WISTERIA - Cinta Sang Penguasa

Felice
Chapter #7

Mawar Berduri

Ada satu hal yang Chika pelajari dari kejadian kemarin, betapa besar pengaruh nama kaisar dan permaisuri di sekolah ini. Bukan hanya di kalangan kelas XII, melainkan di seluruh sudut sekolah termasuk satpam, cleaning service, dan para penjaga kantin.

Sejak Chika menginjakkan kaki di sekolah pagi ini, cewek itu tidak berhenti mengerutkan kening.

Kerutan pertama waktu tiba di gerbang sekolah. Tidak ada angin, tidak ada badai, tiba-tiba Pak Dudi—satpam yang paling malas menyapa para siswa—membantu Chika turun dari ojek dengan sangat hati-hati, layaknya barang pecah beling yang antik dan sangat berharga.

Belum lagi selama perjalanan menuju kelas. Keningnya berlipat rapat ketika setiap murid yang ia lalui—baik cewek ataupun cowok— tersenyum manis padanya sambil mengucapkan salam pagi.

Puncaknya ketika ia tiba di kelas. Kursi kayu Chika bertransformasi jadi kursi besi yang ada joknya. Mejanya juga terlihat bersih dengan dipenuhi berbagai macam hadiah dalam berbagai ukuran.

"Apa-apaan, nih?"

"Gimana? Lo suka?"

Chika menoleh ke Dora yang berdiri di sebelahnya. Cewek berambut bob itu mengambil salah satu snack di meja Chika, kemudian menyantapnya. "Ini semua kerjaan anak-anak sekelas. Mereka patungan buat beliin lo."

"Hah? Kurang kerjaan amat." Chika membanting tubuhnya ke kursi.

"Masa lo nggak ngerti? Ini yang namanya sogokan supaya kalo ada apa-apa di sekolah, lo bisa bantu mereka."

Chika memutar bola mata. Menatap Dora kesal. "Lo kira gue titisan Superman?"

Dora tertawa geli. Ia kembali mengunyah snack-nya. "Lo nggak bisa salahin mereka, Chik. Setelah udah lama kosong, akhirnya ada juga permaisuri yang ngisi singgasana di sebelah kaisar."

Chika terpana. Dengan semangat membara, ia bertanya, "serius? Siapa si permaisuri?"

Dora memicing. "Chik, lo beneran nggak tahu, apa pura-pura bego?"

"Maksud lo?

"Semua orang udah tahu kali. Si kaisar, Kak Rio, kemarin ngerangkul lo keluar dari gedung timur."

Chika terperangah. "Gila lo! Gue sama Kak Rio nggak ada apa-apa kali!"

"Lo yakin?" goda Dora. "Lo cewek pertama yang dirangkul sama Kak Rio di sekolah ini, Chik. Masih nyangkal lo bukan permaisuri?"

Chika mendengus. "Siapa juga yang mau jadi permaisuri? Mendingan gue jadi tuan puteri. Udah lebih cantik, lebih muda lagi."

Dora hanya cengar-cengir. Entah bingung mau membalas apa, atau tidak mengerti cara pikir cewek mungil itu.

Beberapa saat kemudian, Chika keluarkan atribut peperangannya dari tas dan meletakkan satu per satu ke meja. Sepuluh lembar kertas HVS, pensil 2b, penghapus, dan penggaris.

Lihat selengkapnya