Writing is My First Love

d Curly Author
Chapter #1

Apalah Arti Sebuah Nama

“Anak-anak, udah selesai semua?” tanya seorang wanita berusia 30an.

“Sudah Bu!” kata anak laki-laki yang duduk di paling depan.

“Belum Bu, tunggu bentar!” beberapa siswa terlihat panik.

“Oke, kalo gitu yang sudah boleh kumpulkan duku ke Ibu ya.“

“Haahhh, duku?? Emang kita disuruh bawa duku?” kata salah seorang anak perempuan berambut pendek dengan nada kaget.

Bu Meidy, guru Eve yang biasanya sangat murah senyum, kini memasang tampang galak seperti balon yang mau meletus, sambil berkata, “Iya, minggu lalu kan Ibu sudah bilang, kalian harus bawa duku untuk tugas kelompok. Masa satupun dari kalian ngga ada yang ingat?”

Semua anak terlihat kebingungan, mereka saling berpandangan satu sama lain.

Bu Meidy tersenyum simpul, kemudian ia berkata dengan nada suara yang lebih lembut, “Tadi Ibu sengaja ngelucu, biar kalian santai dan cepat selesai tugasnya. Muka kalian tegang semua sih. Maksud Ibu, yang sudah selesai boleh kumpulkan dulu ke Ibu.”

“Ohhhhh ...” anak-anak kompak menjawab seperti sebuah paduan suara, lalu diikuti dengan gelak tawa riang gembira.

“HAHAHAHAHA! Bu Meidy ngangetin kita nih. Ibu bisa jadi pelawak loh!” celoteh salah satu teman.

Eve segera menghampiri Bu Meidy untuk mengumpulkan buku tugasnya. Baginya, tugas ini sangat mudah, sama sekali tidak perlu diperiksa ulang. Tetapi saat tiba giliran karyanya yang diperiksa, tetap saja dirinya tampak grogi. Ia penasaran akan respon dari gurunya.

Bu Meidy memeriksa buku tugas milik anak perempuan itu dengan senyuman penuh arti, sambil kemudian menatap kedua pupil mata Eve dengan tatapan yang hangat. Selanjutnya Bu Meidy mengatakan sesuatu yang membuat murid SD itu tertegun.

***

Hampir empat belas tahun telah berlalu sejak hari itu. Kini Eve telah menjadi seorang sarjana, namun dirinya tak kunjung mendapatkan pekerjaan. Setelah lulus Eve berisitirahat selama sebulan, sebelum memulai pencarian lowongan kerja.

Ia telah melamar ke berbagai perusahaan selama delapan bulan sambil bekerja sebagai desainer paruh waktu (freelance), namun belum ada yang meminangnya. Ia sungguh pasrah akan apa yang terjadi selanjutnya. Kata pengangguran terus membayangi dirinya.

Sore itu Eve sedang melamun sendirian memandang ke arah jendela kamarnya. Langit berubah kelabu dan para awan hitam sedang asyik bercengkrama. Belum terlihat tetesan air hujan, namun suasananya sangat sendu, semendung hari-harinya dan sesuram masa depannya.

Drrttt ... Drrttt … Tiba-tiba terdengar deringan telepon yang entah sedang ada di bagian mana kamarnya. Begitulah kebiasaannya, ia sering lupa taruh HP di mana. Setelah ditelusuri, Eve mendapati kalau suara itu berasal dari dalam tasnya.

Eve pun segera menggeledah tasnya, mencari HP yang terselip entah di bagian mana kantong doraemonnya. Deringan teleponnya berhenti, namun Eve masih belum dapat menemukan ponselnya. Semenit kemudian ia baru menemukan barang miliknya itu.

Handphonenya kembali berdering, unknown number tertera di layar ponselnya. Siapa nih? Angkat, jangan ya? Karena terlalu banyak berpikir akhirnya ponselnya berhenti berdering. Eve melihat ada 5 missed call dari nomor luar kota dan 2 missed call dari nomor yang tidak dikenal.

Lihat selengkapnya