"Balikan yuk!"
"HA?!!" Kaget seisi kelas tanpa terkecuali. Bu Dian pun seperti itu.
"Eh? Enggak kok, Bu. Tadi saya liat ada kecoa lewat di bawah," alih Ravael gugup.
Mereka tertawa kecil melihat kelakukan absurd Ravael sekaligus receh.
"Mana ada kecoa di sini. Lagi ngerasain cinta monyet, ya?," Goda Bu Dian asik.
"Bukan cinta monyet, bu. Tapi cinta mati, eakkk," gombal Ravael receh yang langsung di soraki oleh seisi kelas.
Ferishalah yang makin heboh. "POKOKNYA RAVAEL HARUS TRAKTIR SEISI KELAS IPA 2 NANTI!!!! PAJAK BALIKAN HARUS BAYAR!!" Profokator Ferisha yang membuat seisi kelas makin heboh.
"Ambil aja ambil," sahut Ravael sombong dengan nada santai.
"Dih—bayarnya pake kutang lo, ya? Pasti ngutang nih," ledek Gian kurang ajar seraya tertawa. Otomatis yang mendengar kata tersebut dari mulutnya kebanyakan malu.
"Itu mah elu!! Setiap ke cafe gue yang di London ngutang mulu kerjaan lo. Palingan udah jutaan kali," kompor Ravael yang membuat Gian mendesah tak nikmat.
Heran. Padahal kan itu aibnya. "YA ELA!!GAMPANG ITU MAH. NANTI GUE BAYAR MAKE CALON BINI GUE!!!" Teriak Gian ngotot.
"parah Char, lo di jadiin target," pancing Alex dengan nada datar dan muka flat.
"Eh? Enggak kok. Bercanda bercanda," sentak Gian tersadar dengan perkataan nya. Niatnya kan hanya bercanda.
Tapi dasar cewek!
"Yaudah gak papa. Siapa tau aku dapat yang lebih waras daripada kamu," sahut Charly yang makin memojokkan Gian.
"Anjir!!!" Cecar Gian tak terima.
"Udah pokoknya Rava harus bayar nanti!!" Timbrung Yoga damai.
Ravael tersenyum. "Iya nanti gue bayar. Tapi mintanya sama Gian, ya," balas Ravael.
"KOK GUE?!!" Pekik Gian cempreng dengan komok tak selow, mata melotot hingga ingin keluar dan jangan lupakan hidung yang di kembang kepiskan seraya membuka mulutnya agak lebar.
"Anjir! komok gak kontrol, tai," kekeh Alex yang tak dapat di pungkiri. Sungguh, Masya Allah banget mukanya.
"Iyalah! Itung itung itu lo bayar semua utang lo," balas Ravael seenaknya.
"GAK SEBANYAK ITU—MONYET!!" Geram Gian yang membuat seisi kelas tertawa.
••••••••
"Kutu buku banget sih, kamyuu," gumam Ferisha sok imut kepada Zazkia.
Audrey sedari tadi tersenyum melihat ke arah Zazkia. Mengapa dirinya baru sadar bahwa selama ini Zazkia sangat mirip sekali dengan sahabat kecilnya itu? Pantas saja Yoga terkadang selalu melirik ke arah tempat duduk Zazkia yang berada di belakang.
Audrey tersenyum penuh arti. Semoga Zazkia adalah orang yang tepat untuk menggantikan posisi nya di hati Yoga itu.
Ya, semoga. Terlihat sekali dari tatapan Yoga bahwa Yoga kagum kepada anak itu. Kagum dalam artian—
Muka dan juga sifatnya persis seperti sahabat kecilnya.
"Kata Mami, kalo kita mau sukses, kita harus belajar dengan giat. Trus jangan lupa juga berdoa. Dan yang paling penting gak ngeremehin atau menjatuhkan orang lain." Ujar Zazkia tenang yang membuat seisi meja yang mereka tempati menjadi kicep.
"Nah, loh! Ferisha ketauan banget, nih malesnya," goda Nino kepada Ferisha.
Ferisha mencebikan bibirnya sebal. "Males itu manusiawi kali!" Sewot Ferisha.
"Minta di cium bibirnya sama lo tuh, Sam," timbrung Ravael angkat bicara, yang membuat mereka semua makin memojokkan Ferisha.
Samuel tertawa. "Dia mah, malu malu tapi mau," goda Samuel yang ikut ikutan.
Ferisha mukanya sudah seperti tomat merah. Memandang sebal kearah kesekelilingnya. "ENGGA, YA! KAMU NYA AJA YANG MESUM," bantah Ferisha murka dengan suara cemprengnya itu.
"Kok baperan sih?," Tanya Fana meledeki.
"Malu lah!!" Renggut Ferisha cepat.
"Oh. Berarti bener yang di bilang sama Samuel. Malu malu tapi mau," timbrung Gian.
"Demen banget gue ama yang kayak begini," lanjutnya.
"Ah! Ngeselin banget, sih!!" Cecar Ferisha yang hampir kehabisan stok kesabaran.
"Dih, ngedesah nya—sungguh mengejutkan," ledek Charly yang membuat semuanya tertawa tak terkecuali dengan Ferisha yang sudah malu lalu menangis di dalam pelukan Samuel.
Betapa menggemaskan nya pacar Samuel itu. Meskipun umur sudah besar, namun tetap saja sikapnya child.
Tapi Samuel suka kok.
•••••••
"ASSALAMU'ALAIKUM MAMA!!! AUDREY PULANG!!!" Teriak Audrey dari ambang pintu diikuti oleh para sahabat nya. Mereka akan menghabiskan waktu seharian di rumah Audrey khusus hari ini. Karna besok tanggal merah, jadi mereka memutuskan untuk menginap di rumah Audrey.
Terlihat Bintang yang sedang memakai celemek itu berjalan ke arah luar pintu. "Walaikumsalamsalam," sahut Bintang. Mereka semua pun menyalimi wanita paruh baya itu.
"Eh, tumben nih rame rame. Mau pada nginep ya?," Tanya Bintang seraya memimpin jalan mereka kearah ruang tamu.
Bintang menyipitkan matanya ke arah Ravael.
Ravael yang merasa di perlihatkan pun tersenyum seraya melambaikan tangannya. "Halo calon mertua," sapa Ravael yang membuat suasana hangat.
Bintang menggelengkan kepalanya. "Udah balikan kalian?," Tanya Bintang antusias.
"Udah, dong!" Bangga Ravael. Sedangkan Audrey sudah berada di kamarnya berpamitan untuk mengganti baju sebentar.
"Loh, ini siapa? Coba kenalin! Biar Tante kenal kalian semuanya," titah Bintang yang kini duduk di sofa single.
"Oh, ini sahabat nya Rava, Tan. Itu tuh, yang mukanya ngengesin, yang lagi ngupil namanya Gian. Nah sampingnya itu pacar nya namanya Charly," sahut Ravael memperkenalkan sedikit frontal gak ada akhlak.
Gian yang merasa di panggil pun hanya menyengir kuda. Malu. Dirinya tertangkap basah sedang mengorek orek indra penciuman nya itu.
Ehh, jadi ke inget guru SD yang namanya pak Indra :)