"GAK!!"
Semua orang yang disitu tak kalah terkejutnya melihat pemandangan didepan mata mereka sendiri. Orang yang menembak Marcell dengan tak berdosa nya tersenyum watados.
"Beres!" Ucapnya kelar, lalu diletakan nya pistol itu ditangan Marcell.
Audrey meraung raung didalam dekapan Yoga. Yoga masih menenangkannya.
"BANG MARCELL!! AAA!! LEPASIN GUE!" dengan cekatan Audrey berlari ketubuh Marcell yang kini sudah mengeluarkan darah tepat dibagian jantung nya. Akibat tembakan tadi.
Ia menangis tersedu sedu. Didekapnya abangnya itu. Rasa sayang yang ia berikan kepada abangnya itu terkalahkan dengan rasa kecewanya dan juga benci akibat perlakuan Marcell selama ini. Iya yakin, semua orang melakukan sesuatu ada alasan nya. Dan kini, Audrey benar benar menyesal. Jika ia langsung mendengarkan penjelasan dari Marcell pasti tidak akan begini akhirnya.
Lihatlah sekarang! Didepan mata kepalanya sendiri ia menyaksikan abangnya ditembak dengan keadaan tubuh yang sama sekali sudah tidak berdaya. Marcell meninggal ditempat.
Dan kalian tahu siapa orang yang menembak abangnya sendiri? Orang yang selama ini ia cintai, orang yang selama ini ia sayangi, orang yang selama ini bisa membuatnya terbang sekaligus jatuh dengan bersamaan!
ORANG ITU ADALAH, RAVAEL LEO AIDEN!
"RAVAEL LO?!!" Teriaknya berapi api. Ia berdiri dan menatap tajam orang itu.
"Gue bukan Ravael. Lo lupa? kalo selama ini yang sering muncul dihadapan lo itu Rivael! Bukan Ravael. Yang menghancurkan hati lo pun bukan Ravael! Tapi ulah gue Drey!! Yang membunuh abang lo siapa?gue!!" Teriak Rivael putus asa.
Jadi, Audrey salah sasaran? Sebegitu tak tahu kah dirinya tentang mereka berdua?membedakannya saja masih salah. Audrey menangis tanpa suara.
"Lo? Lo ngapain nembak Abang gue, tolol!Brengsek! Pembunuh!" Makinya.
Rivael berdecih, mengabaikan rasa sakit yang ada di relung hatinya. "Dia juga hampir jadi pembunuh kalo lo lupa. Mungkin kalo kita gak dateng lo bakalan habis sama dia. Gue nolongin lo dari dia! Tapi apa? Lo malah nyalahin gue kayak gini. Gak ada rasa terima kasihnya. Gue kecewa sama lo!" Lirih Rivael dengan raut wajah yang tak dapat bisa diartikan.
Ravael, Samuel, Chatrine, Ferisha, Delwyn dan Davit yang tadi berdiri diambang pintu kini perlahan berjalan mendekat kearah mereka.
"Riv! Lo gak seharusnya ngelakuin ini," tutur Ravael sungguh sungguh. Menurutnya ini sudah keterlaluan. Bagaimana jika nanti Rivael masuk penjara? Itu sudah pastinya!
Audrey menatap intens wajah Ravael. Ada yang berbeda diantara keduanya. Namun ia tak tahu itu apa. Sedikit ada yang janggal.
Audrey buta dengan pikiran nya. Ia buntu. Ia kalut. Bagaimana pun Rivael harus menanggung semua ini!
Audrey mengambil pistol tersebut dengan hitungan detik pistol tersebut kini berada ditangannya.
Audrey tersenyum kecut sekaligus evil. Ia tak salah melakukan ini toh! Orang itu harus dikasih pelajaran dengan cara ia harus merasakan juga bagaimana rasanya ketika ditembak.
Rivael yang tahu pikiran Audrey justru kini ia melangkah mendekat.
"Menurut lo, orang kayak gue gak pantes hidup kan? Gak masalah, gue terima dengan lapang dada kalo lo mau nembak gue juga seperti apa yang gue lakuin ke Abang lo! Mungkin emang ini balesan untuk orang yang kayak gue. Gue juga sama seperti Marcell, gue udah renggut kebahagiaan orang lain. Tunggu apa lagi?ayo, tembak gue!" titah Rivael bertubi tubi. Sudah cukup ia lelah. Ia tak mau berbuat dosa lebih banyak didunia ini. Lebih baik dia mati saja sekarang daripada harus hidup didunia ini dan pasti setelah ini banyak sekali orang yang membencinya.
"Lo apa apaan, anjing!"
Ravael tak terima kembaran nya berbicara seperti itu. Ia tak tahu bagaimana hidup nya jika kehilangan kembaran nya itu. Kalian pasti tahu jika kembaran itu ikatan batin nya sangat kuat.
"Dia emang pantes nerima ini semua! Dengan senang hati gue bakalan melakukan apa yang lo bicarakan barusan," timbrung Audrey enteng.
"Drey! Dia kembaran gue!" Larang Ravael. Ia murka, ia tak terima ada orang yang menyakiti kembaran nya itu, apalagi sampai membunuhnya.
Audrey tersenyum. "Dia pantes! Mau lo kembaran dia atau apa, gue gak peduli! Gue emang balas perasaan lo! Gue akui itu, tapi untuk hal ini—maaf, mungkin gue bikin lo kecewa setelah nya," balas Audrey.
Mereka tak bisa berkutik apa apa. Ini lah sisi lain Audrey. Dirinya saat ini persis seperti waktu dibeberapa tahun silam. Dan aksinya kini muncul kembali. Ketika ia telah hampir menyerah dalam keaadan, ia tak bisa berfikir jernih. Ia hanya bisa melakukan apa yang mau ia lakukan tanpa berfikir efek yang akan dialaminya esok hari.
Dengan cekatan tangan kirinya mengacungkan pistol itu tepat di diri Ravael.tanpa ragu ia menembaknya.
Dor dor dor dor dor
Tubuh Rivael tumbang. Ia langsung tak sadarkan diri. Bagaimana ia bisa bertahan!siswa kelas 3 SMP mendapatkan 5 tembakan ditubuhnya? Yaitu dibagian jantung, ginjal, perut, ulu hati dan yang terakhir dibagian kepalanya.
Tubuh Rivael kini sudah dikerumuni oleh teman teman nya. Terutama kembarannya. Ravael kini sangat sakit, ia tak tahan dan tak kuat melihat Rivael, kembarannya mati tak berdaya. Bahkan kini ia sudah menangis seraya mengguncang guncang tubuh kembarannya itu.
"Bangun woi! Dasar lemah!! Lo tega ninggalin gue disini?! Sendiri, sedangkan lo enak enakan disurga?," Ucapnya terburu buru. Tak peduli darah yang merembes kedalam baju seragam nya itu. Tak peduli dengan parnoid dia dengan darah. yang ia ketahui hanyalah, ini Rivael. Tetap kembaran nya.
Orang yang berada disana sudah pucat pasti. Gimana enggak, dua orang tewas ditempat akibat tembakan. Bahkan kini Ferisha sudah ingin pingsan begitu juga dengan Chatrine yang sudah lemas sekali melihat darah.
"Bahkan dia gak pantes setelah ini berada disurga."
Yoga yang tadi diam saja kini angkat bicara. Ia berada di pihak sahabat nya bagaimanapun keadaannya.
Audrey tersadar dari aksi gilanya itu. Ia menutup mulutnya tak menyangka. Kini tangannya kotor! Ia sudah membunuh orang lain dengan cara menembaknya 5 kali.
Ia terisak, perlahan ia mendekat kearah Ravael lalu berjongkok. Tanpa ba-bi-bu ia langsung memeluk erat tubuh Ravael.
"Maafin gue, gue—gue gak sengaja. Plis, maafin gue. Kita balikan ya sekarang? seperti apa yang lo mau waktu itu. Seperti janji lo waktu itu," mohon Audrey dengan nada lirih.
Tapi bukannya dapat balasan dari Ravael namun Ravael menghempaskan tubuh Audrey dengan kasar. Chatrine dan Ferisha langsung membantu Audrey.
"Bahkan sekarang gue gak sudi balikan sama orang yang udah NGEBUNUH kembaran gue sendiri! Rasa cinta yang ada di diri gue untuk lo saat ini hilang tanpa sisa! Jadi jangan harap gue bakalan balik sama lo. Cukup sudah selama ini diri gue berjuang untuk lo. Kini lo gue bebasin, gue ga akan memaksakan kehendak. Percuma, gue gak akan bisa cinta sama lo lagi. Rasa cinta itu kini berganti dengan rasa benci gue untuk diri lo!" Makinya murka.
siapa coba yang gak marah jika diposisi Ravael? Tapi mereka impas juga. Audrey kehilangan Marcell dan Ravael kehilangan Rivael. Audrey yang tak menyangka dapat respon dari Ravael seperti itu menggeleng hebat.