Without You

Safina
Chapter #40

40. Tak Tersentuh

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,


وَلَا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ عُدْوَانًا وَظُلْمًا فَسَوْفَ نُصْلِيهِ نَارًا وَكَانَ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرًا


Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. Dan barang siapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. An Nisa’: 29-30).




2 bulan 4 hari kemudian....

Suara monitor itu menghiasi malam sunyi rawat gadis yang kini sangat setia dengan alam bawah sadarnya. Dia adalah, Audrey Valencia. Pasca pengorbanan yang diberikan oleh seseorang, dirinya belum juga sadar dari komanya. Mungkin, Tuhan belum mengizinkan dan Audrey masih terlanjur kecewa kepada mereka semua, yang membuat dirinya betah di alam bawah sadarnya lalu meninggalkan dunianya sendiri.

Omongan Zaskia nyatanya—

Genggaman hangat seorang ibu bahkan tidak mempan untuk gadis itu bangun, dirinya terlalu lelah atas semua ini.

Rivael menatap lurus tembok bercat putih itu. Keadaannya sungguh tidak stabil. Makan tidak teratur, mandi pun jarang dilakukan. Ia hanya menginginkan gadis itu bangun dari komanya.

Mereka semua sangat ingin kembali ke suasana seperti dahulu. Kapan drama kehidupan ini akan berakhir?

Zazkia, Chatrine, Angel, Ferisha, Kitty, Fana, Fani dan lainnya, mereka sudah pulang terlebih dahulu, selama ini mereka gonta ganti berjaga, mereka ingin melihat kondisi sahabat nya itu setiap hari. Mungkin karena terlalu kecapekan, gadis yang bernama Ferisha itu pun sempat pingsan beberapa hari yang lalu karena kekurangan asupan, mereka pun sama, lidahnya hambar untuk memakan makanan jika mengingat sahabat nya itu berbaring lemah di brankar rumah sakit.

Kegiatan OSPEK untuk mahasiswa/i tahun ajaran baru pun sudah di lakukan beberapa Minggu yang lalu. Ya, mereka satu kampus semua, namun ada yang beda fakultas saja. Rivael pun sama berkuliah seperti mereka semua, namun sayang, hari hari nya untuk kuliah itu berkurang, ia jarang masuk. Untuk apa dia masuk kuliah jika otaknya saja tidak fokus untuk belajar? Lagipula dirinya tanpa lulus kuliah juga bisa toh bekerja. Ya, Karena dirinya calon CEO untuk perusahaan ayahnya yang di wariskan kepada dirinya nanti.

"Rivael, mending kamu sekarang pulang, gih. Bersih bersih terus makan, abis itu tidur. Pasti kamu kecapekan," titah Bintang kepada Rivael dengan wajah sendunya itu.

Rivael hanya tersenyum kecil. "Kalo dari dulu hilangnya Rivael dari sini bisa membangunkan Audrey yang koma, Rivael rela. Meskipun Tuhan pun gak mengijinkan Rivael dekat dengan Audrey lagi seperti waktu dulu," Sahutnya dengan nada datar.

"Kalo kayak gini terus kamu bisa sakit. Kasian orang tua kamu, pasti dia juga khawatir," nasehat Putra yang memang selama putrinya itu dirawat dirinya tidak dulu bekerja, ia hanya menyuruh tangan kanannya untuk mewanti perusahaan nya itu.

Rivael perlahan pun mengangguk dan memejamkan matanya sejenak. Batinnya berbicara, semoga hilangnya dia dari sini bisa membantu Audrey untuk sadar dari komanya.

Semoga.

Rivael bangkit dan menyalimi tangan kedua orangtua Audrey. Dilihatnya wajah pucat Audrey itu, lagi dan lagi Rivael membuang air matanya itu untuk gadis tersebut entah yang ke berapa kalinya.

Ia terkekeh hambar dan mengecup kening kekasihnya itu lama. (Mereka masih sepasang kekasih bukan)?

"Cepet bangun. Banyak yang nungguin kamu disini. I love you, i stay and i still love you for forever," tulus nya dan tersenyum membelai rambut tipis kekasihnya itu.

Suara decitan pintu ruang rawat Audrey itu menggema di ruangan serba putih itu, Rivael keluar dan menutup pintunya itu kembali. Ia berjalan dengan hati yang sangat sangat berat.

Tepat setelah lelaki itu keluar dari lorong rumah sakit, jari telunjuk Audrey bergerak dan mata yang sebelum nya sempurna tertutup itu kini perlahan terbuka.

Bintang dan Putra tersenyum bahagia, tanpa mereka sadari pun mereka meneteskan air matanya.

Putra menekan tombol dekat brankar untuk memanggil perawat, dan Bintang mencium wajah anak nya itu dengan penuh kasih sayang.

"Kamu udah sadar," gumam sepasang suami itu.

Namun tak ada sahutan dari Audrey sama sekali. Lidah perempuan itu kelu untuk bicara. Bahkan wajah yang dulunya dihiasi oleh senyum bahagia nya untuk menutupi beban hidupnya itu kini telah sirna. Wajahnya sangat datar dan dingin.

Ada apa dengan perempuan itu?

Perlahan tapi pasti, perempuan itu akhirnya angkat bicara.

"Katakan ini mimpi bukan? Audrey udah ada di alam lain bukan? Diatas langit?," Tanyanya lirih dengan air mata yang membasahi pipinya lagi dan lagi.

Aksi percobaan bunuh dirinya, aksi untuk lari dalam masalah nya—semua itu gagal total. Tuhan masih memberikan dirinya kehidupan didunia ini.

Seketika senyum Bintang itu sirna ketika mendengar penuturan anaknya. "Kamu disini, nak. Masih disini, di dunia," ungkapnya dengan jujur.

Audrey menggeleng dan terisak. "Kenapa gak biarin Audrey mati aja?," Tanyanya tak terima.

Putra menatap anaknya itu marah. "Waktu kamu belum habis didunia ini!"

"Percuma kamu mati juga, kamu gak akan lolos masuk surga! Tuhan melarang kita semua untuk bunuh diri! Orang yang bunuh diri kekal di neraka!"

"Semua itu bakalan jadi Boomerang untuk kamu nantinya."

Ucapan Putra berhasil membuat Audrey sadar sekaligus tertohok.

Merasa ucapannya terlalu emosi, Putra mengusap wajahnya itu kasar dan mengelus puncak kepala anaknya itu.

"Maafin Papa, Papa gak suka kamu bicara kayak gitu. Disini masih ada kita yang siap bantu kamu untuk keluar dari masalah kamu." Ujar Putra cepat. Audrey terharu dan menangis, tetapi anggota tubuhnya kaku untuk digerakkan.

Audrey tertawa hambar dan mengangguk mengerti. "Iya, penderitaan Audrey belum habis, ya? Nyatanya takdir masih mau Audrey untuk tetap disini bersama orang orang yang mengkhianati Audrey sekian lamanya," sarkas nya begitu lantang.

"Tuhan ngijinin kamu untuk bahagia!" Sela Bintang cepat. Dirinya tak terima anaknya berbicara seperti itu, seolah olah dirinya tak ingat Tuhan, seolah olah anaknya itu sudah putus asa, dan selalu berprasangka buruk akan kehendak-Nya.

Bintang menggeleng, meralat ucapan anaknya itu. "Salah! Tuhan masih ingin kamu berjuang untuk hidup kamu! Tuhan masih mengijinkan kamu untuk hidup, untuk bisa lebih lama merasakan kebahagiaan hidup nantinya," nasehat Bintang membenahi.

Bintang mengambil nampan yang berisi bubur hambar itu. "Kamu makan, ya? Pasti kamu lapar," bujuknya. "Oh, atau kamu haus?"

Bintang menyodorkan air putih itu kepada anaknya, beruntung anaknya masih menerima minuman itu.

Bintang tersenyum tipis. "Anak Mama kuat! Pasti kamu bisa. Kamu makan, ya?," Tanya Bintang masih berusaha untuk membujuknya. Perlahan tapi pasti, Audrey menerima suapan mamanya itu dengan air mata yang masih setia mengucur di pipinya. Putra pun menghapus air mata Putri nya itu.

"Papa mau kamu tepati janji kamu. Kamu harus menjalankan pengobatan untuk penyakit leukimia kamu," suruh Putra yang hanya di balas tatapan kosong oleh anaknya itu.

Ya, kini Audrey hanya menjalankan pengobatan untuk penyakit leukimia nya itu, sebab berkat pertolongan seseorang itu (tanpa di ketahui Audrey) dirinya bisa keluar dari masalah yang satu itu. Gejala ginjal yang di alami oleh Audrey dulu, kini terbayarkan sudah dengan orang tersebut yang menyelamatkan dan mengorbankan nyawanya untuk dirinya. Ada dua pahlawan yang membantunya untuk keluar dari masalah penyakit nya di hidupnya kini. Yang pertama, waktu kecil adalah Ravael (andai orang tersebut tidak mendonorkan ginjalnya langsung kepada diri Audrey, maka terpaksa kedua ginjal Audrey itu diangkat demi kepentingan organ tubuhnya yang lain. Namun, Tuhan sangat baik, mengirimkan orang baik kepada nya disaat waktu yang tepat). Lalu yang kedua adalah Yoga, (andai Yoga tidak mendonorkan kedua ginjalnya dan juga jantung nya, maka kini Audrey sudah ditiban oleh tanah).

Suara decitan pintu terbuka itu mengalihkan pandangan mereka semua. Betapa terkejutnya mereka semua, mereka adalah sahabat sahabat nya, terlihat mereka sehabis pulang kuliah langsung mampir ke sini.

Senyum bahagia mengembang diwajah mereka semua, tawa bahagia pun tercipta diruangan tersebut.

"AUDREY!!!" Pekik mereka semua bahagia. Putra dan Bintang hanya tersenyum bahagia melihat nya. Beruntung anaknya di kelilingi orang orang yang sangat sayang kepadanya.

Namun, respon Audrey yang membuat mereka semua kecewa.

AUDREY.....

Sama sekali enggan melihat wajah mereka, bahkan sapaan pun tak dijawab. Yang di lihat Audrey hanyalah langit langit kamar rawat nya itu dengan air mata yang setia membanjiri pipinya.

Kekecewaan mereka dan kebingungan mereka terganggu akibat ada beberapa perawat yang masuk untuk mengecek keadaan sahabat nya itu.

Jadi, sebenernya apa yang terjadi dengan perempuan itu?

Tanpa mereka sadari, hilangnya Rivael pun bisa membuat Audrey tersadar dari komanya.

Apakah ini takdir? Atau kebetulan?

••••••••••


SOUNDTRACK-YOU ARE THE REASON


Rivael menginjakkan kakinya itu ke makam kembaran nya untuk kesekian kalinya.


Dirinya berjongkok dan menangis dihadapan makam kembaran nya itu. "Rivael udah gak kuat jalanin ini semua. Gue mau ikut lo!!"


Tangisnya pecah dimakam Yang bertuliskan nama kembaran nya itu.


"Apa Audrey kecewa banget sama gue? Sampe dia gak mau bangun dari komanya?"


Rivael teringat dan terkekeh seraya mengelap air matanya. "Ini ulah lo! Kenapa lo malah masih ngejalanin rencana yang kita buat beberapa tahun lalu? Sumpah! Gara gara rencana lo jadi kayak gini tau gak! Ah! Gak bener lo!" Ocehnya seolah olah tanah yang ada dihadapannya kini adalah sosok kembaran nya yang masih hidup dan setia menemani hari hari nya seperti dahulu kala.


Notifikasi yang berasal dari ponselnya itu mengalihkan fokusnya.


Ia membuka pesan dari Samuel.


Audrey sadar woi!


Senyum bahagia mengembang diwajah Rivael.


Ia mengelus batu nisan kembaran nya itu dengan sangat sayang. "Dia bangun woi! Makasih banyak!" Bahagia nya. "Tapi, bener kan? Hilangnya gue dari sana ngebantu dia untuk sadar dari komanya. Apa Tuhan udah gak ngijinin gue untuk berlama lama lagi sama dia?," Monolog nya agak sedih.


Rivael menggeleng. Persetan dengan ucapannya beberapa saat yang lalu. Yang penting, kini dirinya harus kembali kerumah sakit dan bertemu dengan sosok yang sangat ia rindukan untuk kembali ke dunianya.


•••••••••

Lihat selengkapnya