Wonderland:Spiral

Sultan Pangestu Prawiro
Chapter #2

Bab 1: Pemicu

Di depan mataku ada pohon beringin. Aku pernah melihat pohon beringin kembar di keraton yogyakarta, jadi aku yakin tidak salah. Perbedaan mencolok yang langsung kusadari adalah, kumpulan daunnya yang membentuk seperti mangkok, sedangkan yang di jogja lebih abstrak. Beringin ini juga memiliki ukuran 4 kali lebih besar dan akar gantungnya yang terurai sangat rata disetiap ranting-rantingnya, sampai aku tidak bisa melihat batangnya. Tanpa sadar, aku mulai melangkah mendekati beringin itu—tampaknya keingintahuan telah mengambil ahli kaki ku. Tetapi, sebelum langkah keduaku berhasil kulancarkan, samar-samar terlihat sesosok mahluk yang perlahan-lahan merangkak dari dalam untaian akar yang sangat padat itu. Tubuh ku terdiam. Jantungku berdetak cepat. Tapi bukan rasa takut yang membuatnya begitu, melainkan rasa penasaran yang bercampur sedikit gelisah. Persis seperti saat aku hanya bisa diam menunggu apa yang kudapat dari gacha1 karakter dari game online jepang. Dan dari gacha kali ini, aku mendapatkan seekor beruang hitam besar yang sekarang berjalan dengan kedua kakinya keluar dari akar gantung itu. Wow… Sungguh beruntungnya diriku.

Aku memalingkan wajah ku sambil berjalan mundur dengan maksud melihat rute kabur. Dan disaat itulah aku sadar sedang berada di atas tebing yang dibawah nya terdapat laut. Ntah bagaimana suara deburan ombak baru terdengar setelahnya. Beruang itu semakin mendekat, tapi tempo langkahnya menjadi lebih lambat. Mungkin dia menikmati mangsanya yang terlihat tak berdaya, seperti seorang psikopat bertopeng yang ada difilm-film barat. Langkah lambat beruang itu terus berlanjut, sedangkan aku masih berjalan mundur dengan tempo yang tanpa sadar menjadi sama dengannya. Sampai akhirnya aku sudah berada di pinggir jurang. Seluruh tubuh ku berhenti berfungsi. Hanya kedua bola mata yang bisa menyaksikan sang beruang semakin mendekat.

Suara deburan ombak kembali terdengar. Suaranya yang lebih keras dan jelas, membuat seluruh tubuh ku kembali berfungsi dan reflek melihat kesumber suara. Di bawah sana terdapat jajaran batu karang besar yang nampaknya menjadi alasan ombak itu terpecah. Beberapa diantaranya lancip;tinggi tebing mungkin setara menara pisa, jadi aku pasti meninggal jika terjatuh. Saat aku mengembalikan pandanganku, jarak antara aku dan beruang itu sudah sangat dekat (kira-kira 2 tangan).

Di situasi seperti ini,aku memiliki 3 opsi. Opsi pertama, Diam seperti orang bodoh dan mempersembahkan tubuh ini kepada sang predator;Opsi ke dua, Menyerahkan segalanya pada tuhan dan melompat ke bawah;Opsi ke tiga, menerjang ke depan dan memberikan beruang ini sebuah pukulan. Kata “diam” dan “menyerah” membuat dada ku sesak, jadi opsi ke tiga lah yang paling tepat. Siapa tau pukulan yang ku kerahkan ini bisa menjadi lucky punch yang membuat beruang ini pingsan dalam satu pukulan. Jadi dengan tekad penuh, aku mengepal tanganku dengan erat dan berlari maju ke depan untuk melancarkan sebuah pukulan kepada beruang hitam lucu ini… hanya untuk terpeleset lalu ditampar oleh beruang hitam sialan ini. Tamparan itu membuat ku terlempar lalu terjatuh dari tebing.

Aneh. Seharusnya, jika mangsanya terjatuh di depan mata, predator akan langsung menghabisinya kan? Jangan bilang beruang sebenarnya tidak makan manusia? Atau bahkan tidak makan daging? Lalu… yang kulihat di film, bohong dong…?

Posisi jatuhku menghadap ke atas, melihat pinggir tebing yang tadinya kupijaki. Aku tidak bisa melihat melihat jarak ku dengan karang itu, tapi aku bisa merasakan hawa membunuh yang dipancarkan karang-karang ini. Mungkin itu hanya perasaanku, tapi yang jelas, aku bisa merasakannya semakin dekat. Semakin dekat. Dan semakin dekat. Katanya, sebelum kita meninggal, otak akan memutar kembali peristiwa-peristiwa penting yang pernah terjadi selama kita hidup, seperti karakter-karakter kartun jepang yang akan melakukan 2flashback ketika mereka sekarat. Tapi anehnya, yang bisa kulihat sekarang malah bayangan batu karang menusuk dan menghancurkan tubuhku. Apa mungkin aku harus sekarat dulu baru bisa terlihat? Atau aku dibohongi lagi? Tapi, sebentar lagi aku akan mati, jadi kita akan lihat saja kebenarannya sesaat lagi.

Aku memejamkan mataku karena merasa karang itu sudah sangat dekat dengan badanku. Tapi, sudah beberapa saat kutunggu, badanku tak kunjung menyentuh karang ini. Padahal aku bisa merasakan “kematian” tepat dibelakangku. Aku tau tebing ini tinggi, tapi harusnya tidak selama ini. Seorang wanita yang terjun lenting dari ketinggian 200 meter saja, hanya butuh 10 detik sampai kebawah. Dan ini sudah lebih dari 10 detik sejak aku memejamkan mata. Karena merasa ada yang aneh, kubuka mataku dan… hah!? Di momen inilah aku sadar, kalau ternyata aku tidak lagi terjatuh, tapi melayang. Aku tidak tau melayang sebutan yang tepat atau tidak;tapi yang jelas, tubuhku benar-benar berhenti sebelum bisa menghantam karang ini. Aku bisa melihat batu karang yang lebih tinggi di kiri dan kananku. Kalau saja posisi jatuhku berpindah sedikit saja, mungkin sekarang aku sedang asyik menyimak kilas balik itu.

Beberapa saat setelah menyadari badanku melayang, tiba-tiba terdengar suara angin yang datang dari laut. Saat sudah sampai di bawahku, angin itu langsung menukik ke atas dan membawaku bersamanya. Karena dorongan kuat yang mendadak, tubuhku beberapa kali berputar secara vertikal sambil terus terdorong keatas. Setelah beberapa kali berputar, aku berhasil mendapatkan kembali keseimbanganku yang membuatku sekarang terbang dengan posisi berdiri—bukan lagi terlentang seperti saat jatuh tadi. Aku terus melesat ke atas dengen kecepatan yang konstan, mungkin kecepatannya hanya sedikit lebih lambat dari lift Burj Khalifa. Dengan kecepatan terbang yang sekarang, dalam sekejap aku bisa mencapai permukaan tebing. Aku tidak sabar bertemu beruang hitam itu, lalu memberikannya jari tengahku padanya. Namun, hal aneh kembali terjadi. Saat aku sampai di depan permukaan tebing. Waktu tiba-tiba berjalan sangat lambat.

Beruang hitam itu sudah tidak ada lagi di sana. Aku memang agak kecewa karena tidak bisa memamerkan jari tengahku ini padanya, tapi perasaan itu langsung sirna dalam sekali kedipan mata, karena yang menggantikan beruang itu adalah seorang wanita mysterius berambut putih keabu-abuan. Dia berdiri agak jauh dariku, tapi mataku bisa menangkap betapa cantiknya wanita ini. Sangking cantiknya, indra penciumanku yang sebelumnya mati, jadi hidup kembali;karena, bau asin laut ini baru tercium, setelah aku menyadari kecantikannya.

Wanita ini memakai gaun putih polos dengan tinggi yang mungkin setara atau sedikit lebih pendek dariku. Walau waktu melambat tapi aku terus terbang ke atas, dan karena itu aku jadi sadar, kalau pohon beringin itu sudah berubah. Lebih tepatnya daunnya yang tadinya hijau sudah berubah menjadi merah muda. Aku sempat berpikir itu pohon sakura raksasa, tapi akar gantungnya itu masih ada, meskipun tidak selebat tadi dan daunnya pun masih sama besarnya. Jadi, jelas ini adalah pohon beringin berdaun merah muda. Dalam sekejap, sudah banyak hal aneh yang terjadi, jadi hal ini tidak bisa mengagetkanku lagi. Jadi, aku kembali memfokuskan pandanganku ke wanita itu. Wajahnya masih cantik seperti tadi, tapi sekarang dia sudah berada lebih dekat denganku. Aku jadi bisa melihat wajahnya yang sedikit mendongak, menatapku dengan mata biru yang dihiasi ekspresi khawatir. Aku tidak tau kenapa dia membuat ekspresi itu, tapi yang jelas mataku tak bisa berpaling darinya. Tiba-tiba saja muncul sebuah angin yang membuat daun-daun beringin itu mulai berterbangan. Lalu, angin itu kembali berhembus dan membawa daun-daun merah muda ini di sekitaran wanita itu. Dalam sekejap, tercipta sebuah pemandangan indah dimataku. Sayangnya, beberapa saat kemudian, waktu kembali berjalan seperti biasa yang membuatku tidak bisa menikmatinya lebih lama.

Aku kembali terbang dengan kecepatan semula, tapi dengan tekad untuk memanjakan mataku, aku berhasil tubuhku hanya melayang di udara—tidak lagi terbang. Tapi, di saat aku kembali melihat wanita itu, daun-daun yang tadinya hanya berterbangan akur di sekitarnya, sekarang menjadi membabi buta. Daun ini juga menjadi lebih banyak, sehingga menutupi wanita itu. Lalu, entah kenapa mereka mulai datang kepadaku yang lama-kelamaan semakin banyak dan menutup pandanganku secara penuh. Di saat yang bersamaan, terdengar sebuah suara dari telinga kiriku. Awalnya hanya terdengar samar, tapi lama-kelamaan semakin jelas dan kuat. Lalu di suatu titik, aku terbangun.

***

Saat aku membuka mataku, aku mendengar sebuah suara yang bersumber tepat di sebelah kiriku. Ternyata itu adalah lagu idol yang kusetel tadi malam, sebagai bentuk tekadku untuk bangun pagi hari ini.

Layaknya seekor beruang yang baru selesai dari hibernasinya, badanku terasa sangat berat, selain itu kepalaku juga terasa sangat pusing. Mungkin, inilah effect dari hibernasi singkat yang kulakukan.

Dengan badan yang berat dan kepala yang pusing, aku berusaha membangunkan tubuhku, tapi otakku yang belum sepenuhnya aktif ini, membuatku mengambil posisi duduk dan mulai melamun. Kegiatan ini kusebut fase “mengumpulkan nyawa.”

Dalam lamunanku, aku kembali teringat mimpi anehku tadi. Kusebut aneh karena aku bukan tipe orang yang bisa mengingat mimpi. Kalaupun ingat, biasanya hanya sebagian kecilnya saja. Sedangkan yang sekarang, aku bisa mengingat semuanya. Kejadian di mimpi ini juga sama anehnya yang memunculkan banyak pertanyaan di kepalaku. Misalnya, kenapa bisa ada wanita cantik yang tidak pernah kulihat sebelumnya? Apakah dia adalah hasil karya otakku sebagai perwujudan rasa frustasi karena tidak pernah mempunyai pacar? Rambutnya juga kenapa harus putih? Selain itu, apakah ada beringin dengan daun berwarna merah muda? Soalnya ada yang namanya pohon sakura yang daunnya juga merah muda, jadi mungkin saja ada pohon beringin dengan daun merah muda di dunia ini, walau namanya mungkin bukan beringin lagi. Lalu yang paling aneh, ada beruang hitam besar yang nampaknya lebih memilih menamparku hingga jatuh, daripada memangsaku.

Entah kenapa aku jadi berpikir, apakah setelah selesai hibernasi, para beruang juga melamun dan mengumpulkan nyawanya terlebih dahulu seperti ku? Pertanyaan yang bagus, mungkin sepulang sekolah—untuk pertama kalinya—aku akan mampir ke perpustakaan dan mencari buku tentang beruang.

“Cukurukuk… Kugruuu, kugruuu…”

Di saat aku sedang melamunkan hal yang tidak jelas itu,aku mendengar suara burung yang mengaktifkan otakku sepenuhnya serta membawa nyawaku kembali.

Di saat yang bersamaan, aku kembali mendengar lagu idol itu. Entah tadi memang sudah berhenti, tapi kembali berbunyi karena kusetel untuk terputar beberapa kali atau aku yang tidak sadar masih berbunyi karena sibuk melamunkan beruang. Ya mau bagaimana lagi, tadi malam aku habis begadang main game takken 7 dan aku menggunakan karakter Kuma si beruang, jadi wajar kalau aku terus terngiang-ngiang soal beruang… tunggu dulu, mungkin saja beruang hitam di mimpiku itu karena ini kah? Kuma bulunya coklat sih, tapi harusnya memang ini penyebabnya.

Lagu idol itu masih terus berbunyi. Lagu ini adalah salah satu lagu kesukaanku dari idol grup yang berisi 49 anggota ini. Awalnya aku berniat membiarkannya saja terputar sebagai BGM (Background Music) sembari melakukan kegiatan lain. Toh nanti juga mati sendiri. Tapi, mendengarkannya di pagi hari ternyata membuat telingaku panas. Jadi sebelum ponsel ini terlempar, lebih baik kumatikan.

Di layar awal ponsel yang menggunakan foto bajak laut topi jerami, mataku langsung tertuju ke jam yang berada tepat di atas topi jerami karakter ini. Dan ternyata waktu masih menunjukan pukul 05:08. Jujur, aku cukup bangga dengan diriku. saking bangganya aku bisa saja mencetak piagam penghargaan untuk diriku sendiri, mengenai pencapaian ku di pagi hari ini. Mungkin terdengar berlebihan, tapi ini adalah pertama kalinya setelah 8 bulan aku bisa bangun sepagi ini.

Setelah puas memuji diri sendiri, kuisi password untuk membuka ponselku dengan ‘Akuganteng123’. Awalnya aku berniat membuka instagram untuk melihat apa saja yang kulewatkan selama aku tidur, entah itu berita game terbaru atau berita lainnya. Tapi, perhatianku teralih oleh sebuah anomali yang terpampang jelas di layar ponselku ini. Itu adalah aplikasi hijau dengan lambang gangang telepon yang dipojok kanan atasnya terdapat bulatan merah yang tertulis angka 99+. Angka itu menandakan berapa banyak pesan atau panggilan yang masuk dan biasanya tidak pernah lebih dari 10. Jadi, tanpa pikir panjang aku langsung membukanya. Siapa tau dari banyaknya pesan yang masuk, ada pesan-pesan penting di dalamnya, entah dari orang tuaku atau mungkin dari para siswi cantik yang akhirnya paham pesonaku… yap, seperti biasa, tidak ada dari keduanya. Yang ada hanyalah pesan dari grup kelas yang sudah menumpuk hingga ribuan dalam semalam. Mataku langsung tertuju ke jam dari pesan terakhir yang dikirim di grup kelas itu—jam 3 pagi.

Kaget adalah satu-satunya kata yang tepat untuk menggambarkan reaksi ku saat ini. Soalnya, teman-teman sekelasku kebanyakan adalah murid teladan. Murid yang kalau nilai ulangannya menurun, lupa mengerjakan atau sekedar terlambat saja, akan sangat panik serasa dunia akan kiamat. Apalagi besok ada pr matematika yang gurunya terkenal dengan kebengisannya. Aku saja cuman main tekken sampai jam 12 karena hal ini, padahal biasanya sampai jam 3. Jadi, aku tidak bisa membayangkan mereka melontarkan omong kosong sampai jam 3 pagi.

Seharusnya, sekarang aku pergi untuk mempersiapkan segala hal sebelum berangkat sekolah, tapi omong kosong yang dilontarkan para suri tauladan ini memiliki energi yang kuat. Saking kuatnya, jariku sampai dirasuki untuk kembali membuka grup itu. Sungguh mengerikan.

Setelah terbuka, aku menggulir layarku secara cepat sambil membaca sekilas untuk mengetahui topik-topik apa saja yang mereka bahas, kalau ada yang menarik akan kubaca lebih lengkap. Di awal mereka hanya membahas hal-hal yang berkaitan dengan sekolah kemarin, jadi langsung ku lewatkan. Lalu, entah bagaimana topiknya berubah menjadi sebuah tempat yang katanya bisa mengabulkan segalanya. Jujur, tempat itu terdengar seperti 3pesugihan jenis baru bagiku, tapi mengingat kondisi ekonomi mereka, aku memaklumi topik seperti itu muncul. Aku lanjut menggulir.

Setelah beberapa saat, aku melihat beberapa foto yang menarik perhatianku. Itu adalah foto tampak belakang dari seseorang , yang dari postur tubuh, sepertinya seorang pria. Dia berdiri tegak seperti saat upacara bendera dan menatap laut malam. Pria itu menggunakan pakaian khas pesulap: Celana hitam panjang, kemeja putih, jubah hitam yang menutupi kemejanya dan sarung tangan putih. Lalu di foto lain dengan sudut foto yang berbeda, aku baru sadar dia menggunakan sebuah topeng putih, sayangnya aku tidak bisa lihat tampak depannya seperti apa. Di foto itu aku juga baru sadar dia berambut hitam. Setelah melihat foto misterius nan aneh ini, tentu saja aku harus tau cerita dibaliknya. Jadi, Aku kembali menggulirkan layar ponselku, tapi kali ini ke arah sebaliknya.

Lihat selengkapnya