Without You

Safina
Chapter #32

32. Something

Dingin.


Itulah yang menggambarkan wajah ke empat remaja tersebut.

Siapa yang terima dengan perkataan seperti itu? Pasti tidak ada.

"Jangan salah paham dulu." Samuel membenahi.

"Ceritain coba," pinta Gian. Mereka tau keadaan. Tak mungkin mereka menyimpulkan itu terlalu cepat. Karna mereka pun sudah berpengalaman dengan hal kesalahpahaman seperti ini di masa lalu.

Perlahan lahan pun mereka membicarakan kronologis kejadian tersebut. Dari penyebabnya dan apa masalahnya tanpa ada yang di potong ataupun di sembunyikan. Semua terbongkar.

Monica saat ini hanya tak percaya atas perilaku Marcell yang seperti itu. Kemana sifat lembutnya seperti dahulu kala? Apakah itu karena dirinya juga Marcell bersikap seperti itu?

Ternyata, emang bener. Cinta dapat merubah segalanya.

"Gue gak percaya bang Marcell suka sama gue," ungkap Audrey jujur. Mereka pun sama tak percaya atas alasan tersebut. Pasti ada hikmah tersembunyi dari ucapannya.

Kalo ada Marcell di sana, sudah di pastikan cowok itu tertawa laknat akan perkataan adiknya itu.

Kini ruang tamu dihiasi dengan keheningan saja. Mereka semua sibuk dengan pemikiran nya masing masing.

Terlalu rumit dan janggal permasalahan nya, lalu tak mudah juga untuk membongkar semua teka teki ini.

"Btw, sebenernya alasan bang Marcell mutusin kamu itu karena apa?," Tanya Zazkia dengan logat masih aku-kamu. Meskipun Zazkia sudah tahu alasannya dari mulut para sahabat nya itu, namun dirinya pun tak mau menyimpulkannya dengan cepat.

Dan akhirnya gadis berkacamata itu memberanikan diri membuka suara untuk menanyakan hal ini.

"Cuma kesalahpahaman," balas Alex cepat yang menggantikan posisi Monica untuk angkat bicara.

Zazkia diam sebentar. Dirinya pendiam bukan berarti masa bodo atau hanya menyimak saja. Ia lebih pandai untuk mengambil tindakan bukan dengan membuka suara cepat cepat hanya untuk mengetahui sesuatu lebih dalam lagi. Lebih baik di pikirkan di otak baik baik.

"Aku tanya ke Monica, bukan ke kamu. Emangnya apa salahnya kita dengerin alasan nya? Pasti ini juga ada sangkut paut nya sama Rivael yang merelakan sengkongkol sama bang Marcell. Ikatan persahabatan enggak begitu juga. Itu namanya bukan sahabat kalo Rivael ikut ikutan mengambil tindakan yang enggak bener. Seorang sahabat itu harus nya memberi saran yang baik, bukan malah ikut ikutan kayak begitu. Nah, sebaliknya juga. Pasti Rivael melakukan hal itu juga pasti ada alasannya," lanjut Zazkia panjang lebar yang di simak baik baik oleh orang orang yang berada di ruangan itu.

Takjub. Itulah yang menggambarkan perasaan mereka semua saat ini. Baru pertama kalinya di persahabatan mereka jika sedang membicarakan hal ini ada yang berbicara seinti itu. Yang secara langsung pun kita dapat titik terang nya untuk mengatasi dan menyelesaikan masalah ini.

Yaitu, menelusuri apa yang terjadi di masalalu Marcell yang bersangkut pautnya dengan Ravael, lalu mencari tahu apa motif Marcell melakukan semua itu dan yang terkahir adalah berfikir keras untuk menyangkut pautkan segala hal tersebut satu persatu kedalam kronologis beberapa tahun silam. Lebih tepatnya ketika mereka berada dipuncak SMP nya.

Chatrine diam seraya memandang wajah para sahabat nya satu persatu. Kebiasaan dirinya jika sedang berfikir keras.

Chatrine terfokus pada satu titik. Ia memincingkan mata ke arahnya. Ia menggelengkan kepalanya tak pasti. Sedangkan yang lainnya tak menyadari apa ada yang janggal selama ini atau tidak. Mungkin dirinya saja yang mengetahui, bahkan ia baru mengetahui beberapa waktu yang lalu.

Beginilah jika Chatrine sedang dilanda dengan penasaran. Tak memakai tanda tanda, ia angkat bicara.

"Lo buk—"

Ucapan nya terpotong ketika mamanya Audrey berteriak menghampiri mereka semua dari arah dapur.

"Eh!! Ayo, makanan udah siap. Kita makan dulu yuk, mainnya lanjut aja nanti," ajak Bintang kepada tamu yang merupakan sahabat dari anak nya itu.

"Kuy, lah! Udah laper gue!" Seru Gian yang langsung meloncat turun dari sofa. Mereka semua hanya geleng geleng kepala sesekali mendapatkan cibiran biasa yang Gian terima.

Lebih tepatnya sorakan sekarang.

Dan, mereka pun memakan masakan Bintang dengan khidmat. Tanpa sadar dan merasa ada yang janggal akan ucapan Chatrine tadi. Sang empu pun berusaha menyakinkan pikiran nya bahwa yang ia kira itu salah.

Semoga.

•••••••••

"Ah!! Jahat lo pada! Gue truth aja, dah!" Ucap Gian sewot.

Hari sudah malam. Kini, mereka semua tengah bermain truth or dare di ruangan khusus bermain dirumahnya Audrey yang dimana dikelilingi oleh cemilan, minuman, dan juga Snack di mana mana.

Gian sewot. Tak terima. Pasalnya ia mencoba coba untuk sesekali memilih dare. Lalu, apa kalian tahu dare apa untuk Gian?

1. Bersihin semua sisa sisa makanan yang ada disini, trus pel in, sapu in, ampe bersih (Audrey).

Yang ini bagaimana bisa?!! Pasalnya ini sudah berantakan sekali seperti kapal pecah. Stik ps dimana mana, jangan lupakan bungkus coklat dan juga botol minuman berserakan dimana mana.

Mana sanggup Gian?!!

2. Nanti malem tidur diluar rumah ampe besok tukang bubur lewat (Charly).

Jahat sekali kekasihnya itu. Kalo Gian gak ganteng lagi gara gara di gigitin serangga gimana?!

Dan, dengan lantangnya Alex menjawab. "Nyamuk juga yang ada mati kali ngegigit lo. Darah lo pait," cibir Alex seperti biasanya.

Dan masih banyak lagi tantangan tantangan aneh yang mereka berikan kepada Gian.

"Gue gak sanggup," drama Gian seraya pura pura mengusap sudut matanya.

Padahal, niatnya cowok itu memilih dare agar berbeda dari yang lain, yang kebiasaannya tuh kalo main truth or dare maunya truth mulu karena takut darenya macem macem. Selain itu pun, cowok itu mau begajul—biasalah! Pas ditanya sama yang lainnya 'lo yakin mau dare?' Gian said 'yakin lah! Gue tuh gak pengecut kayak lo lo pada' begitu lah katanya dengan raut muka, matanya di sipitin ampe tuh mata merem sempurna.

Eh pas udah diajukan darenya seperti apa tuh orang malah mundur tiba tiba.

Charly mencibir, mengambil keripik lalu melempar nya kepada Gian. "Makanya, sok sokan milih dare," cecar Charly sebal.

"Wah, gak bisa gitu dong. Dare nya jangan kayak gitu!!" Sewot Gian setengah jengkel.

"Harus konsisten, woi. Teguh pada pendirian!" Ledek Ravael seraya memutar mutar botol minuman itu.

"Ganti aja dare nya mendingan. Si Gian udah kayak bayi aja," usul Audrey akhirnya.

"Gitu aja gak sanggup. Apalagi olahraga ranjang pas malem pertama sama Charly," celetuk Samuel yang sedari tadi menyimak.

Ferisha langsung mencubit tangan kanan Samuel yang di balas hanya dengan—

"Enak, sayang."

Goblok, sia!

Gue yg ngetik sendiri knp pas ngerevisi kok malu😭

"Ndas mu!"

"Wah, kalo itu sih gue mah sanggup. Ampe pagi juga sanggup," sahut Gian mantap dan menggebu gebu.

Audrey, Angel, Monica, Chatrine, Ferisha, Charly, Zazkia, Fana dan Fani mendegus tak suka.

"Sumpah, udah gak bener woi!!" Sentak Monica.

"Bubar, bubar!" Lanjut Angel.

Mereka pun pergi dari ruangan itu. Kaum Adam hanya cengo melihat nya.

"WOI!! MAU PADA KEMANA?!!" Teriak Delwyn.

Audrey mengintip dari bilik tembok, seraya berbicara.

"Sisanya beresin." Ada jeda. "Kita mau maskeran, abis itu tidur. Bye!!!!" Suruh Audrey lalu tertawa setan bersama yang lainnya.

Ravael, Yoga, Gian, Samuel, Davit, Delwyn, Alex, Nino dan Nano mendegus.

Seraya berucap.

"Dasar cewek!"

Hari terburuk baginya. Mereka semua bergotong royong untuk membersihkan ruangan itu.

Ekspetasi mereka terlalu indah jika dibayangkan dengan realita yang tak sama sekali sesuai.

Dipikirnya, ketika mereka full time, mereka akan romantis romantisan dengan kekasih nya masing masing.

Namun nyatanya?

malah dibudakkin. Catat itu.

Audrey dkk memasuki kamar milik Audrey.

Ya, meskipun sudah ditawari oleh kedua orangtua Audrey untuk memilih kamar masing masing, namun mereka semua tak mau. Jadilah seperti ini, kaum hawa dengan kaum hawa dan kaum adam dengan kaum adam. Karna itu lebih menyenangkan. Kapan lagi coba begini? Full time bareng sahabat sahabat yang udah bertahun tahun lamanya menemani kita? Yang udah sabar dan tetap disisi kita suka dan duka, yang udah mau nerima kita apa adanya dengan segala kekurangan.

Dan Audrey beruntung memiliki sahabat sahabat seperti mereka. Di kelilingi oleh banyak orang yang sayang kepadanya meskipun ia banyak sekali kekurangan nya.

"AH!!!! GILA!!!!" Teriak Ferisha seraya menggelamkan wajahnya di bantal.

Chatrine menghampiri dan melemparkan masker andalannya itu ke tubuh sahabat nya yang kini seperti cacing kepanasan.

Bolak balik diranjang Audrey.

"Kamu malu ya sama Samuel?," Tanya Zazkia tiba tiba yang membuat Ferisha langsung duduk dengan tegak.

"Enak aja!" Asal Ferisha. Mereka tertawa.

"Gak usah gugup gitu kali. Kuy, lah," timbrung Audrey yang kini sudah siap dengan alat alat masker nya.

Butuh waktu 5-10 menitan mereka mengoleskan masker mereka masing masing pada wajahnya, sesekali mereka bertanya tanya dengan hal hal yang unpaedah.

Kini mereka sudah selesai mengoleskan masker ke wajah mereka masing masing.

Mereka mulai duduk membentuk lingkaran.

Mereka sama sama diam. Menanti waktu untuk membilas wajah mereka hingga bersih masing masing. Sesekali mereka bernyanyi bersama mengikuti alunan lagu yang sengaja disetel oleh Angel, dan gila gilaan bersama sampai maskernya ada yang retak. Momen yang sangat menyenangkan untuk mereka hari ini.

"Enak nya ngapain, ya?" Tanya Audrey kepada semuanya seraya berfikir keras.

Monica mengering jahil kearah Ferisha. "Main jujur jujuran aja, yuk!" Ajak Monica.

Mereka semua paham akan kode yang dimaksud oleh Monica.

"Hompimpa apa puter botol?," Tanya Audrey meminta persetujuan teman teman nya itu.

"Botol aja biar cepet," usul Zazkia yang disetujui oleh semua nya.

"Oke. Gue punya peraturan," ucap Fana.

"Peraturan apa?," Tanya Charly.

"Jadi gini, setiap pertanyaan yang kita dapet harus dijawab jujur. Kalo enggak, ada hukumannya," jelas Fana dengan senyum evil yang menghiasi wajahnya itu yang membuat Ferisha bergedik ngeri.

"Hukuman nya apaan ,anjir?!!" Tanya Fani kepada kembarannya itu.

"Nah, kalo itu gue juga gak tau. Masih mikir," balas Fana santai seraya memakan salad yang tersaji dihadapan mereka semua.

Mereka semua memandang Fana malas. Tak terkecuali dengan Ferisha yang malah tersenyum senang. Ya, sejak pertama kali, dirinya lah yang sudah was was akan permainan seperti ini. Bagaimana nanti nya jika ia terjebak? Ia tak pandai berbobong, sekali nya berbohong juga pasti akan tertangkap basah nantinya. Ia anak baik baik. pikirnya.

Gundulmu anak baik baik!

"OH!! I KNOW!!!" Pekik Audrey seraya tersenyum senang yang membuat senyum Ferisha luntur seketika.

"Jadi gini, gimana kalo misalnya bohong kita kasih hukuman untuk—" ada jeda. "Jadi gini, misal kita kasih pertanyaan ke Angel trus Angel bohong, kalo misalnya ketauan boongnya, Angel harus jujur ke orang itu di depan kita semua," jelas Audrey.

Ferisha bingung. "Maksudnya? Ke orang mana?," Tanya Ferisha sudah wanti wanti.

"Anjir!! Otak lo lemot banget!!" Sembur Angel.

"Jadi, tuh, misal Ferisha ditanya sama Audrey tentang Samuel. Nah, kalo misalnya Ferisha bohong, Ferisha harus jelasin ke Samuel," timbrung Zazkia yang ikut menjelaskan yang diangguki oleh semuanya.

Ferisha berpasrah. "Semoga gak ketauan. Aamiin," gumam Ferisha.

"Wah!! Ketauan banget lo, mau boongnya!" Cecar Charly yang ditertawai oleh semuanya.

"Hati hati loh sama Samuel, Samuel ngeri tauuu kalo udah berurusan sama Ferisha," goda Angel yang membuat Ferisha nyalinya menciut.

Kalian paham kan maksud Angel?

"Gue ada tambahan, nih!" Seru Chatrine.

Lihat selengkapnya