Wiratama

Setia S Putra
Chapter #12

Chapter #12 Hei, Kamu Masih Hidup

Nyanyian penonton menggema seperti gelombang pasang yang menghantam ke segala arah. Beberapa orang bernyanyi, berteriak dengan suara nyaring, sementara yang lain hanya mengangkat tangan tinggi-tinggi, mengabadikan momen dengan kamera ponsel yang gemetar.

Untuk pertama kalinya selama berminggu-minggu, Wiratama merasa bisa bernapas penuh tanpa ada yang tersumbat di dada. Sepertinya semesta malam itu memberikannya jeda, dan lagu pertama tadi adalah perpanjangan tangan dari suara hatinya yang tak pernah berhasil ia artikulasikan dengan baik.

Ia menoleh ke Kirana. Perempuan itu masih menatap panggung, wajahnya diterangi pantulan lampu merah yang menyala lembut dari salah satu sorot di atas panggung. Di balik rambutnya yang bergelombang, Wiratama menangkap senyum kecil yang menyimpan banyak hal.

Namun, baru beberapa detik setelah itu, pandangan Wiratama menangkap sesuatu di antara kerumunan. Seseorang sedang berjalan cepat di sisi kiri area penonton, melewati pagar pembatas crew dengan headset menggantung di lehernya, dan sesekali mulutnya terlihat berbicara ke mic kecil yang menempel di pipinya.

Wiratama sempat menyipitkan mata. “Itu… Arka ya?”

Kirana ikut menoleh, mengikuti arah pandang Wiratama. “Siapa?”

“Arka.”

“Ohya?”

Wiratama melambai, mencoba menarik perhatian sosok itu. “Arka!”

Sosok tersebut berhenti. Menoleh cepat. Lalu ekspresinya berubah dari sibuk menjadi terkejut. Ia melangkah cepat, mendekat, menyisakan jarak setengah meter dari tempat Wiratama berdiri.

“Wira?! Ya ampun, apa kabar? Kamu nonton juga?!” seru Arka, senyumnya lebar.

Wiratama tertawa, kemudian mendekat sedikit. “Yaa.. Bareng ini..” Wiratama merangkul pundak Kirana.

Pandangan Arka bergeser menatap Kirana, lantas tersenyum dan menyapa perempuan itu. Ia sudah kenal dengan mereka berdua, sering ketemu saat di kampus, “Awet juga ya, kalian?”

“Ya.. Begitulah.. Eh, sibuk banget nih kayaknya.”

“Banget! Aku handle backstage, terus monitor sound system juga. Mana masih ada satu band yang delay loading alatnya, bisa kacau kalau nggak kelar lima menit lagi.” Ia bicara dengan cepat tanpa titik, koma, sambil menunjuk ke arah panggung dengan wajah penuh tekanan.

Wiratama hanya mengangguk-anggukan kepalanya, menerima apa saja yang ia katakan, “Emang dari dulu kamu cocok jadi tukang ribet sih.”

“Wahh.. Bisa-bisanya kamu ya,” balas Arka tertawa, lalu menampar lengan Wiratama pelan. “Eh, by the way. Gimana? Kamu udah lulus?”

“Tinggal nunggu sidang.”

Lihat selengkapnya