Semua murid berhamburan keluar kelas, mereka ingin cepat cepat pulang dan berbaring kembali ke kasur empuk tercinta nya. Yang dimana otak mereka terkuras setengah hari untuk menuntut ilmu layaknya bekal dimasa depan kelak.
Audrey dkk keluar kelas dengan beriringan. Mereka hanya diam, sibuk dengan pikirannya masing masing.
Davit yang tak tahan dengan suasana seperti ini pun memilih angkat bicara.
"Kalian naber? Biasanya pada heboh kalo pulang, kok ini malah pada diem?," Tanyanya sekedar basa basi.
Davit merangkul bahu Ferisha seperti biasa. "Curut satu, kenapa lo diem aja?!" Tanyanya tak selow.
Ferisha yang bahunya sakit ditekan kebawah seperti biasanya itu pun menatap Davit sinis seraya menghempaskan tangan Davit dari bahunya.
"Gue cape! Mau pulang. Gais, gue duluan, ya! Bang, gue tunggu dimobil," ketusnya pamit begitu saja.
Mereka otomatis diam ditempat. Davit yang tak asing jika pulang bareng bersama kembaran nya itu pun mengerti situasi.
Davit menempuk dua kali bahu Samuel.
"Lo kejar gih, selesain. Doa aja, semoga gak terjadi apa apa. Belom tentu asumsi kita semua itu bener," saran Davit bijak. Segesrek gesreknya orang seperti Davit, adakala nya orang itu bersifat Dewasa.
Samuel menatap Davit sebentar. "Tumben bijak, biasanya setres," sahut Samuel yang tak sesuai dengan pikiran mereka semua. Kiranya, Samuel akan berterima kasih kepada Davit sebab telah memberikan celah untuk berbicara dengan Ferisha. Lalu ini?
Davit hanya melongo dengan kepergian Samuel, begitu pun dengan yang lainnya.
Orang ini...
Bukannya ucapkan terima kasih malah dibalas dengan hujatan. Ckckck...
••••
Samuel berlari disepanjang koridor dengan muka cemasnya. Tak meladeni kaum hawa yang menjerit jerit karena melihatnya. Ia tak peduli toh. Hatinya hanya untuk Ferisha.
Samuel tiba di parkiran. Terlihat Ferisha yang akan memasuki mobil milik Davit itu, ia langsung saja menghampiri nya dengan sedikit berlari.
Srett
Tangan Ferisha yang ingin membuka pintu mobil terhenti begitu saja ketika tangannya ditarik paksa oleh Samuel. Hal hasil Ferisha menubruk pintu mobil itu dengan tubuh yang berada dikungkungan Samuel.
Ferisha menatap Samuel dengan alis yang dicuramkan, pertanda tak suka atas tindakan Samuel yang terlalu bar bar.
Ia mencoba melepaskan tangannya yang dicengkeram erat oleh kekasihnya itu. Namun nihil, bagaimana pun juga tenaga Samuel jauh lebih besar dibandingkan dengan tenaga Ferisha.
"Lepasin Samuel! Aku mau pulang!" Bentak Ferisha. Kejadian ini tentu saja tak luput dari siswa siswi yang ingin pulang juga untuk mengambil kendaraan nya. Bahkan kini ada yang secara terang terangan memvideokan kejadian ini yang menurut nya sangat seru. Bahkan 80 persen orang orang mendekati Samuel dan juga Ferisha.
"Hari ini kamu pulang sama aku!" Perintah Samuel yang tak bisa diganggu gugat lagi. Tanpa ba-bi-bu ia menyeret Ferisha menuju mobilnya.
Didalam mobil hening. Tak ada yang membuka suara dan dengan tekad juga keberanian akhirnya Samuel lah yang dulu angkat bicara.
Ia mengalihkan atensi nya kepada gadisnya yang berada disampingnya itu.
"Kamu marah? Kamu cemburu, hm?," Tanyanya mengintrogasi.
Ferisha menoleh kearah Samuel. "Gak sih, gak cemburu. Lebih tepat kemarah sama kesel," balas Ferisha dengan polos.
Samuel terkekeh. Apa bedanya? Hanya beda tipis saja tapi artinya sama.
"Tinggal bilang cemburu aja susah amat," tutur Samuel meledek.
Ferisha melotot tak terima. "Enggak, ya! Gak ada cemburu cemburuan," elaknya membela dirinya, tak mau kalah.
"Terserah, deh. Denger ya, meskipun nanti tuh cewek sialan duduk sama aku, aku jamin seratus persen gak bakalan kepincut. Janji. Jadi gak usah nethink!" Jujur Samuel kepada Ferisha. Entah mengapa Samuel belum melihat wajah cewek itu saja sudah muak. Sebab, hubungannya dengan Ferisha sempat terancam akan kehadiran sosok baru itu.
Namun Samuel diam diam pun penasaran. Siapakah anak baru tersebut? Apakah dia? Jika benar dia, ia tak tahu harus bagaimana. Harus ada dua wanita yang menjadi prioritas dia nantinya. Entah bagaimana Ferisha nanti nya jika tahu hubungan Samuel dengan cewek itu.
Namun, jika yang di maksud Samuel itu benar. Jika tidak? Tak masalah! Seratus persen Samuel akan jutek! Jika memang benar orang itu, tetap saja, hatinya hanya untuk Ferisha. Yang bedanya, prioritas nya bertambah, ada 1 orang lagi yang akan dia jaga bagaikan mahkota dan mutiara.
"Aku harap kamu bakalan buktiin janji kamu. Aku gak butuh janji ataupun ucapan seperti itu. Yang aku butuh cuma pembuktian dan perbuatan kamu nantinya," balas Ferisha yang membuat Samuel skak mat.
Namun detik berikutnya Samuel menjawab.
"Pasti. Aku sayang banget sama kamu, Sha. I love you more you love me" balas Samuel tulus dengan hatinya.
Ferisha tersenyum haru. "Thanks you loving me. I love you too."