Hari demi hari berlalu. Setelah lumayan lamanya Audrey libur sekolah, kini ia sudah mulai kembali bersekolah. Dengan hari barunya, dengan seragam barunya, dengan kehidupan barunya, dengan tambahan teman barunya. Tapi hati? Hati mah masih yang lama atuh! Hati nya akan tetap untuk Ravael sampai kapanpun. Ia yakin suatu saat orang itu akan kembali ke dalam hidup nya. Audrey tinggal menunggu waktu saja.
Audrey bercermin. Setelah cukup rapi, ia mengambil tas ransel nya dimeja belajar lalu turun kebawah untuk sarapan bersama keluarga nya.
Ngomong ngomong jika soal SMA, Audrey dkk jadi satu sekolah dengan yang lainnya dan satu kelas juga. Tentu saja itu berkat kekuasaan Papa nya di sekolah yang ia tempati.
Dan hari ini adalah hari yang ke 8 harinya mereka sekolah SMA. Awalnya mereka mengeluh, sebab waktu pertama MOS, OSIS yang berada di sana tak henti henti nya memberikan tugas untuk peserta didik baru, meskipun diiringi dengan permainan. Cuma tetap saja, namanya juga lelah, harus diapakan?
Tapi mereka sekarang mulai mengerti, sebab SMA adalah detik detik akhirnya mereka merasakan yang namanya sekolah. Pasti jika sudah lulus dan mempunyai kehidupan masing masing nantinya, mereka akan rindu masa masa sekolah. Sangat. Masa masa yang takkan pernah terlupakan yang akan mereka wariskan dan ceritakan masa masa itu kepada keturunan nya masing masing.
Oke, back to topic
Audrey sudah berada dimeja makan. Disana terdapat kedua orangtuanya dan juga Samuel plus Yoga. Sudah rutin untuk Yoga agar menjemput Audrey. Kedua orang tua Audrey sudah mempercayakan Yoga dan juga Samuel untuk menjaga putri mereka tersebut. Mereka tak mau kehilangan anak untuk yang kedua kalinya.
"Pagi," sapa Audrey.
"Siang," balas Samuel ngasal.
Audrey yang mendengar balasan dari Samuel itu menggeleng miris seraya berkata—
"Gue kasian deh sama Ferisha," ujarnya gantung dengan wajah sendu yang dibuat buat.
Samuel yang sedang mengoleskan selai ke roti nya itu menoleh. "Kasian kenapa, njir?!" Sewot Samuel.
Kedua orang tua Audrey hanya terkekeh bersama Yoga.
Dasar anak muda!
"Ya kasian aja kalo bener bener masa depan Ferisha itu elo. Gue cuma kepikiran sama keturunan kalian doang sih, nantinya," jujur nya seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
Yoga mengerutkan alisnya. "Loh, kenapa?," Timbrungnya yang pada aslinya ia pun penasaran.
"Kasian gimana nantinya generasi mereka selanjutnya, karena orangtuanya aja kayak gitu. Setres!" Tutur Audrey blak blakan.
Yoga dan kedua orangtuanya tertawa, diam diam mereka menyetujui ucapan Audrey itu.
Samuel yang tak terima dirinya di pojokkan begitu saja mengucapkan.
"Terima kasih atas pujiannya. Semoga itu menjadi boomerang untuk nyonya Audrey dan juga tuan Ravael nantinya."
Audrey yang sedang meminum susunya itu langsung menyemburkan susunya, tepat sekali readers—Si Samuel duduk tepat dihadapan Audrey. Hal hasil itu air semburan terkena muka suci Samuel yang sedang memakan rotinya.
Dan kalian pasti tahu apa yang terjadi selanjutnya.
"SETAN LO AUDREY!" Teriak Samuel. Wajah dan rotinya kini sudah tak suci lagi!!
••••••••••
Sesampainya disekolah.
Audrey, Samuel dan Yoga yang datang berbarengan itu memasuki kelas. Dikelas sudah agak ramai, namun sesekali entah mata kaum adam dan kaum hawa melirik kepada most wanted tersebut, seperti ketika mereka baru sampai diparkiran. Siapa lagi jika bukan Audrey dkk.
Samuel muka kusut.
Yoga tampang ramahnya.
Dan Audrey—dengan muka flat nan dingin itu. Setelah kepergian Ravael, ia jadi cenderung cuek kepada siapa saja. Ia akan ramah hanya kepada sahabat sahabat nya saja. Jika dengan orang lain, ia akan bersikap dingin. Apalagi jika ada kaum adam yang terang terangan mengungkapkan perasaan nya kepadanya. Cewek itu langsung melemparkan tatapan tajam nya kepada orang tersebut. Sebab, ia tak suka ada yang berbicara seperti itu, karena hatinya hanya untuk Ravael seorang.