WISTERIA - Cinta Sang Penguasa

Felice
Chapter #11

Kejadian Mengerikan

Rio berjalan paling depan dengan kedua tangan dimasukkan ke saku celana. Di belakang cowok itu, ada Aldo dan beberapa cowok kelas XII.

Ada yang aneh dengan Rio siang itu. Sekalipun biasanya cowok itu memang selalu misterius, tapi kali ini terkesan lebih gelap dan menyeramkan. Terlihat seperti sedang menahan amarah.

Beberapa cowok kelas XII juga luka-luka. Bahkan Aldo yang selalu bersikap santai, kini babak belur dipenuhi perban yang melilit tubuh, meski dengan kelakuan yang sama sekali tidak mencerminkan orang sakit. 

Sambil cengar-cengir, cowok itu terus saja menggoda setiap cewek cantik yang ia lewati. Tidak peduli si cewek suka atau tidak, tangannya tetap nemplok di pundak si cewek!

"Chik, Kak Rio tuh," ucap Banyu yang duduk di sebelah Chika.

"Terus? Apa urusannya sama gue?"

"Lo nggak mau sapa Kak Rio? Bilang, 'hai, sayang', kek, gitu. Se-enggaknya kenalin kita-kita ke Kak Rio sebagai sohib lo. Aji mumpung! Lumayan kehidupan SMA kita bakal aman nanti."

"Lo nggak waras, ya!" 

Banyu cengar – cengir dipelototi Chika.

Rio dan teman-temannya mengambil tempat duduk di sebelah jendela. Ah, tidak. Lebih tepatnya, mereka merampas tempat itu dari anak-anak kelas X dan XI. Setelah mendekati meja itu, Rio berkata, "minggir! Gue mau duduk di sini. Lo semua cari tempat lain sana!"

Tidak perlu dipaksa, apalagi diseret. Bukannya marah, mereka malah menunduk dan minta maaf ke Rio. Kemudian, pergi mencari tempat persinggahan baru.

"Weits, apaan tuh yang lo bawa? Bagi-bagi, dong!"

Dika dan Toy mencegat seorang siswa kelas XI naas, yang sedang asik menyantap sepiring siomay. Asli, wajah tuh anak pucat banget! Apalagi ia hanya bisa meratapi nasib, ketika sepiring siomaynya disantap dua anak kelas XII bar-bar itu.

"Gile-gile, boleh juga nih siomay," ucap Toy dengan mulut belepotan bumbu kacang.

"Yo, nih siomay enak banget, loh! Lo mau, nggak?" tawar Dika. Sama sekali tidak tahu malu. Padahal yang punya baru makan sedikit. Eh, yang merampas malah menawarkan ke orang lain.

"Kalo masih perawan, boleh. Kalo udah dijamah, no way. Nggak level gue. Apalagi bekas lo berdua."

Aldo dan anak kelas XII lain kontan tertawa. Dika sendiri hanya cengar-cengir. "Lo mau yang baru? Itu mah kudu dibeli dulu. Bentar ya, Yo," ucap Dika.

Dika menoleh ke arah gerobak siomay yang dikerumuni banyak penggemar. Saking lakunya tuh siomay, Bang Udin—si penjual—sampai tidak terlihat lagi wujudnya.

"Halloouuu, adek-adek manis yang lagi ngantri siomaaaaay!"

Bukan hanya orang-orang di sekeliling gerobak siomay yang noleh. Spontan, seisi kantin memutar kepala ke arah Dika yang sedang melambai-lambaikan kedua tangan.

Lihat selengkapnya