Prang!!!
Bunyi kaca pecah itu, semakin membuat gadis yang tengah bergelung di atas kasur dengan ditutupi selimut itu, mengetatkan pelukannya pada guling.
Setelah sebelumnya ia mendengar dua orang tengah berseteru, yang mana kedua orang itu merupakan ayahnya dan seorang wanita yang dibawa oleh ayahnya.
Gadis itu membuka selimut yang menutupinya, karena ia tidak mendengar suara apapun lagi. Gadis itu memberanikan diri keluar kamar, untuk melihat apa yang sedang terjadi. Dari balik pintu ia melihat pecahan kaca berserakan di lantai. Bersamaan dengan itu, ia melihat ayahnya terkapar di lantai dengan bersimbah darah, dan seorang wanita tengah mengangkanginya.
Dengan langkah perlahan, gadis itu berjalan menuju ruang kerja ayahnya, dan mendapati sebuah pistol di dalam laci meja kerja. Gadis itu kemudian menangis keras untuk memancing wanita itu kemari.
"sial!"
wanita itu berlari dengan kencang ke arah ruang kerja, dan mendapati anak dari pria yang baru saja ia bunuh tengah menodongkan pistol tepat kearahnya.
"hai." sapa gadis itu.
wanita itu tersenyum, dan melangkah mendekati gadis itu.
tidak! seharusnya tidak begini!
semuanya menjadi gelap, tubuh gadis itu berkeringat. Ia berlari sekencang mungkin untuk menghindari suara yang tengah mengejarnya.
"Cukup!"
Fita terbangun dari mimpi buruknya. Ia menyentuh dadanya, bahkan detak jantungnya terdengar di telinganya. Ia membuka laci meja didekatnya dan mengeluarkan sebuah botol kecil, berisi pil.
Gadis itu meminum pil itu dengan tangan gemetaran, ia melirik jam dan bergegas ke kamar mandi karena jam sudah menunjukan pukul 06.00.
***
"Fita artara."
seorang gadis berkuncir kuda mengangkat tangan kanannya, pertanda bahwa dirinya hadir. Gadis itu mengikuti pelajaran dengan serius, saat anak lain masih sempat bersenda gurau, Fita memilih diam dan memperhatikan guru didepan.
Bukan tanpa alasan ia belajar dengan tekun, selain karena itu memang kewajibannya sebagai seorang pelajar, itu juga merupakan jalan untuk mencapai yang ia inginkan.
Kringg!!!
Bel berbunyi pertanda pergantian pelajaran. Olahraga merupakan pelajaran yang paling fita sukai, karena hanya pas jam olahraga Fita dapat beristirahat, dan benar-benar menyendiri.
"Fita, ayo ganti baju sama kita."
"iya."
Usai mengganti pakaian, mereka segera menuju lapangan. Berbeda dengan yang lain, Fita memilih duduk di pinggir lapangan.
Ia memejamkan mata, meresapi angin yang berhembus di wajahnya. Yang tidak ia sangka, sebuah bola melayang tepat mengenai kepalanya. Suasana di lapangan mendadak sunyi.
"Siapa?" tanya gadis itu.