Hari kelulusan kini telah tiba. Audrey dkk berhasil mendapatkan nilai yang memuaskan, ia mendapatkan 5 besar dari keseluruhan anak kelas 9 di high school 2.
Kini, Audrey dkk dan Ravael Cs sedang berfoto foto di lapangan. Dengan seangkatan, sekelas, dengan pasangannya masing masing, ataupun teman sepermainan yang telah menemaninya selama di SMP ini.
Seperti sekarang, Audrey dan kedua sahabatnya tengah berpose ria dengan gaya yang super abstrak.
"1, 2, 3," intruksi Samuel yang kini tengah memfoto mereka di ponsel milik Ferisha. Entah, sudah keberapa kali mereka semua berfoto. 1 jam-an mungkin. Yang membuat Samuel mati matian menahan segala umpatannya untuk ketiga ciwi ciwi itu.
"Udahan kenapa, sih?!" Keluh Samuel dan menghampiri ketiga cewek itu.
"Coba sini liat!" Sahut Ferisha dan segera melihat hasil jepretnya tadi. Ketiga cewek tersebut sangat puas dengan foto yang diambil oleh Samuel. Hasil jepretnya bagus. Tapi masih ada yang kurang.
"Satu lag—" Kompak mereka semua. Belum juga mereka menyelesaikan ucapannya sudah disela oleh keempat cowok tersebut dengan satu kata.
"GAK!" Potong Samuel, Davit, Delwyn, dan juga Ravael cepat.
Audrey dkk cemberut.
"Ini udah sejam loh! Masa iya mau foto foto lagi," kesal Samuel dan menghampiri kekasihnya, Ferisha. Gimana gak kesal coba. Coba kalian bayangkan, dari tadi satu lagi satu lagi satu lagi, sekali lagi. Ucapannya doang memang seperti itu tapi malah nambah lagi, sekali lagi begitu pun seterusnya, sekali lagi.
Cewek kalo foto emang segitu nya ya?
Ferisha yang tadinya cemberut kini tersenyum sumringah.
"Kita foto bareng aja kalo gitu!" Usulnya dan diangguki oleh semuanya. Kini, mereka sudah berjajar rapi dengan gaya gaya keren mereka. Sengaja, menyewa orang lain untuk menjepret nya.
Terasa sudah puas, keempat cowok tersebut meminta untuk gilirannya yang berpose bersama teman temannya dengan Samuel yang menyuruh Ferisha untuk menjepret nya.
"Fotoin yang bagus, ya!" Perintah Samuel dan mensejajarkan langkahnya dengan ketiga sahabat nya itu.
"1, 2, 3."
Ferisha, Audrey dan Chatrine sengaja mereka demepetan. Mereka ingin tau bagaimana hasilnya.
15 menit kemudian.
"Nih," ujar Ferisha seraya tersenyum.
Samuel mengambil ponsel nya dan dilihat dengan ketiga sahabat nya itu, tersenyum senang melihatnya. Tapi—
LOH KO?! Kok bisa gini sih?! Ini foto kenapa cuma tiga biji doang dah?
"Heh!! Ini kenapa fotonya cuma tiga biji doang?!! Selebihnya pake kamera depan!" cecar Davit kesal yang ikut melihat nya juga. Bukannya merasa bersalah namun mereka hanya cekikikan.
"Emang kenapa, sih?! Pelit banget, deh! Foto pacar sendiri juga," sungut Ferisha.
"Foto kamu bejibun tau gak digaleri aku," lirih Samuel. Karena pasalnya, apa apa yang dia panjang itu foto Ferisha. Jadi, gak bisa kebayangkan betapa cintanya dia terhadap Ferisha? Bucin memang!
Ferisha menyilangkan tangannya didada. "Apus aja sana gih, kalo gak seneng, mah," tantang Ferisha tak main main.
"Nah, loh! Kena semprot kan, lo!" Ledek Audrey seraya menoyor kepala sepupunya itu.
Chatrine jengah dengan percekcokan ini yang tiada artinya.
"Udah, ih! Pulang, yuk! Orangtua kita masih ada urusan katanya sama pihak sekolah. Mending kita sekarang kumpul," usul Chatrine. Mau tak mau mereka mengiyakan.
Di caffe.
"Cowok kalo udah nge-game pasti lupa sama ceweknya," sindir Chatrine jengah dengan Delwyn, dan ketiga cowok itu. Mereka sibuk bermain game di gadget miliknya. Dan kaum hawanya terlantarkan.
"Biarin aja. Putusin aja," iseng Ferisha, tapi berdampak besar bagi Delwyn dan Samuel. Seketika itu juga mereka menaruh ponselnya dimeja caffe dan menatap kekasihnya dengan tersenyum.
"Gitu baru mempan," ucap Ferisha enteng.
"Jahat kamu!" Sahut Samuel dengan menatap gemas Ferisha.
Tak berapa lama kemudian Davit dan Ravael juga melakukan yang sama seperti Delwyn dan juga Samuel.
"Cewek juga gitu, kalo udah asik sama wattpad or drama, cowoknya ditelantarkan," balas Davit,nadanya sengaja ditinggikan 5 oktaf.
Sebagai kaum hawa yang berada di sana, tak terima dengan penuturan Davit. Dengan kompaknya mereka menyerbu Davit dengan kata.
"ITU MAH WAJAR!!" Teriak mereka semua. Ya, pengunjung caffe lebih tepatnya yang berjenis kelamin cewek mereka semua menjawabnya dengan cepat, termasuk Audrey dkk.
"Mampus," ejek Ravael yang sedari tadi diam saja. Menyimak.
"Emang cowok mah selalu salah, cewek selalu bener," curhat Samuel menyindir Ferisha. Tapi Ferisha malah tak peka. Dasar nasib!
"Kita sepakat kan bakalan satu sekolah nantinya?," tanya Ferisha mengalihkan topik pembicaraan. Mereka semua mengangguk.