World Pain

Galuh sekar wangi
Chapter #4

Four

Bugh!

Sebuah pukulan mendarat tepat di punggung Fita, namun pukulan itu tidak bereaksi apa-apa pada Fita. Gadis itu bahkan masih berdiri dengan tegap, hingga membuat pria yang memukulnya heran dan gemetar ketakutan.

Ternyata benar!

Gadis ini sakit!

Fita membalikkan badannya, dan dengan cepat menyergap pria itu. Tubuh pria itu terbanting keras di lantai, dengan cepat Fita menancapkan pisaunya di leher pria itu.

"Siapa lagi selanjutnya," Desis Fita.

Gadis itu menghadap sepenuhnya ke arah Ayah angkatnya.

"Mau menipuku?" Ucap Fita.

Namun dengan santai, pria itu tertawa seolah ada hal lucu yang baru saja terjadi.

"Kesalahanku, aku lupa kalau gadis itu sudah tidak disini."

Rahang Fita mengeras, ia paling tidak suka dimainkan oleh seseorang.

"Dimana dia?"

"Aku tidak tahu kemana Dirga membawanya, maafkan aku," Ucap pria itu santai.

Fita pergi meninggalkan pria itu, dan mencari Desi. ia tahu pria itu tidak akan membawa Desi keluar, dan benar saja, di depannya kini kakaknya berdiri bersama beberapa anak buahnya yang sedang menahan Desi.

"Fita?!" Teriak Desi histeris.

Dirga tersenyum sinis, ia tidak menyangka akan bertemu gadis itu disini.

"Lepasin dia," Ucap Fita geram.

"Melepaskannya?"

Dirga tertawa kencang, tawa yang mengerikan hingga mampu membuat Desi merinding ketakutan. Pria itu lalu mendekati Desi dan menahan gadis itu.

"Tangkap dia!" Seru Dirga.

Beberapa bawahannya berupaya menahan Fita, namun tidak berhasil. Gadis itu bergerak begitu gesit saat mengelak, dan menyerang. Pisau yang dipegang gadis itu juga sangat tajam hingga mudah melukai mereka.

Desi terus berontak, agar terlepas dari Dirga. Gadis itu berhasil menginjak kaki pria itu, dan terlepas. Ia berlari secepatnya ke arah Fita.

Sementara semua pria yang melawan Fita sudah terkapar di lantai. Ayah tirinya tiba-tiba muncul dengan pistolnya, dan mengarahkannya ke Fita.

"Fita awas!" Teriak Desi.

"Ayah!" Dirga ikut berteriak.

Dengan senyum mengerikannya, pria tua itu menarik pelatuknya.

Dorr!

Peluru itu menembus perut Desi yang berusaha melindungi Fita. Gadis itu mematung melihat Desi terduduk lemas di depannya, dengan bersimbah darah di perutnya.

Sementara Dirga, pria itu dengan cepat mendekati ayahnya untuk mencegah pria itu kembali menembak Fita.

Fita ikut terduduk lemas, tubuhnya gemetar. Matanya menatap kosong Desi yang tengah tersenyum padanya.

"Pergi," Lirih gadis itu.

Fita menggeleng, ia menyentuh pelan wajah Desi. Gadis itu sudah terbaring tidak berdaya di lantai.

"Pergi...cepat, untukku."

Detik selanjutnya, Desi memejamkan matanya. Untuk selamanya. Fita berteriak sekencang mungkin, ia berdiri dan berlari pergi.

Gadis itu berlari sekencang mungkin meninggalkan rumah itu, Bersama Desi di dalamnya. Tidak peduli berapa kali ia terjatuh dan terluka, ia tetap berlari karena hanya itu yang bisa ia lakukan sekarang. Menangis pun sulit untuk ia lakukan.

Gadis itu terduduk di tengah jalan raya yang kosong, malam ini ia merasakan kembali perasaan sakit ini. Fita menekan kuat Dadanya untuk menghilangkan sakitnya, namun percuma karena sakitnya tidak hilang, dan semakin bertambah.

Hingga sebuah sinar lampu mobil menyorotnya, menimbulkan sakit pada kepalanya. Ia ingin tahu siapa pria itu, tapi kesadarannya menghilang.

.

.

.

.

.

.

.

Lihat selengkapnya