Wo Ai Ni "Novel"

Herman Sim
Chapter #1

Kenangan Pahit Masa Kecil

Rumah bergaya arsitektur tradisional China Arsitag, masih berdiri kokoh di tengah pemukiman, yang hampiri kesemua warganya masih keturunan Tionghoa dan masih melakukan tradisi sejak turun temurun. Halaman luas model segiempat berlantai batu alam, tampak berada di depan sisi utama pintu masuk dan pintu masuk kedalam ruangan tengah.

Banyak sekali di tumbuhi pohonan kecil berwadah pot di setiap sudut dinding temboknya. Warna merah hampir mendominasi semua warna dinding, atap dan pilar bulat penopang.

Pintu utama lipat dua, gaya kupu-kupu masih terlihat kokoh kuat dengan warna merah tua berornamen kepala singa sebagai handle ketukan pintu. Ketika berdiri di halaman bersegi empat, bisa melihat langit cerah saat siang datang atau gelap saat datangnya malam.

Rumah yang dulu semasa kecilnya di tempati Aling, gadis keturunan Tionghoa bermata sipit, diam-diam sudah jadi mualaf tetapi belum berhijab. Sejak dari tadi dua matanya tidak berkedip selalu perhatikan foto Aliong, papanya yang telah tiada. Foto beralas meja sembayang berdiri tegak menjorok kehalaman rumah pas dengan pintu masuk kedua dan pintu utama.

Perlahan dua langkah kakinya mendekati meja sembayang, tersenyum bercampur sedih seraya Aling teringat akan masa kecilnya, sebegitu sangat sayangnya Aliong pada Aling ketika itu.

Flash Back

"Ling ... Aling ... Ayo sini kejar Papa ...," teriak memanggil Aliong, kenakan pakaian Samfoo, tampak merah berkancing, di padu dengan kenakan celana hitam panjang. Aliong terhenti larinya saat akan memutari gentong besar berisi tanaman teratai merah dengan segentong air penuh tapi tidak sampai tumpah.

"Uhhh ... huhhh ...," tangis kecil Aling terdengar malahan terduduk malas di pelataran halaman rumah, tampak di tunjang dengan 4 pilar tiang bulat berwarna merah pekat. Terlihat cantik dan menggemaskan Aling memakai pakaian Cheongsam warna merah dengan hiasan motif bunga dengan bando merah merapihkan rambutnya tipis.

Begitu sayang dan penuh perhatiannya Aliong langsung menghampiri dan menggendong Aling, wajahnya bulat dan dua matanya sipit makin bikin gemes Aliong berapa kali mencium dan memeluk erat Aling tersenyum.

"Ko, ayo makan dulu. Udah siang," terdengar suara ajakan dari depan pintu masuk, sudah berdiri Yungmi, istri dan mama terbaik ketika itu masih sangat terlihat cantik dan muda dengan memakai Cheongsam merah bersepatu merah senada dengan warna Cheongsam.

Lihat selengkapnya