Without You

Safina
Chapter #33

33. Mutiara Kirana Wijaya

Tak ada di dunia ini yang kekal abadi. Semua pasti akan mengalaminya. Jatuh dan bangkit itu hanyalah soal biasa untuk kehidupan yang ada di dunia ini. Tuhan menciptakan manusia salah satunya untuk belajar apa sebenarnya arti kehidupan dan berlomba-lomba untuk menjadi yang pemenang ketika mereka diberikan ujian oleh Tuhan.


Tenang, kesedihan mu bukan berakhir dengan kesedihan pula. Itu semua pun tergantung akan dirimu sendiri yang menjalaninya. Memilih bertahan akan semua ini atau menyerah saja?


Itu semua tergantung.


Sepanjang perjalanan untuk ke makam, mobil yang dikendarai oleh Chatrine itu hanya ada suara musik lagu bad liar yang mengalir. Semua bisu, tak dapat melontarkan kata kata dan juga candaan seperti biasanya.


Karena, tak ada orang yang biasa biasa saja ketika mengingat orang yang ia sayangi telah pergi, bahkan untuk selamanya.


Begitu pula dengan mobil yang dikendarai oleh Ravael. Iya, mereka pisah. Kaum hawa dengan kaum hawa dan kaum adam dengan kaum adam.


Audrey menatap luar jendela dengan pandangan kosong. Selalu seperti ini. Mengapa dirinya susah sekali untuk bangkit dari semua ini? Apakah ini terlalu manis untuk dilupakan? Padahal ini adalah hal pelik di dalam kehidupan nya.


Ia teringat kejadian beberapa tahun silam. Audrey meremas tangan nya, tangan yang menurut nya sudah tak suci atau kotor, sebab tangan ia sendiri lah yang membuat nyawa seseorang hilang.


Apakah dirinya pantas untuk dimaafkan? Bagaimana bisa, semua orang yang berada disekitar nya, sahabat sahabat nya, dan juga keluarga nya tetap menyayangi nya dan berada disisi nya ketika ia mempunyai seribu satu kesalahan yang tak pantas untuk dimaafkan?


Dirinya sebrengsek itu, kah?


Angel yang tahu akan keadaan pun akhirnya angkat bicara untuk mencairkan suasana.


"Gak usah terlalu dipikirkan, Drey. Itu udah jadi bagian masalalu, pandang masa depan lo, masa depan lo ada didepan, bukan belakang," ujar Angel.


Audrey tersenyum berusaha mengangguk.


"Mulai Senin nanti gue bakalan jalanin kemoterapi." Jawab Audrey mengalihkan topik pembicaraan. "Gue harap setelah fisik gue gak sempurna lagi—"


Ucapan nya terpotong dengan tatapan horor yang diberikan oleh sahabat nya.


Chatrine yang menyetir itu menggelengkan kepalanya keras. Meralat ucapan sahabat nya itu.


"No! Lo ngomong apa, sih? Kita semua disini selalu ada untuk lo!" Tegur Chatrine yang tak suka oleh arah pembicaraan Audrey, begitu pula dengan yang lainnya.


Ferisha menangguk. "Bener tuh, susah seneng kita sama sama," timbrung Ferisha.


"Kita ke makam Marcell dulu, kan?," Tanya Chatrine yang diangguki oleh Audrey.


"Iya, ke makam Marcell, abis itu ke makam Rivael, trus terakhir ke makamnya Tiara," jelas Audrey.


Mereka mengangguk mengerti. Mereka semua sudah diceritakan tentang orang tersebut. Orang yang rela mengorbankan nyawanya hanya untuk orang yang ia sayangi.


Perbuatan terpuji bukan?


"Oke, sampe!" Riang Chatrine. Satu persatu dari delapan orang cewek tersebut pun membuka pintu mobil dan keluar.


Terlihat mobil lain terparkir disamping mobil yang dikendarai oleh Chatrine. Siapa lagi jika mobil yang berisikan anak lelaki?


Rerumputan hijau yang di hiasi dengan gundukkan tanah itu terlihat sangat asri sekali. Terlihat jelas bahwa area pemakaman ini selalu dirawat setiap harinya.


Sebelumnya, mereka memakai kerudung terlebih dahulu sebagian untuk kaum hawa, dan untuk kaum adam masing masing membawa bunga untuk ditaburkan di area pemakaman.


Langkah demi langkah mereka lewati, hingga langkah mereka berhenti tepat di gundukkan tanah yang masih terlihat asri.


Yang dimana batu nisan tersebut dihiasi dengan nama,


MARCELL BINTANG ANANTHA.


Mereka pun perlahan lahan duduk dikarpet yang sengaja mereka bawa dari rumah.


Ravael yang memimpin doa, mereka semua pun berdoa untuk almarhum itu dengan khidmat. Setelah itu acara penaburan bunga.


Mereka semua tak dapat membendung air matanya. Bahkan Fana, Fani, Nino, Nano, dan juga Zazkia yang orang baru dipersahabatan mereka pun ikut merasakan apa yang mereka rasakan.


Audrey menangis dengan Ravael yang setia berada di sampingnya. Ravael memeluk tubuh Audrey dari samping.


"Maafin Audrey, ya. Gara gara adik lo yang satu ini lo pergi. Gue nyesel, serius. Andai waktu bisa diulang, tapi itu hanyalah andaian. Hanya orang orang yang bodoh yang percaya akan waktu bisa terulang. Mugkin gue termasuk kategori itu," curhat Audrey.


"Bang, doain gue, ya. Sebentar lagi gue mau jalanin pengobatan, doain, ya. Semoga lo tenang disana. Oh, ya. Gue dapet sahabat sahabat baru, banyak banget. Lo gak usah khawatir, mereka semua baik baik, kok sama gue. Rava juga udah kembali, sekarang kita udah balikan. Lo seneng, kan?," Ucap Audrey dengan isakkan tangis yang mendominasi.


Mereka semua pun berucap ucap kepada makam yang berada dihadapan mereka. Mereka ajak ngobrol seolah olah beliau masih ada dimuka bumi ini.


Monica tersenyum seraya mengelus elus batu nisan cinta pertama nya itu. Alex? Cowok itu paham, bahkan tersenyum.


"Semoga lo tenang disana. Kita disini selalu doakan lo. Maafin gue kalo gue ada salah di waktu dulu," ungkap Monica.


Yoga mengepalkan tangannya erat. Berusaha untuk tidak menunjukkan sisi lemah nya dihadapan mereka semua.


"Bang Marcell, disini, gue bakalan tetep jagain Audrey, kok. Jangan khawatir. Bang, gue udah punya pacar, loh. Namanya Zazkia," ada jeda.


Yoga menghapus air matanya secepat kilat. Mereka semua hanya diam.


"Gue hebat, kan? Bisa move on dari orang itu? Iya,nggak? Lo bangga kan, bang? Doain yang terbaik buat gue, ya. Oh, ya. Titip salam buat Tiara. Semoga dia bahagia sama pasangannya di surga," tutur Yoga.


Samuel tersenyum. "Liat, meskipun raga lo udah tertimbun oleh tanah, masih banyak di sini yang ngenang lo," ujarnya.


"Bisa gak sih? Lo minta sama Tuhan disana supaya jiwa lo dikasih lagi?," Lanjut Samuel yang malah mengarang entah kemana.


Mereka semua buru buru beranjak dari area pemakaman itu, sebelum Samuel akan bertingkah diluar pikiran mereka. Terlebih, ada 2 orang lagi yang akan mereka kunjungi makamnya.


Samuel sedikit menjauh dari mereka semua ketika mereka sudah mulai beranjak memasuki mobil.


Samuel mengelus batu nisan itu. "Tenang aja. Audrey gak bakalan kenapa napa, kok. Kalo dia kenapa napa, mungkin orang itu yang bakalan mati nantinya," ucap Samuel dengan makna tersirat dan beranjak pergi dari sana.


Yang kedua, tibalah mereka disini, area pemakamannya tak terlalu jauh dari pemakaman Marcell.


Mereka semua pun turun dari mobilnya dan mengikuti langkah kaki Ravael yang memimpin.


Tibalah mereka disini, batu nisan yang bertulisan nama kembaran dari seorang Ravael Leo Aiden.


Mereka semua pun melakukan hal yang sama dengan yang mereka lakukan di pemakaman Marcell tadi.


Setelah berdoa, yang pertama kali angkat bicara pun Ravael.


"Jahat lo, tai! Ninggalin gue sendirian disini! Lo tau kan betapa tersiksanya gue ditinggalin sama kembaran nya sendiri?!," ucap Ravael dengan nada tak terima. Tersirat nada terluka yang mendalam diucapannya barusan.


"Liat! Gue udah balikan sama Audrey. Kagum kan lo?," Tanya nya seolah olah Rivael masih bisa diajak bicara.


"Semoga lo gak kecewa disana. Gue udah ngelakuin apa yang harus gue lakuin, dan gue pun menjalankan pesan terkahir lo itu!" Tutur Ravael tulus.


Audrey mengambil alih. "Maafin gue—maafin gue yang buat nyawa lo hilang. Seribu maaf pun gak akan bisa ngulang kehidupan lo didunia ini, kan? Padahal, lo masih pantes hidup lebih panjang lagi, lo masih pantes nikmati masa masa muda lo ini," gumam Audrey dengan nada penyesalan yang amat mendalam.


"Mungkin, gue cuma bisa janji sama lo. Gue janji, bakalan jaga kembaran lo ini, gue bakalan cintai dia dan sayangi dia sebesar apapun itu, gue bakalan buat dia bahagia," lanjut nya.


"Maafin gue untuk yang kesekian kalinya."


Chatrine hanya mampu tersenyum kecut. Entah mengapa tiba tiba ia teringat akan sosok Rivael? Yang berstatus sebagai mantan kekasih nya dulu?


Dan mengapa seolah olah orang itu masih ada di sini?


Apakah ia masih mencintainya? Dia rasa tidak. Sebab, ia sudah menyayangi dan mencintai Delwyn yang berstatus sebagai tunangannya itu.


Perlahan pun mereka beranjak dari area pemakaman ke suatu tempat.


Tempat yang dimana itu adalah makam seorang gadis yang bernama Mutiara Kirana Wijaya.


Tanpa mereka sadari, ucapan seseorang yang tadi menyiratkan pesan tersirat. Yang mereka tidak ketahui sama sekali.


Jangankan tahu, curiga saja tidak sama sekali.


••••••••••


Dan disinilah mereka tiba.


Lihat selengkapnya