Hari pertama syuting setelah libur panjang ala Lani. Setelah mengisi energi baik selama tiga hari, dia siap menjalani hari tanpa perlu memikirkan omongan orang lain, setidaknya untuk saat ini.
“Pagi Pak Sutradara ....”
“Hai Lani, udah sehat?”
“Udah dong Pak, makasih ya buat libur panjangnya.”
“Anything for you.”
Entah sudah hari keberapa mereka melakukan syuting, yang Lani tahu semua berjalan lancar. Faldo juga sudah mulai bisa mengingat dialog dengan baik. Sesekali Lani berdiskusi dengan para pemain tentang dialog mereka masing-masing.
“Yang semalem habis makan bareng keliatan mesra banget, bikin iri aja ....” Gerry, salah satu pemeran di film itu menghampiri Lani dan Faldo yang sedang mengobrol.
“Pengen juga makan bareng aku?” goda Lani.
“Jangan Lan, nanti tau-tau ban mobil gue ilang lagi .... Nih bagus nggak?” Gerry menyodorkan handphonenya. Ternyata itu foto Lani dan Faldi saat mereka sedang diskusi.
“Lucu ya fotonya, pengen upload deh .... Mmmm nanti captionnya enaknya diskusi skrip sambil ngemil, apalagi ngemilikin kamuuu ....”
“Nanti aku juga upload ah ....”
“Apa captionnya?”
“Jangan ganggu!! Lagi fokus menatap masa depan.”
“Bisa aja nih kaleng biskuit.”
“Gue mau pindah aja ke planet lain, bumi udah nggak aman buat para jomblo.” Gerry menyambar percakapan Lani dan Faldo.
“Lebih nakutin lagi liat alien pacaran.”
“Mending liat kita pacaran ya Lan?”
“Maaf ya, kita nggak pacaran!”
“Bukan nggak pacaran, tapi belum aja.” Gerry masih menggoda Lani yang mukanya semakin memerah. Sial, kenapa sih Gerry harus dukung Faldo, kata Lani dalam hati.
“Lima menit lagi kita mulai syuting, semuanya siap-siap ya.”
“Siap Pak ....”
Ada satu tragedi mengejutkan tapi juga lucu di salah satu adegan. Seorang figuran yang berperan sebagai wartawan terpleset saat berlari mengejar berita. Semua kru dan pemain lainnya terkejut tapi jelas-jelas semuanya sedang menahan tawa.
“Kamu nggak papa?”
“Nggak papa kok, cuma kaget aja.”
Sisa hari berjalan lancar, langit juga lebih bersahabat. Kalian tahu, ternyata libur kemarin hanya sebuah kamuflase untuk syuting extra time. Tidak ada ampun, ini sudah pukul 21.00 tapi masih ada dua adegan lagi yang harus dikerjakan.
“Nih, pake jaketku Lan ....” Faldo menyodorkan jaketnya, Lani menggeleng.
“Dingin loh.”
“Masih dinginan hatiku ....”
“Kamu si nggak biarin aku masuk ke sana.”
“Trus kalo masuk kamu mau ngapain? Bikin api unggun?”
“Bukan api unggun, tapi api cemburu ....”
Lani tertawa, “Aku cemburu sama kamu?? Nggak ada kosa kata itu di kamusku..”
“Berarti kamusmu belum update.”
“Bisa nggak si sekaliiiiii aja ngalah sama aku?”
“Bisa ....”
“Nah gitu dong.”
“Tapi syaratnya kamu harus jadi pacarku dulu.”
“Fal.. aku lebih suka kalo kita debat. Lanjut yukk.”
Benar-benar penolakan yang halus. Tapi Faldo bukan tipe laki-laki yang mudah menyerah. Selama Lani masih memperlakukannya dengan baik maka selama itu juga dia akan tetap berusaha mendapatkan hati perempuan pujaannya itu.
“Bilang aja kamu mau ngobrol terus sama aku ....”
“Tuhkan salah lagii .... nggak tau deh.”
***
Hari-hari berlalu dengan cepat, hanya tinggal re-take beberapa adegan yang perlu diperbaik. Itu berarti hari ini adalah hari terakhir syuting sebelum masuk ke proses editing. Mengawali syuting dengan membaca doa bersama sudah menjadi rutinitas dan sekarang semua sedang berkumpul membentuk lingkaran. Seperti biasa, Pak Sutradara akan memberikan kata-kata motivasi terlebih dahulu sebelum berdoa.
“Hari ini adalah hari terakhir kita syuting. Terimakasih untuk kerja kerasnya selama ini, terimakasih sudah berkomitmen sampai akhir. Saya sadar kalo selama ini saya terlalu keras, tapi saya benar-benar bangga dengan kalian. Kalian semua mampu membuktikan bahwa kalian memang layak berada di sini, layak jadi bagian dalam film ini. So, mari buat hari ini jadi hari terbaik untuk dikenang. Silahkan berdoa sesuai agama dan kepercayaan masing-masing .... Berdoa selesai.”
“Semangaattt ....”
“Semangaattt ....”
“Duh bakalan kangen nih liat Faldo kena omel Pak Sutradara.” Vivi, salah satu pemeran perempuan di film ini menggoda Faldo.
“Yakin nih cuma kangen liat dia diomelin doang? Bilang aja bakal kangen deket-deket sama Faldokan?” goda yang lain.
Faldo hanya tertawa mendengar gurauan itu. Memang sudah jadi rahasia umum jika banyak yang tertarik padanya. Tubuh tinggi, wajah tampan, hitung terkesan mancung dengan kulit sawo matang benar-benar jadi idola banyak kaum hawa.
“Lo nggak cemburu Lan liat Faldo sama cewek lain?” tanya Gerry.