Mereka semakin dekat. Tangan-tangan besar itu hampir menggapai Chika. Namun untuk pertama kalinya, cewek itu bersyukur dilahirkan dengan tubuh unyil. Ia melihat celah di antara badan-badan besar yang menghadang, kemudian menyeruak keluar, mencoba lari dari nasib buruk yang menanti.
Sialnya, cowok yang sejak tadi memberi perintah ternyata punya refleks yang bagus. Ia tarik rambut Chika kuat hingga cewek itu nyaris jatuh. "Mau lari ke mana lo? Entar dulu, kita belom mulai main."
"Agus! Tunggu dulu, Gus!"
Cowok yang ternyata bernama Agus itu menoleh. Begitu pula Chika karena ia yakin pernah dengar suara itu.
Agus berdecak. "Si Aldo! Ngapain lo? Ganggu kesenengan gue aja!"
Aldo? Kedua alis cewek itu menyatu.
"Gue yakin pernah ngeliat nih cewek," ucap Aldo berusaha mengingat.
"Masa?" Agus mengerutkan kening. Detik berikutnya, ia mengibaskan tangan. "Bego lo! Ya, iyalah lo pernah ngeliat. Sekolahnya aja sama."
"Yeee... nih anak. Lo kira gue bakal ngingetin tiap wajah yang gue temuin? Ngapain kalo nggak penting?"
"Siapa tahu lo kepincut sama nih cewek," ucap Agus yang masih keukeh tidak mau melepas Chika.
Begitu serunya perdebatan dengan Aldo, Agus tidak sadar cengkramannya pada rambut Chika melemah. Chika tidak melewati kesempatan itu. Cewek itu bergerak cepat, menarik rambutnya kasar hingga benar-benar terbebas. Satu detik jeda untuk Chika mengembalikan keseimbangan yang sempat oleng, kemudian ia berlari kencang saat Agus terpaku diam. Masih dalam proses cerna kalau cewek yang tadi ditangkapnya, benar-benar lolos.
"Woi! Jangan kabur lo!" teriak Agus saat seluruh kesadarannya kembali berkumpul.
Di luar dugaan, meski unyil, larinya seperti kelinci! Dalam sekejap, cewek itu sudah jauh. Namun lokasi dan situasi, tidak ada untung-untungnya untuk Chika. Karena pintu depan yang tertutup, tidak ada pilihan selain berlari ke dalam gedung. Melangkah lebih dalam menuju gerbang kematiannya.
Agus berdecak kesal. Dipelototinya Aldo. "Ini semua salah lo, Do! Mampus aja lo kalo tuh cewek sampe lepas," ancam Agus. "Ngapain lo pada diem?"
Cowok-cowok lain saling berpandangan bingung.
"KEJAR, GOBLOK!" bentak Agus.
Bak pasukan yang dibubarkan dalam barisan, serempak mereka berlari mengejar Chika, diikuti komandan Agus di paling belakang.
"Gue yakin tuh cewek pernah gue liat," bisik Aldo sambil menggaruk belakang kepala. "Oh, iya!" Aldo tersentak. Kedua matanya melebar. Detik berikutnya, ia berlari menuju suatu tempat di gedung itu.
"Mampus dah si Agus," gumam Aldo pelan.
***