gue.”
Gino tertawa di seberang sana. Setelah gue meyakinkan dia kalau gue bakal ikutan futsal minggu depan, kami pun menyudahi obrolan. Pertanyaan yang langsung terlintas di benak gue sejak menutup telpon hingga kini gue di perjalanan untuk menghadiri acara pameran fotografi Mas Aggie adalah, “Kalau lo tau apa yang lo mau, berarti lo juga tau apa yang harus lo lakukan kan?”