WISTERIA - Cinta Sang Penguasa

Felice
Chapter #9

Gertakan

Chika berlari sekuat tenaga. Wajah kemarahan Luna terus terngiang. Seram, menakutkan! Mirip banget dengan Hagoromo Kitsune dari komik Nurarihyon.

Tiba-tiba lima cewek kelas XII menghadang jalan Chika. Cewek mungil itu langsung berhenti, sebelum terjadi kecelakaan beruntun yang berujung lecet plus bonyok pada tubuhnya.

"Kalian siapa?" tanya Chika dengan napas tersengal-sengal.

Tanpa menjawab pertanyaan Chika, cewek-cewek bertampang angkuh itu membekuk tangan cewek itu. Seketika bola basket yang ternyata masih dibawa-bawa, jatuh bergelinding ke lantai.

"Mau ngapain lo pada?"

Tidak peduli sekuat apa ia berontak, tetap saja Chika berhasil terseret. Kemudian, mereka mengikat mulut Chika dengan kain untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Tidak dinginkan bagi mereka pastinya, kalau untuk Chika sih, puji syukur! Apalagi kalau yang muncul salah satu guru di sekolah itu.

"Mmm... hmm!"

Kedua mata Chika melebar. Di arah jam dua, ia melihat cowok itu. Cowok yang berada di puncak tertinggi piramida kekuasaan SMA Laksmana, dan beberapa kali menjadi penolongnya, Rio.

Rio sedang berbicara dengan beberapa cowok kelas XII. Ia membelakangi Chika hingga tidak menyaksikan aksi penyekapan yang terjadi.

"Mmm... hmmm... mm." Chika berusaha mengeluarkan suara sekeras mungkin agar cowok itu menyadari. Cewek-cewek yang sadar akan usaha Chika, kontan panik. Salah satu dari mereka menjambak rambut Chika, lalu berbisik tajam, "jangan paksa gue buat gunting mulut bawel lo!"

Chika jadi takut juga diancam seperti itu. Tidak tahu seberapa serius cewek itu dengan ancamannya, tetapi Chika memilih berjalan di jalur aman.

"Pinter!" ucap cewek itu sambil melepas jambakannya. Kemudian, mereka kembali menyeret Chika.

Sekali lagi, sekali saja, cewek itu tidak mau berhenti berharap. Ia kembali melirik Rio. Namun, cowok itu masih membelakanginya. Tidak ada tanda-tanda keberadaan cewek itu akan disadari.

Secercah harapan datang ketika Aldo menunjuk Chika dengan jari telunjuk. Rio menoleh. Kedua mata tajamnya tertuju pada Chika yang sedang diseret cewek-cewek kelas XII.

Chika dapat melihat wajah terkejut cowok itu. Namun, hanya sekejap. Sesaat! Bagai ilusi yang cepat berlalu karena detik berikutnya, cowok itu memalingkan wajah.

Hati Chika sakit. Sorot mata Chika yang menatap punggung cowok itu terlihat kecewa. Ia merasa kepercayaannya dikhianati. Padahal, ia selalu berpikir Rio beda dari anak kelas XII lain.

Ia ingin meyakini dirinya sendiri bahwa cowok itu tidak melihatnya. Mungkin, ia lagi invisible. Atau mungkin, Rio hanya melihat cewek-cewek sakit jiwa yang sedang menyeret angin.

Namun pemikiran itu hanyalah sebuah harapan, wujud dari keputusasaannya. Tidak akan pernah terwujud karena kedua mata mereka telah bertemu. Rio memang melihat Chika!

Rasa perih di dasar relung membuat mata Chika perlahan panas. Tanpa sadar, air bening sudah menggenang di pelupuk mata. Ia kembali teringat kata-kata yang diucapkan Rio di gedung timur. Diucapkan dengan suara pelan, tapi tegas dan punya makna yang dalam.

Lihat selengkapnya