Wolves Heart

Roy Rolland
Chapter #9

Werewolf vs. Para Werewolf.

Robert Burns meraung saat tubuhnya mengalami perubahan. Tangannya menyobek t-shirt yang di kenakannya. Tubuhnya terus membesar hingga morobek kulit manusianya. Di dalam kulit itu, terdapat bulu-bulu serigala berwarna cokelat. Cakar-cakar tumbuh memanjang di setiap jemarinya. Setelah menyeringai mengerikan yang ditujukan pada Kia dan aku, Robert Burns merobek kulit wajahnya sendiri. Dari dalam mulutnya, terlihat moncong serigala yang basah oleh nanah dan darah.

Setelah perubahannya sempurna, Robert Burns melolong ke arah bulan baru yang bersinar dari balik awan tipis. Robert Burns, menggeliat. Mengeraskan otot-ototnya sebelum berlari ke arahku yang masih dalam wujud manusia.

Dengan sigap, aku menghindar dari terkaman Robert Burns. Merasa cemas, aku melirik ke arah Kia. Memanggil agar tidak terpaku di tempatnya yang terbuka.

“Kia, menyingkirlah dan tutup matamu.” Aku membuka jaket dan t-shirt. Siap untuk berubah. “Aku bersumpah akan melindungimu.”

Kia mengangguk. Wajahnya yang biasanya kaku, kini terlihat panik dan ketakutan.

“Fillan, awas!” Jeritnya.

Naluriku secara refleks membuat tubuhku menghindar darii serangan Robert Burns yang menerkam ke arah leherku.

Terlalu singkat waktu bagiku untuk berubah sepenuhnya. Maka, aku mengubah tangan manusiaku menjadi tangan dan cakar werewolf. Aku mungkin tidak terlalu kuat, tapi refleks dan kecepatanku bahkan jauh melampai Selina. Aku berhasil menancapkan cakarku ke perut Robert Burns dan merobeknya. Robert meraung keras. Suara werewolf-nya yang keras dan dalam seakan menggetarkan jantungku hingga copot. Suaranya sungguh mengerikan. Aku mundur beberapa langkah. Menjaga jarak dari Robert Burns yang memegang perut agar isinya tidak terburai keluar.

Sekarang saatnya!

Aku membuka sepatu dan berubah sepenuhnya menjadi manusia serigala. Sambil menatap tajam ke arah Robert Burns, aku bergerak. Berdiri di depan Kia untuk melindunginya.

“F, Fillan ….” Ujar Kia lirih memanggilku.

Aku menengokkan wajahnya ke arah Kia. Hanya sesaat. Sekedar untuk memberi tanda kalau semuanya akan baik-baik saja.

“Pergi dari sini, Burns!” Geramku sambil menunjukkan cakar-cakarku. Berharap si pengecut itu langsung lari terbirit-birit. “Jangan ganggu kami atau aku akan membunuhmu!”

Robert Burns merapatkan rahangnya. Kemudian manusia serigala berbulu cokelat itu melolong dengan nada tinggi dan panjang.

Sial, umpatku dalam hati. Si pengecut itu memanggil dua kawannya, James Torrance dan Greg Hudson. Mereka tidak kalah menyebalkan dari pentolannya yang kampungan itu.

Tidak berapa lama, dari balik ilalang. Muncul dua ekor manusia serigala berbulu kelabu.

Ketiganya tampak berbicara, sebelum mengalihkan pandangannya terhadapku.

Tidak!

Semuanya menatapku selain Greg Hudson. Si keparat itu meleletkan lidahnya sambil menatap ke arah Kia.

“Lari ke arah kota!” Bisikku ke dalam pikiran Kia. “Aku akan menahan mereka.”

“T, tapi ….” Kia tampak ragu.

Lihat selengkapnya