Untuk beberapa saat Lidya tahu bahwa ini mimpi setelah goresan itu tak terasa sakit.
"Lari Lid," teriak sang ibu di belakang sana. Mayat hidup itu mengerubungi ibunya.
"Gue mau bangun dari mimpi buruk ini, bantu gue bangun," Lidya memejamkan matanya berharap ia segera tersadar.
"LIDYA!"
Lidya tersentak, matanya membulat sempurna melihat di depan sana seorang guru berdiri dengan kayu rotan seraya menunjuknya.
"KAMU DARI TADI SAYA PERHATIKAN TIDUR, SEKARANG JELASKAN YANG BAPAK JELASKAN TADI!"
Lidya lantas berdiri, beberapa saat ia bermimpi memang ia mendengar sebuah suara yang memanggilnya entah dari mana suara itu, tapi dia tetap fokus pada mimpinya.
"Tulang manusia terdiri dari beberapa bagian..." Lidya mulai menjelaskan beberapa yang ia dengar, untungnya ini adalah pelajaran Biologi, pelajaran yang sangat dikuasai olehnya.
***
"Lo kenapa sih tadi?" Tanya Aulan seraya mengemudikan mobilnya. Di sampingnya ada Lidya yang masih termenung memikirkan mimpinya.
"Kayaknya gue lucid dream deh," Lidya memutar tubuhnya menghadap Aulan.
"Kok bisa?"
"Gak tau akhir-akhir ini setiap gue mejamin mata gue mimpi dan gue sadar itu mimpi, tapi setiap mimpi itu selalu terhubung," ujar Lidya menyuarakan keresahannya beberapa hari ini.
"Maksudnya?" tanya Aulan tak mengerti.
"Gue tau gue mimpi, dan setiap gue mimpi selalu itu aja. Terus kalau bangun tidur gue selalu kelelahan sampai pegal-pegal. Kayak mimpi gue itu gue rasain di dunia nyata," ujar Lidya serius.
Aulan sesekali melirik Lidya," emang Lo mimpi apa?" tanya gadis itu.
"Sumpah mimpi gue kali ini random amat, diantara beberapa mimpi buruk bisa-bisanya gue mimpi dunia di serang wabah zombie."
"Ehhh, jangan buat gue takut yee, fyp TikTok gue sampai ada negara yang nyiptain zombie loh, mimpi lo serem njir," ucap Aulan tak habis pikir apa yang mereka mau dengan menciptakan sesuatu yang tidak berguna dan sangat merugikan.
"Gue malas lari, olahraga aja gue males," Lidya melipat kedua tangannya di depan dada.
Lama terdiam hingga keduanya memasuki gerbang rumah Aulan. Sebelum Aulan keluar Lidya menahan gadis itu, "tapi serius kalau beneran ada zombie Lo mau lari atau ngumpet rumah aja?"
"Mending gue ngumpet, takut banget gue lihat wujud mereka tuh kayak di Drakor, bisa muntah gue," jawab Aulan.
"Gue gak tau," ujar Lidya lagi.
Aulan mengusap wajah Lidya, "lagian Lo mikir sampe ke situ dih, jangan buat gue takut duluan Lid," ujar Aulan lalu keluar dari mobil.
"Oiya, besok Lo beneran datang kan?" Aulan kembali bertanya, upaya mengalihkan pikiran random sahabatnya itu.
"Kemana?"
"Lidyaaaaa, gue jemput besok deh, Lo udah setuju juga tadi awas ya ga jadi gue ga mau ngajak Lo ngomong lagi ntar," Aulan berjalan masuk kerumahnya meninggalkan Lidya.
Rumah mereka bersebelahan, Lidya tinggal ke sebelah untuk sampai ke rumahnya.
Sebelum masuk kedalam Lidya menatap seluruh halaman rumahnya, motor dan mobil di garasi juga berjejer tapi Lidya lebih nyaman nebeng sama Aulan.
Lidya menutup pintunya, rumahnya sepi karena kedua orangtuanya saat ini berada di Amerika, mereka akan menghadiri acara wisuda kakaknya.
Jangan di tanya kenapa Lidya tidak ikut, dia memilih untuk di sini saja bersama teman-temannya lagian dia juga tidak di ajak kedua orangtuanya, kenapa harus ikut?
Di rumah ini sepi, rumah besar yang selalu ramai dengan suara teriakan kini sepi karena hanya sendirinya yang tinggal. Terhitung sudah 3 bulan orang tuanya pergi dan 1 bulan terlewat tanpa kabar dari kedua orangtuanya, hanya uang masuk yang menandakan kedua orangtuanya masih baik-baik saja.
"Gue mau nginap di Aulan aja dah, takut banget gue mimpi ga jelas seperti itu lagi," ujar Lidya segera berberes agar ia segera bertemu dengan keramaian.
Dengan menggendong beberapa buku Lidya menuju ke rumah Aulan, membunyikan bel rumah. Tak lama Aulan muncul dengan wajah datar.
"Siapa nak?" teriak ibu Aulan dari dalam rumah.
"Gak tau bunda, salah alamat kayaknya," ujar Aulan.
Lidya menatap gadis itu dingin, "ya udah gue balik," begitu membalikkan badannya Aulan lantas memeluk Lidya dari belakang.
Aulan membalikan tubuh sahabatnya itu seraya mendorong masuk kedalam.
"Ambekan, sini masuk gue sama bunda lagi buat kue kesukaan Lo, bukanya hari ini Lo ulang tahun?" tanya Aulan yang mendapatkan kerutan di dahi Lidya.
Lidya melirik ke belakang, "Gue ultah?" tanyanya tanpa beban.
Lantas sebuah cubitan hadir di punggung Lidya, "ultah sendiri lupa lo," ujar Aulan kelewat gemes.
Aulan mengambil buku di tangan Lidya, menaruh benda itu di atas meja, "ngapain bawa buku? Besok hari Minggu kayak mau UAS aja lo," Aulan protes karena sahabatnya itu tidak bisa tidur jika bukunya tak ada di sampingnya.
"Senin ujian lo lupa?"
Aulan menggandeng tangan Lidya menuju meja makan, "feeling gue Senin libur cok," ujar Aulan tertawa sendiri.
"Emang pada dasarnya lo malas ke sekolah aja," ujar Lidya.
"Eits jangan salah, gue pengen banget sekolah terus tapi gak mau belajar, soalnya ada crush gue di sana haha," Aulan kembali tertawa membuat wanita yang saat ini berada di meja makan menoleh lantas menegur anaknya itu.
Lidya tersenyum menatap kue di hadapannya, kue yang benar-benar di penuhi oleh strawberry.