“Jadi pengen iga bakar.”
“Tiba-tiba banget?”
“Iya .... Gara-gara liat pohon tadi, mirip iga sapi.”
Faldi tertawa, “Sejak awal emang kamu pengen makan igakan?”
Pukul 18.30, waktu memang berjalan cepat saat kita bahagia. Mereka tidak hanya mengobrol tapi juga membuat kue. Entah bagaimana rasanya yang penting semua tertawa senang. Dara juga mengunggah video masak-masak itu ke channel youtubenya. Bahkan mereka juga sempat membuat video tiktok bersama yang walaupun sudah take ke 123.456 kali hasilnya tetap saja berantakan.
“Jadi mau makan iga?”
“Jadiiiii ....”
“Meluncuuurrr ....”
Lani mengeluarkan handphone, seharian tadi dia tidak sempat mengeceknya. Dia tidak sadar jika banyak pesan masuk karena pengaturan handphonenya masih dalam mode senyap.
“O ....ooo ....”
“Kenapa?”
“Aku lupa kalo ada temenku di kos.”
“Terus?”
Lani mengeluarkan kunci dari tasnya, “Kuncinya aku bawa ....”
Faldo tertawa, pasalnya mereka sudah pergi dari subuh tadi dan sekarang sudah hampir pukul tujuh malam. Sudah ada puluhan miscall dan juga pesan dari Nadya di handphone Lani.
“Trus mau gimana?”
“Udah deh biarin aja. Nanggung ....”
“Aku nggak tanggungjawab loh yaaa ....”
Hari ini jalanan tidak terlalu padat jadi mobil bisa melaju dengan kecepatan sedang. Faldo berharap bisa membekukan momen ini, membuat hari ini tidak hanya 24 jam tapi 72 jam.
Aroma iga bakar seperti menari-nari di depan hidung seolah menggoda orang-orang yang melewati tempat itu. Beruntung masih ada satu meja kosong yang tersedia. Banyak pasang mata yang memperhatikan mereka lebih tepatnya memperhatikan Faldo saat dia berjalan masuk.
“Kenapa di sini si?”
“Kenapa? Kamu nggak nyaman diliatin banyak orang?”
“Iyalah.. Nanti kalo ada gosip aneh-aneh gimana? Kamukan artis.”
“Justru aku nggak sabar liat berita tentang “pacar baru Faldo ....”
“Kok gitu?”
“Kan aku udah pernah Lan, omongan itu doa. Berarti mereka lagi doain kita biar cepet pacaran.”
“Susah ya ngomong sama kamu. Cari tempat lain aja deh.”
Lani sudah balik kanan. Sial, belum juga dia genap melangkah Faldo sudah menarik tangannya. Parahnya lagi Faldo tidak melepas tangan Lani sampai mereka duduk.
“Awas aja kalo hidupku jadi nggak tenang gara-gara ini.”
“Iya nanti aku tanggungjawab kok.”
“Klarifikasi?”
“Bukan. Aku nikahin.”
Faldo tertawa melihat wajah Lani dengan ekspresi sebal. Semakin sebal semakin lucu aja, kata Faldo dalam hati.
“Lan ....”
“Hmm??”