Dengan kecepatan penuh, Rio berlari menyusuri koridor SMA Laksmana. Dika—salah satu anak kelas XII yang mengikuti Rio—memberi laporan dengan napas tersengal-sengal. "Bagas sama beberapa anak langsung pergi ke gerbang depan waktu kantin diserang. Si Agus juga terus stand by di gerbang samping. Tapi, kagak ada yang ngeliat mereka lewat."
Berarti jawabannya cuman satu. "Pintu belakang!" ucap Rio sambil berlari menuju gerbang belakang SMA Laksmana.
Dugaan Rio benar. Setibanya di gerbang belakang, langsung disambut oleh belasan siswa SMA yang mengenakan jaket kulit dan helm hitam, ditemani motor-motor besar hasil dimodif. Seperti menantang, mereka menunggu kedatangan kaisar SMA Laksmana yang diyakini telah menggigit umpan.
"Lo semua tunggu di sini!" perintah Rio pada teman-temannya. Kemudian, ia berjalan ke tengah–tengah arena.
Rio mengembuskan napas panjang. Ia memasukkan kedua tangan ke saku celana sambil geleng-geleng kepala. Detik berikutnya, cowok itu malah tertawa keras diikuti tatapan dingin yang tidak lepas dari lawan-lawan di hadapannya.
"Gue sih, dari dulu udah tahu kalo lo semua pengecut. Tapi, nggak usah diumumin ke seluruh dunia juga, dong! Malu tahu! Abis nimpukin SMA orang pake batu, ngebuat heboh, terus nyumput. Batu doang mah kurang. Kalo kena kenapa, sih? Cuman lecet berdarah dikit doang. Nggak sekalian lo nembakin meriam ke SMA gue?" ucap Rio tajam.
Siswa SMA berbadan besar—yang berada di barisan terdepan—tiba-tiba menderukan mesin motornya. Rio tahu siapa dia, Rama, pemimpin geng motor terkenal di daerah itu.
Meski tidak terlihat karena terhalang kaca helm gelapnya, tatapan dingin Rama sangat ketara. Kebencian yang mendalam, begitu besar hingga bertumbuh menjadi sebuah dendam. Perasaan yang kian menjadi setiap kali ia bertatap muka dengan Rio, dan tidak akan pernah surut karena ia memang tidak berniat meredakannya.
Tiba-tiba Rama menggas motor besarnya. Dengan kecepatan gila, ia melesat ke arah Rio. Namun cowok yang dituju malah tetap tenang, tidak bergerak dari tempatnya berdiri, meski rambu kuning sudah menyala hingga teman-teman Rio yang menyaksikan dari kejauhan, kalang kabut berlarian ke arahnya. "RIOOO!" teriak Toy, Dika, dan lainnya bersamaan.
Motor besar yang melaju kencang, melawan sekelompok manusia yang berlari setengah mati. Berlomba-lomba tiba di tempat yang sama, tapi dengan tujuan berbeda. Rama dengan maksud tersembunyinya, sedangkan teman-teman Rio ingin menyelamatkan cowok itu. Mendorong atau paling tidak menarik Rio, agar kaisar mereka tidak hancur terlindas motor.
Namun sejak awal harusnya mereka tahu, tidak pernah ada sejarahnya manusia bisa mengalahkan kecepatan motor.