5 Tahun kemudian...
"Ih, gue ngakak banget lah jaman dulu mah," seru Chatrine seraya tertawa.
Mereka kini tengah bernostalgia tentang kenangan mereka semua. Audrey setelah 2 tahun menjalani pengobatan nya dan 3 tahun untuk melanjutkan pendidikan nya itu pun perlahan sudah bangkit dan mulai melupakan kenangan masalalu nya yang menurutnya itu sangat menyakitkan.
Audrey... Akan mencari hal baru.
Aura keibuan dari Chatrine itu sangat terpancar diwajahnya, begitu pula dengan yang lain.
Bahkan Zazkia pun sudah memiliki 1 orang anak perempuan. Audrey tak tahu siapa lelaki yang menikahi Zazkia, menurut pemikiran gadis itu sudah dipastikan sahabat nya, Yoga. Siapa lagi jika bukan Yoga?
Perihal Yoga mengorbankan nyawanya untuk Audrey itu sama sekali belum diketahui oleh Audrey. Mereka tidak sama sekali membuka suara perihal hal tersebut.
"Suami lo kemana?," Tanya Audrey.
"Suami lo Yoga, kan?," Lanjutnya.
Zazkia hanya tersenyum. "Suami aku gak bisa ikut. Ada proyek di Malaysia," balasnya begitu lembut.
Gadis kecil berambut ikal itu yang usia nya baru 3 tahun itu melihat Audrey dengan intens yang membuat Audrey tersenyum lembut.
"Nama kamu siapa?," Tanyanya.
"Caciya yoja platama," ujarnya begitu belepotan.
Mereka semua tertawa. "Saskya Yoza Pratama kalii," benah Ferisha.
Mereka semua sudah mempunyai anak, tak terkecuali dengan Ferisha dan juga Audrey.
Acara pernikahan Ferisha dan Samuel beberapa minggu lagi akan digelar. Mereka akan menikah bulan ini juga. Maaf atas keterlambatannya, karena ini pertama kali Mereka reuni dan bertemu pasca pertemuan nya di bandara.
Fana mengelus anak keduanya itu yang baru berusia 2 bulan. Di pangkuannya dan juga suaminya, Nino terlihat bocah kembar cewek dan cowok yang sedang asik bergulat dengan gadget milik orang tua mereka.
"Anak kalian semua udah gede gede aja! Meskipun baru 5 taun, si," ungkap Ferisha iri.
"Kalian seriusan nikah massal?," Tanya Audrey seraya tertawa.
Mereka semua menangguk. "Iya lah! Yakali kita boong! Kurang solid apalagi ini persahabatan! Nikah aja make massal. Sumpah! Pada heboh tau gak seangkatan! Ngeliat kita semua berjejer jadi pengantin," antusias Angel yang lagi menyusui anaknya yang berusia baru 8 bulan. Tak lupa disampingnya ada Davit yang merangkul istri nya itu.
"Ada ada aja lagi," balas Samuel seraya terkekeh.
Mereka semua menunjuk Gian yang sedang memangku putra kecilnya itu seraya mengajarkan anaknya itu menyanyikan lagu anak kecil lalu tangannya membimbing anaknya itu bertepuk tangan.
"Ulah si Gian! Siapa lagi kalo bukan ulah dia," ejek Charly, istri dari seorang Gian.
Gian menatap miris istrinya itu. "durhaka kamu sama suami!" Dramastis nya bikin geli.
Anak nya justru tertawa ngakak melihat aksi mereka semua. Entah lah. Memang nya anak umur 3 tahun bisa sangat paham hingga ikut menertawakan?
Suaranya sangat kencang.
"Anak laknat!" Umpatnya gregetan seraya menciumi anaknya itu.
Sedari tadi, anak dari pasangan Alex dan juga Monica yang berusia 4 tahun itu hanya duduk anteng dimeja cafe, seraya meminum minumannya dengan gaya jaim.
Memang anak itu sifatnya keturunan ayahnya, Alex.
"Gue rada serem kadang kali ntar anak gue temenan sama anak lo," ucap Gian seraya memerhatikan anaknya dengan anak sahabat nya itu.
Alex mengerutkan keningnya bingung. "Kenapa coba?"
"Takut di garok. Anak gue sama sengklek nya kayak gue. Apa kabar dengan anak lo yang kadang sekali ngomong nyelekit kayak Ayahnya," sindirnya.
Mereka semua tertawa. Tanpa sadar anak dari Alex itu mendengar sindirannya.
Putra Alex yang bernama Davian Monalex Justin itu mengangkat wajahnya dan menatap sahabat ayahnya itu sengit.
"Om kali yang setres. Udah punya anak masih aja ngurusin idup orang!" Laknatnya. Sontak mereka semua tertawa tak terkecuali dengan Gian yang sudah memasang muka asam nya.
Tak ada yang tahu bagaimana nantinya dengan anak anak mereka jika sudah beranjak remaja. Apakah akan saling bersahabatan juga layaknya kedua orang tua mereka, atau yang lebih parah terikat hubungan antar perasaan didalamnya.
••••••••••
Audrey melepas jaketnya, ia berdiri didepan kaca dan tersenyum.
"Alhamdulillah. Masalah satu persatu terlewati," syukurnya.
Ia melihat kebawah, ada kotak musik. Itu pemberian mantannya bukan? Rivael.
Audrey mengambilnya dan berjalan keranjang nya lalu tiduran sambil memandangi kotak musik itu.
Ia tersenyum, ada terselip rasa rindu dihatinya. Namun, dia belum bisa memantaskan, sebenernya untuk siapa perasaan itu?
Ah! Dirinya teringat sesuatu akan hal itu.
Ia berjalan keluar kamarnya, dan membuka pintu kamar mendiang abangnya yang telah tiada itu.
Wanginya masih sama, pemandangannya pun masih sama, dan tata letak bendanya pun masih sama.
Audrey melangkahkan kakinya kedalam kamar abangnya itu, ia membekap mulutnya, rasa bersalah kembali menyelip direlung hatinya.
Keputusan dia sudah bulat, hari ini juga ia akan membaca surat dan titipan benda dari ketiga orang itu untuknya.
Ia bernostalgia sebentar. Bayang bayang tentang dirinya merobek surat abangnya itu membuatnya mulai terisak. Sekejam itu kah dirinya?
Andai ia tau bahwa hari itu adalah pertemuan terakhir nya dengan abangnya, ia takkan melakukan hal itu.
Namun kata andai tak dapat bisa mengulang kembali waktu yang telah berlalu. Kita hanya bisa berhalu dengan memakai kata andai, tanpa bisa merubah realita yang tak sesuai dengan ekspektasi.
Perlahan tangan Audrey menyentuh ke laci milik abangnya itu yang sudah disajikan secarik kertas didalamnya. Audrey mengambil perlahan dengan tangan yang gemetar akibat terlalu trauma jika kenyataan pahit menimpa dirinya lagi.
Perempuan itu duduk di atas kasur, dan mulai membacanya dari kata ke kata. Tak terasa air mata pun menetes di pipinya perlahan lahan.
Kedua bola mata nya sangat asyik menari kesana kesini dihiasi dengan air mata yang keluar terus menerus.
Tepat pada hari kemarin, kita berantem ya? Apa gue ngecewain lo banget, dek? Maaf atas kesalahan gue selama ini, pasti lo sakit kan hubungan lo terus menerus gak jelas sama Ravael? Bukan tanpa alasan gue ngelakuin semua ini, ini semua karna kejadian di masalalu. Dia gak pantes buat lo Drey, dia brengsek! Gue ngelakuin ini semua demi kebaikan lo, tapi lo malah kecewa dan gak mau denger penjelasan gue sama sekali. Abang minta maaf kalo selama ini Abang jadi hal yang buruk buat hidup lo. Abang khianat ya? Melampiaskan dendam Abang ke Ravael dengan lo? Tapi cuma ini yang gue bisa, biar dia juga ngerasain gimana rasa sakit yang gue alami di masa lalu.
Lo gak perlu tau masalalu itu apa, gue rasa beberapa tahun kedepan satu persatu tuh orang bakal muncul. Maaf juga karena selama ini gue dah bohongin lo, dan lain lain. Kenapa gue gak ceritain langsung sifat Ravael yang sebenernya? Karna gue mau lo tau langsung, gue cuma takut salah informasi dan salah paham aja, Drey. Sampaikan maaf gue untuk semua, ya... Maaf kalo rencana gue ini jahat banget.
Gue mohon, jangan salahin Rivael atas semua ini. Dia cuma suruhan gue, tapi jauh di lubuk hati gue, gue gak mau ngelakuin ini semua. Gue tertekan. Tapi rasa itu terkalahkan dengan rasa emosi dan dendam gue dengan kejadian di masalalu.
Lo mau tau gue ancam apa? Sebenernya klasik, sih. Ini karena gue gak beneran, cuma ancaman doang supaya dia bener bener ikutin omongan gue, heheh.
Gue ancam dia, kalo seandainya dia gak mau ngelakuin hal yang gue suruh, gue bakalan sebar berita yang gue lebih lebihin itu! Kalo kembaran dia renggut keperawanan Monica! Tau Monica? Intinya lo cari tau sendiri, ya.
Maaf kalo selama ini gue terutup dengan perempuan yang ada di masalalu gue. Semoga suatu saat lo bakalan ketemu sama mereka mereka. Supaya lebih jelas.
Dek...Ravael baik....baikkk banget. Lo mau tau alasan kenapa dia dingin waktu itu? Jangan percaya! Hoax itu hoax, hahah! Dulu tuh dia bilang ke gue, dia mau pura pura dingin layaknya kayak cowok di wattpad wattpad. Aneh kan? Lo mau tau dia ngelakuin itu karna apa? Biar orang pada segan sama dia, Karena dia tuh ya...cuma mau sama lo dari dulu.
Dulu, gue dukung banget dia sama lo! Sampe sekarang bahkan. Cuma bukan Marcell namanya kalo gak dendam sama orang....
Drey, baik baik ya disini. Maaf atas rencana gue besok, semoga lo baca surat ini dengan cepet, ya...ini penting soalnya, banyak yang gue jelasin disini, biar lo gak kayak orang bodoh, wkwkwk.
Maaf atas kesalahan Abang lo selama ini. Kenapa gue minta maaf sekarang? Karena, ya, gue tau ajal gue menjemput besok karna rencana yang gue buat sendiri. Azekk, cenayang nih gue, ramal diri sendiri, wkwkk.
Lo nangis baca ini? Cengeng lo! Udah gede juga! Intinya tuh, yang lo harus inget, gue selalu ada di sisi lo sampai kapanpun, selalu jaga lo lewat alam gue sendiri.
Intinya lo harus kuat jalanin hidup lo! Gak boleh sedih terus dan juga harus semangat buat jalani pengobatan nantinya!
Audrey....satu hal yang belum lo tahu tentang gue. Lo gak tau kan? Gue nulis surat ini dimana?
Mau tau? Di kamar, ralat gue di kamar kelab:)
Azek! Udah ada disini aja ya? Gak ketauan kan?
Maaf kalo lo marah! Ini cuma untuk pelampiasan gue aja.
Drey, semoga lo ga benci sama Abang lo ini ketika rahasia itu terbongkar. Maafin kekhilafan gue, pliss...biar gue tenang nantinya.
Kenapa gue rencanain ini semua buat besok? Cuma satu! Karena gue ini pengecut! Gak brani tanggung jawab. Gue lari dari masalah. Maaf maaf dan maaf.
Drey, gue tau Yoga itu siapa sebenernya. Tau banget. Gue peka Drey dari tatapan dia begini dan begitu ke lo. Gue juga kan sempet juga jalanin rencana sama Yoga. Awalnya dia gak mau, tapi setelah nya dia mau ketika rasa dendam itu datang di dalam hatinya. Padahal, itu cuma berita hoax aja kan? Oke fix! Jangan diinget! Gue benci dengan keadaan waktu itu yang buat lo terpuruk banget.
Intinya, suatu saat lo bakalan tau Yoga itu sebenernya kayak gimana ke lo. Intinya lo hati hati aja, ya...