Wolves Heart

Roy Rolland
Chapter #6

Di Tepi Hutan.

Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, saat aku membuka pintu masuk Greyling Mansion.

“Fillan, akhirnya kau pulang.” Selina menyambutku di balik pintu. "Aku tidak sabar menunggumu."

Tidak seperti biasa, malam ini saudariku itu masih mengenakan pakaian yang tadi dipakainya ke sekolah.

“Kau belum mandi?” Tanyaku pendek. “Tumben sekali. Biasanya kau selalu mandi setelah pulang sekolah ….”

“Aku menunggumu, bodoh.” Aku bisa merasakan kekhawatiran dari nada suara saudariku yang ketus. “Aku mengkhawatirkanmu. Aku takut kata-kata Einhorn tadi siang mengganggumu.”

“Sejujurnya aku memang terganggu.” Aku mengajak Selina masuk ke dalam. “Walau aku membencinya, kata-kata Mr. Einhorn benar, kita tidak boleh mengulangi .…”

Aku terdiam saat mencium bau seseorang yang tidak kusuka.

“Apa yang dilakukan Robert Burns dan teman-temannya di sini?” Geramku seraya kembali mencium-cium udara. “Mereka ada di lantai atas, ‘kan? Apa mereka berada di kamarmu? Apa yang mereka lakukan di sana?”

“Mereka mengkhawatirkanku dan ingin…”

“Tidak ada baiknya kau berteman dengan berandalan semacam Robert Burns. Dia itu…”

“Aaahhh .., dia apa, Forester.” Robert Burns berjalan menuruni tangga sambil tersenyum sinis memuakkan. “Kau tidak berniat menjelek-jelekkan seseorang di belakangnya, 'kan?”

“Sama sekali tidak, Robert Bob.” Tantangku seraya mengepalkan tangan. “Aku sama sekali tidak masalah mengatakan hal-hal jelek itu tepat di depan batang hidungmu yang rusak akibat kuhajar dulu.”

“Jangan panggil aku Robert Bob, Forester.” Desis Robert Burns seraya meraba hidungnya yang bengkok. Berandalan itu bergerak mendekat dan berbisik tepat di depan wajahku. “Apa kau mau aku membunuh dan mencabik jantungmu.”

“Itukan kalau kau mampu. Ini ancaman yang keberapa? Ketujuh atau kedelapan kali?” Aku membuat gerakan tangan seolah-olah mulut Robert Burns berbau tidak enak. “Lagi pula, bukankah itu memang namamu? Robert Bob Burns? Aku sungguh tidak mengerti. Bukankah Bob merupakan panggilan dari Robert?”

“Kau membuatku muak, Forester.” Suara Robert Burns bergetar seiring perubahan tubuhnya dari manusia menjadi manusia serigala. “Aku akan…”

“Robert! Hentikan!” Suara tajam Selina menyiutkan Robert yang langsung kembali ke wujud manusianya. “Kau harus menghormati Fillan seperti halnya kau menghormatiku.”

“Tapi, Forester hanyalah .…”

“Apa kau berani membantahku!?”

“Tidak, Miss.” Robert Burns membungkukkan tubuhnya bagai seekor anjing kalah yang terluka. “Maafkan aku. Aku tidak akan mengulanginya lagi.”

“Bagus kalau kau sudah mengerti. Sekarang pergi!” Selina mengalihkan perhatiannya pada kedua teman Robert Burns yang sejak tadi diam di susut ruangan. “Kalian juga.”

“Kami mohon permisi.” Ujar kedua teman Robert, James Torrance dan Greg Hudson nyaris bersamaan.

Sebelum menutup pintu, Robert menatapku dengan tajam dan mengantar sebuah pesan langsung ke dalam pikiranku, kalau dia akan membalas semua ini.

“Fillan, apa kau tidak apa-apa?” Tanya Selina dengan cemas.

“Aku tidak apa-apa?" AKu menepis tangannya yang hendak memelukku. "Aku harap kau berhenti mengatakan kalimat itu padaku. Aku adalah laki-laki. Seharusnya aku yang menjagamu.”

“Maafkan aku.”

“Kenapa kau selalu minta maaf” Tiba-tiba saja aku merasa lelah. “Ahh..., sudahlah. Aku mau tidur.”

“Tapi malam belum terlalu larut. Lagipula, kenapa sejak kita pindah ke kota ini kau selalu menghindar dariku. Kita hampir tidak pernah mengobrol dan…”

“Maaf. Aku tidak dengan sengaja menghindarimu.” Aku memutuskan untuk berbohong. “Hanya saja, aku lelah dan malam ini adalah malam sekolah. Kalau sekarang tidak tidur, aku pasti akan bangun kesiangan besok.”

“Baiklah kalau begitu.” Desahan pada suaranya menunjukkan bahwa Selina kecewa. “Selamat malam, Fillan.”

“Selamat beristirahat, Selina.” Ujarku sebelum menaiki tangga menuju ke kamarku. "sampai besok."

Aku menghembuskan napas panjang saat sampai dan menutup pintu kamarku rapat-rapat. Aku memang merasa lelah, namun sama sekali belum mengantuk. Secara perlahan, aku berjalan menuju balkon dan membuka pintu lebar-lebar. Aku memejamkan mata, seraya menikmati semilir angin membelai wajahku dengan lembut.

Kemudian arah angin berubah.

Lihat selengkapnya