Wiratama

Setia S Putra
Chapter #10

Chapter #10 Menunggu Ketidakpastian

Betapa seringnya manusia memilih menyerah hanya karena merasa capek. Padahal, bukankah kelelahan adalah bagian dari hidup di dunia ini? Siapa pun yang pernah mencoba bertahan tahu, bahwa rasa lelah adalah jeda atau ruang kecil untuk menarik napas sebelum melangkah lagi. Tapi anehnya, banyak yang mengira lelah sebagai isyarat untuk berhenti selama-lamanya.

Malam itu, Kirana tiba-tiba datang membawa pizza dan es krim. Membuat suasana rumah jadi heboh. ‘Buat ngerayain’ katanya, dengan motor matic ia berhenti di depan gerbang rumah, Laras yang membukakan gerbang untuk Kirana. Lantas, Laras berseru sambil membawa kotak pizza dan satu kantong berisi es krim.

Kemudian meja ruang tamu seketika riuh, tentu saja yang paling berisik di antara mereka Arum—si bungsu dengan suara nyaring. Rahayu yang awalnya duduk di meja dapur bersama anak lelakinya, langsung terpanggil dengan suara kegaduhan itu.

Rahayu berdiri, lalu mengintip dari ambang pintu dapur melihat ke ruang tamu, lantas tertawa, kemudian segera memberitahu Wiratama, “Tuh, cewekmu... Bawa apa dia? Samperin dulu sana!”

Wiratama yang masih sibuk meng-input data di Excel akhirnya beranjak dari kursinya, kemudian melangkah menghampiri sumber kegaduhan di ruang tamu. Sambil bertanya-tanya di kepala, ia mendekati mereka. “Apa ini?”

“Perayaan,” jawab Rinanti.

“Perayaan?”

“Skripsimu selesai, kan?” sahut Kirana.

“Kan, belum dapat sidang, Kirana.”

“Ya, nggak papa. Kita rayain dulu, kak,” ucap Laras kemudian.

Wiratama menggelengkan kepala. “Kalian ini terlalu cepat berselebrasi!” katanya begitu, tapi matanya menatap tiga varian pizza di meja, pepperoni, meat lovers, dan hawaiian chicken dengan aroma yang menggoda siapa pun yang ada di situ, secara otomatis tangannya pun mengambil salah satu.

“Yeee.. Terlalu cepat selebrasi, katanya.” Laras mengulangi kalimat itu sambil memanyun-manyunkan bibirnya, kemudian melanjutkan, “Ujung-ujungnya ngambil juga,”

“Diam kamu, bocil!” balas Wiratama.

“Makanya, tinggal ngambil gitu aja, kok nunggu sidang segala,” celetuk Kirana kemudian sambil memotong sepotong pizza.

“Sidang... sidang, Kak. Optimis ajalah,” kini giliran Rinanti yang menimpali.

Wiratama menatap Kirana dan adik-adiknya yang duduk melingkar di sofa. Tawa mereka, tangan-tangan kecil yang berebut potongan pizza, dan wajah-wajah ceria mereka, membuat Wiratama sedikit menyunggingkan senyumnya, sambil tertawa kecil. Betapa bahagianya dia, merasa dimiliki dan dirayakan setiap keberhasilan kecilnya.

Lihat! Arumm langsung mengambil satu potongan, lalu duduk di sofa, sesekali ia menggigit dan mengangkat potongan pizza itu seperti baru memenangkan udian hadiah, kemudian tiba-tiba ia berseru, “Selamat ulang tahun, Kak Wiraaa...”

“Kok ulang tahun sih?” Seluruh pasang mata mereka menatap Arum yang duduk di tengah-tengah.

“Ini masih bulan apa, Arum?”

“Oh, masih lama, ya.”

Lihat selengkapnya