"SEMUA NUNDUK! LINDUNGIN KEPALA!" instruksi Rio dengan suara lantang yang langsung dipatuhi seisi kantin, termasuk para penjual yang mengambil panci atau penggorengan terdekat sebagai helm darurat mereka.
Tembakan machine gun a.k.a batu kali itu tiada akhir. Dengan sangat terpaksa, Rio dan pasukannya menerima tanpa melakukan perlawanan.
Bertahan!
Hanya itu yang bisa dilakukan karena mereka berada di posisi yang tidak menguntungkan, mengingat di tempat ini banyak warga sipil yang seharusnya tidak terlibat. Namun, ikut terseret karena kebetulan berada di medan perang.
"Rio! Sampe kapan nih, kita nyumput gini?" tanya Dika dari balik meja di tengah hujan batu.
Rio yang juga berada di balik meja—tidak jauh dari tempat Dika—pun menoleh. "Dua kemungkinan. Kalo nggak sampe peluru mereka abis, ya... sampe mereka puas!"
Setelah menunggu pasrah beberapa menit, akhirnya hujan batu itu berhenti. Rio mengangkat kepala. Dengan sangat hati-hati, ia mengintip dari balik meja.
Jalan raya itu kosong! Pelaku maupun jejaknya menghilang bagai ditelan bumi.
"Sampe gue ijinin, jangan sekali-kali lo coba keluar!" ucap Rio pelan, tapi tegas dan harus dipatuhi oleh cewek mungil di pelukannya.
Rio melepaskan Chika. Dengan penuh kewaspadaan, cowok itu keluar dari tempat persembunyian. Tidak ada tanda-tanda akan ada serangan susulan. Setelah ia memastikan situasi sudah aman terkendali, hal pertama yang ia lakukan adalah menebarkan pandangan ke seluruh penjuru kantin.
Mata Rio menajam. Tepat di meja sebelah jendela, dua orang siswi terluka karena terkena pecahan kaca dan timpukan batu. Cowok itu mengatupkan kedua rahangnya kuat-kuat. Dengan kedua tangan terkepal, ia berteriak sangat keras, "KENAPA MASIH ADA YANG DUDUK DI SEBELAH JENDELA?"
Sontak semua orang terlompat kaget. Kena getahnya si Darma, salah satu cowok kelas XII yang kebetulan sedang berdiri di dekat Rio. "Darma, gue udah bilang, kan? Sterilin semua meja di sebelah jendela! Instruksi gue emang kurang jelas? Terlalu susah buat dimengerti?"
"Udah, Yo. Tadi, semua yang duduk di sebelah jendela udah diusir."
"Terus, kenapa tuh dua cewek masih aja duduk di situ?"
"Anak buah sama bebalnya kayak bosnya. Udah diusir, eh, malah balik lagi."
"Mereka anggota geng Rose?"