Seperti janjinya. Hari ini Fita akan pergi bersama Rey, pria itu akan menjemputnya sebentar lagi.
Sekarang, Fita memutuskan untuk tinggal lagi di rumahnya. Hal ini ia lakukan untuk kebaikan Ayu, dan dirinya.
Tin!
Tin!
Fita bergegas keluar rumah saat mendengar klakson motor. Rey di sana dengan motor besarnya.
Fita mendekati Pria itu. Sementara Rey, matanya tidak lepas dari Fita. Ingin rasanya Rey mendekap Fita di pelukannya, namun ia tahan.
"Mau kemana rencananya?" Tanya pria itu, saat Fita sudah duduk di belakangnya.
Fita membuat pose sedang mikir. Gadis itu berpikir sangat lama, sampai Rey gemas.
"Gimana kalau ke basecamp aku aja?" Tanya Rey.
"Boleh."
Rey mengangguk, dan mulai melajukan motornya. Selama di jalan, tidak ada obrolan. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing.
Motor Rey parkir tepat di depan sebuah rumah minimalis. Rumah itu terlihat bersih dari luar.
"Ini tempatnya?" Tanya Fita.
Fita turun dari motor, dan langsung masuk ke pekarangan rumah itu. Rumah nya bersih, dan asri.
"Ini rumahku, tapi sekarang jadi basecamp," Rey berujar sambil membuka rumah.
"Terus kamu tinggal di mana?"
Rey mendorong pintu dengan pelan, namun bunyi decitan yang ditimbulkan cukup kencang.
"Kayak mau masuk rumah hantu," Canda Fita.
Rey hanya tersenyum kecil menanggapinya. Rumah ini dulunya merupakan rumah yang ia tinggali bersama dengan kedua orang tuanya. Setelah mereka meninggal, Rey memutuskan untuk tidak tinggal di rumah ini.
"Sekarang aku tinggal di apartemen."
Itu kenyataan. Rey memilih tinggal di apartemen, di bandingkan tinggal di rumah ini.
"Kenapa gak di jual aja?" Tanya Fita.
Gadis itu sedang duduk di sofa, dan bersandar di sana. Sambil memandangi Rey.
Pria itu ikut duduk di sampingnya, dan memejamkan mata.
"Sayang aja," Ujarnya sambil memejamkan mata.
Fita mengangguk paham. Matanya menyusuri wajah pria itu. Sejenak ia baru sadar, kalau sudut bibir pria itu terluka.
"Kamu emang suka berantem ya ternyata."
Rey yang mendengar hal itu, langsung membuka kedua matanya. Ia menyentuh sudut bibirnya.
"Sedikit."
Rey tidak ingin mengakui kalau sebenarnya, ia suka berkelahi.
"Kamu punya geng, selain band?"
Rey mengangguk.
"Iya, geng motor."
Fita memikirkan kembali perkataan Dirga. Ternyata alasan pria itu menyuruhnya mendekati Rey, karena pria itu anak geng motor.
"Geng motor kamu, emang suka berantem?"
"Gak juga, kalau ada yang cari masalah, baru kita ladeni."
Fita menyentuh sudut bibir Rey yang luka. Tangan mungilnya kemudian menyusuri tulang pipi pria itu. Rey menangkap tangan Fita, saat ia mencoba menyentuh hidungnya.
"Sorry."
"Kamu kemana kemarin?"
Rey memusatkan matanya pada Fita. Ia berharap gadis itu tidak menghindarinya kali ini.
"Aku lari aja."
"Lari?"
Rey tiba-tiba ingat saat kejadian dimana ia menemukan Fita di tengah jalan.
"Yang ngejar kamu, sama kayak malam aku nemuin kamu kan?" Lanjut Rey.