Wolves Heart

Roy Rolland
Chapter #2

Konflik

Kenapa aku tidak segera memangsanya?

Kenapa dia sama sekali tidak merasa takut?

Kenapa adrenalin belum juga mengalir deras dalam aliran darahnya?

Aku ingin adrenalin! Aku ingin mangsaku terasa lezat! Takutlah! Takutlah seperti yang lainnya! Tidakkah rupaku sangat mengerikan! Tidakkah kau takut pada suara yang kukeluarkan! Tidakkah kau takut pada taringku yang runcing dan panjang!

AYO TAKUT, KEPARAT!!!

Aku hanya bisa tertegun kala gadis ini memandangku. Tatapannya yang mati membuatnya terlihat seperti sebuah boneka porcelain yang banyak terdapat di ruang tamu Greyling Mansion yang megah.

“Ada apa dengan dirimu? Kenapa kau tidak takut padaku.”

Gadis itu tersentak kala mendengar suaraku.

“K-kau berbicara padaku.” Suaranya yang kekanak-kanakkan sangat lirih. “Bagaimana mungkin kau bisa berbicara?”

“Telepati. Aku menggunakan telepati untuk berbicara denganmu.”

Setelah mendengar jawabanku, gadis itu kembali diam.

“Tidakkah kau takut denganku? Tidakkah kau ingin berontak dan lari dariku?”

“Kenapa aku harus takut dan lari darimu.”

“Karena aku adalah pemburu dan kau hanyalah mangsaku. Kau tidak berdaya melawanku dan mustahil kau bisa lari dariku. Tidakkah hal itu menakutkanmu.”

“Tapi katamu, mustahil bagiku untuk lolos darimu.” Dengan tatapan yang terkesan mati dia berkata setengah berbisik. “Jadi untuk apa aku melawan kalau itu akan sia-sia? B-bukankah…”

Gadis itu terdiam dan tidak mampu meneruskan ucapannya. Air mata mengalir dari matanya yang biru. Tapi, air mata itu bukan karena dia merasa takut padaku. Air mata itu lebih seperti…

Aaaahhhh, adrenalin mulai mengalir melalui aliran darahnya. Dia terlihat lezat. Aku sangat lapar. Ingin rasanya aku memangsanya. Tapi…

Kreeseek…

Aku menegakkan telingaku dan mencium ada beberapa kawanan yang berjalan mendekat. Selina ada di antara mereka. Sial! Kalau Selina melihat gadis ini, pasti dia akan…

Aku mengalihkan pandanganku pada gadis itu dan mengangkat kedua tanganku yang menekannya ke tanah.

“Sembunyi! Cepat!”

“Sembunyi?” Kebingungan gadis itu melihat ke sekelilingnya. “Di mana ya?”

“Sembunyilah di kubangan air itu. Tenggelamkan tubuhmu agar tidak tercium oleh mereka. Aku akan mengalihkan mereka agar segera pergi dari sini. Ayo cepat!”

“T-terima kasih.”

“Jangan salah paham. Aku adalah pemburu dan kau adalah mangsaku. Aku tidak akan membiarkan serigala lain merebut milikku.”

Gadis itu menatapku dan mengangguk. Pipinya yang semula pucat bersemu merah.

“Walau begitu… Terima kasih.” Ujar gadis itu sebelum menenggelamkan dirinya pada kubangan air kotor di tengah ilalang.

Aku kembali memandangnya untuk yang keterakhir kali sebelum menegakkan tubuhku dan menatap tajam pada tiga orang manusia serigala yang berlari menghampiriku. Ketiganya berbulu kelabu dan lebih tua dariku.

“Di mana dia, Forester? Aku bisa mencium baunya.”

Yang tertua mencium-cium udara. Darah segar yang sudah sedikit membeku dan lengket mengalir dari mulutnya. Dia bernama Robert Burns. Seorang pengikut setia keluarga Greyling dan dia sama sekali tidak menyukaiku. Seperti kataku, aku hanyalah anak angkat.

“Dia sudah lama pergi, Burns. Dia bahkan sudah tidak ada di sini saat kita tiba.”

“Benarkah?” Burns mencium-cium udara. “Kau telah menjadi anak nakal, Forester. Baunya terlalu kuat. Tidak mungkin dia telah pergi jauh.”

“Jadi kau mengatakan aku seorang pembohong!?”

“Apakah benar begitu?” Burns mengeluarkan kuku-kukunya.

“Apa kau menantangku!? Tidakkah kau takut pada saudariku?”

“Jangan menyebut nama Miss Greyling. Kau tidak pantas bersanding dengan dengannya.”

“Lalu siapa yang pantas? Kau?” Aku tertawa. “Selina tidak pernah menginginkanmu, Burns. Dia tidak mencintaimu.”

“Kurang ajar!”

Burns melesat, siap untuk menyerang. Aku pun mengambil posisi untuk bertahan dan menerima serangan. Namun, Selina yang datang secara tiba-tiba, langsung menghempaskan Burns begitu saja bagai sekarung kapas yang tidak berarti. Selina memang berbeda. Dia jauh lebih kuat dari kami semua.

Dengan penuh kemurkaan dia memandang Kaine yang telah menyerah dengan pandangan hina.

Lihat selengkapnya