Without You

Safina
Chapter #46

☀️[FERI-SAMUEL] Special Part [AU-RI]☀️

1. FERISAMUEL


"Sha, kamu kenapa sih diem terus?," Tanya Samuel pusing sendiri. Pasalnya, calonnya itu sedari kemarin kekasih nya itu tak ingin bicara kepadanya entah kenapa. Cowok itu berfikir, apa salahnya, tapi setelah dipikir pikir lagi ia belakangan ini tidak mencari gara gara.


Ferisha menggeleng. "Gak papa," cicit nya begitu pelan.

Samuel maju, dan memandang wajah kekasihnya itu yang imut dimatanya. "Gak kenapa napa tapi dari kemarin kamu diemin terus. Ada masalah? Atau aku ada salah?," Tanya nya begitu beruntun. Cowok itu menyingkirkan rambut yang menghalangi setengah wajah kekasihnya yang tertutup rambut.

Mau tak mau Samuel berfikir lebih keras lagi mengapa kekasih nya bisa seperti ini. Cewek itu tak kunjung buka suara, tatapan matanya pun tak berani menatap kearah Samuel.

Cowok itu menghembuskan nafas nya kasar, ia tahu apa penyebabnya.

"Kamu blom siap kita nikah? Kalo kamu belum siap, bilang dari awal awal, jangan kayak gini, udah mendekati hari H malah labil kayak bocah!" Sarkas Samuel murka. Cowok itu hendak pergi dari hadapan kekasihnya, namun secepat kilat Ferisha merengkuh tubuh kekasih nya itu, cewek itu terisak pelan di dalam pelukan Samuel.

Samuel diam namun dia membalas pelukan kekasihnya itu.

Ferisha menggeleng, meralat ucapan Samuel. "Bukan. Aku udah siap. Kamu jangan gitu!" Ambeknya.

Samuel tersenyum. "Trus kenapa?," Tanya nya lembut.

Ferisha diam menghapus bulir air matanya dan melepaskan pelukannya. "Kamu gak selingkuh kan? Kamu gak punya—" ucapan Ferisha terpotong kala ia melihat raut wajah kekasihnya itu berubah seperti menahan marah.

Ferisha menunduk takut. Diam diam cewek itu merutuki dirinya sendiri yang terlalu jujur untuk mengutarakan.

Samuel membuang nafasnya kasar. "Kata siapa?" Tanya nya tenang.

Ferisha memberanikan diri untuk mengangkat wajah nya. "Kata aku tadi barusan. Kan aku nanya," sahutnya enteng dengan tatapan polosnya.

Samuel memandang Ferisha kesal. Cowok itu merasa gemas sekaligus geregetan dengan kekasihnya itu.

"Omongan di jaga, sayang. Kalo kenyataan nanti gimana?," Tanya Samuel menggoda seraya menunjukkan senyum termanis nya.

Ferisha melotot lalu menginjak kaki Samuel kencang. Cewek itu berlalu seraya menghentak hentakkan kakinya kesal.

Seperkian detik, kata keramat itu keluar dari mulut Ferisha yang membuat Samuel kelabakan setengah mati.

"BUNDA AYAH, SAMUEL SELINGKUH, HUAAAAA," adu Ferisha dengan teriakkan yang membahana diseluruh ruangan.

"SAMUEL KELUAR LO, ANAK BUNDA DIBIKIN NANGIS!! LAMA LAMA BUNDA JODOHIN AJA FERISHA SAMA ORANG LAIN YANG LEBIH BAIK DARI LO," teriak Erna yang notebene nya ibu ibu sosialita. Erna adalah bunda nya Samuel.

Samuel menggertakan giginya kesal. Ia kalut hingga kakinya tersandung kaki sendiri lalu terjatuh dihadapan semua keluarga. Dari kedua orang tua sahabat nya, dari sahabat sahabat nya, seluruh yang ada diruangan itu memandang Samuel cengo yang nyungsep pas dibawah tangga.

Tawa Gian pecah diikuti dengan anak laknat yang berada di gendongan nya itu, disusul dengan tawa yang lain.

"AKHIR NYA SAMUEL NGIKUTIN JEJAK GUE JUGA!!!" Teriak Gian heboh disela sela tawanya.

Samuel mengumpat dalam hati. Bukannya ditolongin, malah diketawain. Beginilah nasib berada dilingkungan orang orang yang absurd, ckck.

∆∆∆∆∆


Ferisha memijit kaki kekasih nya itu yang berada dipangkuan nya kini. Terlihat kekasihnya yang adem adem saja, cowok itu sedang memainkan game di ponsel miliknya sendiri dengan posisi tiduran dan kaki nya berada dipangkuan Ferisha.


Ferisha mencebikkan bibirnya kesal. Bagaimana tidak? Pasca kejadian beberapa jam yang lalu, dirinya sudah berbaik hati untuk mengurut kaki cowok itu yang keseleo tapi dengan sifat kurang ngajarnya lelaki itu malah enak enakkan, bahkan ceramahan yang Ferisha keluarkan untuk kekasih nya itu hanya dibalas deheman, sesekali yang membuat cewek itu kesal ketika Samuel geregetan sendiri dengan game tersebut, tak jarang kakinya ia hentak hentakkan dipangkuan Ferisha.


Berkali kali Ferisha mengomeli pria itu, bahkan dengan sengaja Ferisha menekan atau pun menekuk jari jari kaki cowok itu. Tapi respon cowok itu yang membuat Ferisha tambah kesal setengah mati. Dengan otak sedikit ngeres di diri Samuel, cowok itu bukannya merintih kesakitan malah mendesah seolah olah sedang melakukan hal itu.


Emang mesti dikasih pelajaran! Dasar jurik!


"Sam! Udah aku bilang berapa kali kaki nya tuh diem!" Omel Ferisha seperti ibu ibu komplek.


"Kenapa sayang? Kamu horni pas aku injek—"


Belum selesai berseloroh, tiba tiba muka nya ditabok oleh bundanya sendiri.


Erna melotot memandangi anak bandel nya itu.


"Lanjutin! Lanjutin ayok lo mau ngomong apa tadi, hah?!!" Teriak Erna kesal.


Dalam diri Erna dan suami nya itu berkata: Apa iya ini anak gue? Gini banget jadinya. Perasaan pas sebelum ditinggal masih baik baik aja.


Samuel menggaruk kepalanya dan bangun dari sofa.


"Udah deh, Bun.. ini urusan anak muda, bunda gak pantes lagi ikut campur yang kek gini," sahut Samuel enteng, seolah olah bundanya langsung tua.


Sahabat sahabat nya, kedua orang tua sahabat sahabat nya, dan anak anak dari sahabat nya itu kini berkumpul hanya untuk menonton tontonan gratis yang lebih menarik dibandingkan melirik keseorang Gian yang tak henti hentinya menjadi psikopat semut. Kurang kerjaan memang. Cowok itu mematikan semut, entah semut merah atau semur hitam, lalu ditindas, dan disampingnya ada anaknya yang setia menerima korban dari kelakukan Daddy nya sendiri dengan mengadahkan tangannya untuk menerima kematian semut itu lalu di taro di atas tisu dengan posisi berjejer. Kedua orang itu berniat setelah itu akan mengubur jasad semut itu bersama sama dengan mendoakannya, lalu yang terakhir memberi minyak kayu putih.


Waras gak sih tuh orang sebenernya?


Erna melotot dan marah lalu menggeleng kan kepala nya pelan.


"Nyerah deh gue ngurus anak idiot begitu," lirihnya mendramatisir kan keadaan.


Samuel yang tak tahu diri hanya menyengir kuda. Diam diam cowok itu mendekati kekasihnya yang lagi merajuk sedikit demi sedikit.


Seperkain detik....


"AAAA TOLONG FERISHA!! FERISHA MAU DICULIK SAMA OM OM OMES!!!" Teriak nya begitu histeris.


Sedangkan yang lain hanya memandang cengo kepada objek yang dimana Samuel berlari kekamar atas seraya menggendong Ferisha layaknya karung beras.


Samuel tertawa puas.


"MAKANYA SAMA CALON SUAMI TUH NURUT, NURUT!!!" Sahutnya begitu lantang.


Pintu kamar ditutup keras itu membuat mereka semua sadar.


Davit hanya tertawa, tak berniat menolong kembarannya itu.


"SAMUEL ALEXANDER!!!!!!!!!!" Teriak Erna membahana yang tak sehat didengar untuk kesehatan telinga.


∆∆∆∆∆∆∆∆


"Makanya kalo aku ngomong tuh nurut, didengerin," nasehat Samuel kepada Ferisha yang tak henti hentinya memanyunkan bibirnya bete.


Ferisha berdecih. "Aku aja kalo setiap ngomong gak pernah kamu denger," keluhnya.


Samuel terkekeh. "Kan aku egois, sayang," sahutnya begitu lembut terdengar ditelinga Ferisha.


"Aku gak suka kamu yang egois," tutur Ferisha jujur seraya menatap lurus kearah Samuel yang juga tengah menatapnya.


"Kan emang sifat yang aku selalu tunjukkin ke kamu, kamu gak pernah suka bukan?," Tanya Samuel yang berusaha untuk tetap tenang.


Ferisha menggeleng. Cewek itu menangis dalam diam tanpa adanya pelukan seorang Samuel.


Sebab, cowok itu pergi dari hadapan nya dengan membanting pintu kamar yang terdengar sangat kencang, keras, dan bergetar di pendengaran cewek itu.


Ferisha mengusap air matanya kasar, cewek itu harus menyusul Samuel, jika tidak cowok itu pasti akan tambah marah dengannya.


Ferisha turun kebawah. Cewek itu mengabaikan tatapan tanda tanya dari semua orang yang berada dilantai bawah, dengan segera Ferisha menghampiri Samuel yang sedang memainkan ponsel.


"Sam," panggil Ferisha pelan. Cewek itu berusaha untuk menutupi rasa malu dan gengsinya. Sebab, semua yang berada di ruangan ini hanya terfokus kepada nya.


Samuel diam tak menyahut masih asik bermain ponsel.


Ferisha kesal, ia merampas begitu saja ponsel kekasih nya. Namun nihil, Samuel tetep diam, enggan melihat kearahnya. Cowok itu diam menatap lurus kedepan.


Gian menahan tawa, begitu pula dengan yang lainnya.

Lihat selengkapnya