Arc 1. Kota Soulvia
Aku berada di sebuah tempat yang entah apa namanya, meski terasa aneh, tapi entah kenapa ada bagian dari diriku yang merasa familier dengan keadaan sekitar. Aku berada di sebuah lorong kosong dengan tembok berwarna putih, dengan hiasan akar tanaman yang terlihat telah diukir sedemikian rupa, sehingga terlihat sangat rapi dan indah. Dekorasi yang tak pernah kulihat selama ini.
Setiap orang yang berpapasan denganku selalu menunduk hormat dan tersenyum tulus. Aku tak mengenal mereka, tapi sepertinya semua orang mengenalku.
Aku berjalan dengan cara tak seperti biasa kulakukan, aku juga baru sadar pakaian yang kukenakan tampak aneh dan kuno, kulihat hampir tak ada jahitan pada gaun yang saat ini kukenakan. Selain itu, dadaku terlalu menonjol dan besar. Aku tak ingat punya bentuk tubuh seperti ini, tapi sekarang aku merasa nyaman dengan semua keadaan itu. Meski semua tampak berbeda dan benar-benar terasa bukanlah diriku.
Seseorang memintaku untuk pergi ke sana, aku tak kenal, tapi nama dan penampilannya benar-benar tak asing bagiku.
Aku berjalan sampai di taman, di sana aku melihat seseorang yang sangat aku sayangi. Kurasakan bibirku menyunggingkan seulas senyum, tampak jika pria itu memiliki rambut hitam panjang yang digerai begitu saja, pakaiannya serba hitam menambah pesonanya.
Aku benar-benar tak dapat menahan diri untuk tinggal lebih lama lagi, aku ingin segera menemuinya, menjatuhkan diri ke dalam pelukannya. Namun saat hendak mendekat, tiba-tiba saja sesosok makhluk raksasa jatuh dari langit, makhluk itu memiliki ketinggian sekitar empat meter, dia memiliki kepala kerbau dengan sebuah senjata di tangannya. Itu adalah sosok minotaur, oh yang benar saja, makhluk semacam itu benar-benar ada dan tampak sangat mengerikan.
Yang jatuh bukan hanya satu ekor, tapi satu pasukan, semua makhluk aneh juga ikut jatuh. Debaman tanah di sana bagaikan bunyi gempa bumi, mereka segera mengepung pria itu, pria yang benar-benar hebat dengan es yang terus ia lepaskan untuk menghalau serangan para monster.
Sesaat kemudian, keadaan tenang nan indah langsung berubah menjadi medan perang dan penuh dengan mayat bergelimpangan, dengan monster-monster berbentuk aneh mengerikan membunuhi setiap makhluk hidup. Pria itu berjuang mati-matian.
Aku sadar jika aku tak merasa takut sama sekali, aku juga baru sadar jika pakaianku bukan gaun lagi, pakaian perang yang sangat berat dengan logam atau batu mengilap berwarna merah. Pada tangan kananku aku memegang sebuah pedang yang tak kalah merahnya dengan warna baju perangku. Kemarahan yang teramat besar kurasakan. Namun, saat aku akan melesat maju, sesuatu mengenaiku, aku terlempar sangat jauh seolah diteleportasikan.
***
Aku membuka mataku dengan napas terengah dan mata yang basah, tubuhku penuh keringat sehingga pakaianku basah, hal pertama yang kulihat saat ini adalah langit-langit kamar. Ya, aku ingat dengan semua yang terjadi.
Ini adalah kamarku dan aku telah bermimpi aneh, mimpi yang belum pernah terjadi selama hidupku. Tapi entah mengapa, aku merasa jika semua itu adalah kenyataan dan aku mengalaminya secara sungguhan, perasaan yang tadi masih terasa sangat kuat.