Mobil yang melindas adikku langsung kabur, lalu banyak warga yang berkumpul untuk menyaksikan kejadian itu.
Aku menangis histeris seraya hendak mendekat ke adikku. Disusul oleh kedua orangtua ku datang, karena rumah kami hanya berada disebrang jalan dari lokasi parit tempatku bermain ini.
Ibuku langsung menangis histeris bak orang gila, sementara aku selalu di halang-halangi oleh ayah ketika aku hendak mendekat ke adik.
Akhirnya aku menyaksikan itu dari arah kejauhan, aku menangis histeris sendirian, aku merasa menjadi manusia yang sangat bodoh karena tidak bisa menyelamatkan saudari kembarku sendiri.
***
Next
Setelah pemakaman adik selesai serta sudah tidak ada lagi orang yang berbelasungkawa dirumah kami, sebuah perkara yang sampai saat ini teringat diingatanku pun dimulai yaitu aku langsung dipukuli oleh ayah, aku di tendang, di jambak dan segala kekerasan fisik lainnya aku rasakan.
Aku tidak bisa berkata apapun, aku hanya merintih kesakitan dan menangis. Ayah mengomeliku dengan kalimat-kalimat yang sungguh menyayat hatiku, dia berkata bahwa aku adalah anak iblis anak tidak berguna dan segala cemoohan selalu ku dengar kala dia sedang menganiayaku.
'Aku sadar diri ayah.. aku tidak bisa menyelamatkan adik, maafkan aku ayah.. maafkan aku..' rintihku didalam batin. Karena lisan ini tidak bisa berkata-kata akibat tubuh ini terasa sakit, kepala ini terasa sangat pusing kala di hantam benda tumpul oleh sang Ayah.
Beberapa hari kemudian, aku melihat ibuku seperti orang yang tidak waras, dia selalu menyebut-nyebut nama Arsya dan berpolah seakan-akan dia sedang berbicara dengan Arsya (berhalusinasi)
Akhirnya aku memberanikan diri mendekat kepadanya, walau jantung ini berdebar tak menentu tetapi aku tau akan toleransi kekerasan yang siap ku terima.
Dia sedang duduk termenung di kursi sembari menghadap ke arah jendela. Sesudah aku sampai didekatnya, akupun mengusap pundak ibu seraya memanggilnya lirih.
"Ibu.."
Sontak ibuku langsung menoleh, aku sungguh terkejut ketika ia menoleh kearah ku dia tersenyum nan langsung memeluk tubuhku erat.