beberapa jam sebelumnya...
Fita menatap seorang gadis kecil, yang tengah menangis sambil menggendong kucingnya.
"Fita!"
Gadis itu menoleh, dan menatap sebal seorang wanita paruh baya yang tengah menatapnya garang.
"Aku sudah bilang kan, kalau orang yang di dalam sudah keluar, kamu harus memanggil yang berikutnya," Wanita itu melipat tangannya di depan dada.
"Aku disini bukan untuk jadi asisten mu."
"Tapi kau tinggal di tempatku."
"Hey! Kalau aku gak nolong kucingmu, dia akan mati," Fita berbicara sambil mengerahkan dagunya ke arah Kucing yang berada dalam kotak kaca yang besar.
Semenjak kejadian di rumah itu, ia melarikan diri. Ia memutuskan untuk berhenti bekerja, dan sekolah.
Sudah 3 bulan ia tinggal di Klinik hewan ini, semenjak kepulangannya dari rumah Rey, ia memutuskan untuk tidak kembali ke rumah.
Saat ia tengah berjalan luntang-lantung, ia menemukan kucing yang sedang terluka, karena itulah ia berada disini sekarang.
Flashback
Fita menatap jalanan yang mulai sepi, ia tidak tahu jam berapa sekarang. Ia menatap beberapa ruko kosong yang berjejer di pinggir jalan.
Sempat terlintas di benaknya untuk tidur di sana, namun ia segera menghilangkan pikiran bodohnya itu. Di sana pasti dingin, banyak nyamuk, dan kotor.
Gadis itu berjongkok di pinggir jalan, ia kelelahan karena berjalan seharian. Perutnya bergetar, menandakan ia sedang lapar.
Meow...
Suara kucing itu mengalihkan rasa lapar Fita. Gadis itu berdiri dan mengikuti arah suaranya. Suara kucing itu mengarahkannya ke arah tumpukkan sampah.
"Kenapa harus di tempat sampah!"
Fita memandang kesal tumpukkan sampah itu, ia kemudian menyingkirkan beberapa sampahnya menggunakan kaki.
Ia melihat seekor kucing berwarna kuning keemasan, dengan luka di punggungnya. ia mengeluarkan kucing itu dengan hati-hati.
Ia melihat kalung di lehernya, bertuliskan nama kucing itu dan nama sebuah tempat.
Liza pet.
Begitu tulisannya, ia mengangguk pelan karena mengetahui lokasi tempat itu. Ia pernah menemani Desi ke klinik itu.
.
.
.
.
.
.
.
Fita menatap Klinik yang bertuliskan Liza pet. ia menatap isi klinik yang kosong tanpa ada satu orang pun.
"Permisi..."
Seorang Wanita paruh baya keluar dari sebuah ruangan dengan mata bengkak, seperti habis menangis.
"Ya, ada yang bisa di bantu?"
"Kucing ini-"
Tanpa mendengar ucapan Fita sampai habis, gadis itu langsung menyambar dan memeluk kucing itu erat. Wanita itu menangis sambil berujar kata maaf.
"Sorry...Tapi kucing itu lagi luka, jangan erat banget peluknya."
"Ah!" Wanita itu terkejut, dan kembali menangis lebih keras setelahnya.
Fita melirik ke arah Wanita itu yang telah mengobati kucingnya, wanita itu sedang membuat teh untuknya.
Tidak lama setelahnya, wanita itu membawa nampan berisi secangkir teh, dan biskuit. Ia tersenyum menatap Fita, dan duduk di depannya.
"Nama saya Ayu, kamu?"
"Aku Fita."
"Makasih banyak udah nolong kucingku."
Fita mengernyit melihat wanita itu sedang mengelap ingusnya di hidung, mungkin karena habis menangis.
"Iya, bukan masalah."
"Kamu mau bayaran apa?" Ujar Ayu.
"Bayaran?"
Ayu mengangguk.
"Saya mau tinggal di sini."
Ayu menganga mendengar ucapan Fita, yang tidak terduga.
"Sampai kapan?"
"Gak tahu."
Flashback end
Ya, begitulah ceritanya. Sekarang Fita tinggal disini, sampai ia mendapat ide untuk melakukan apa setelah ini.
"Helloo, masih mau melamun?"
Fita memutar kedua bola matanya jengah, Ayu benar-benar cerewet, sangat berbeda dengan Desi.
Ia beranjak dari duduknya, dan pergi ke dapur. Klinik yang menjadi tempat tinggalnya sekarang ini, memiliki kamar yang bersih untuk ia tinggali. Dapurnya juga bersih, dan lengkap. Ayu bilang, klinik ini dulunya rumah.
"Fita," Ayu memanggil sambil menyenderkan tubuhnya di pintu.
"Kenapa?"
"Ternyata, kamu suka pria dewasa ya."