Waktu SD, hanya sebagian kecil murid yang suka datang ke perpustakaan sekolah. Eve termasuk salah satunya. Perpustakaan selalu menjadi tempat yang menyenangkan baginya, bahkan sering ia sebut sebagai 'tempat persembunyian yang sempurna'. Alasannya sederhana, selain penjaga perpustakaannya ramah, di sana suasananya sangat tenang, sehingga membuat hati Eve adem.
Di kelas teman-teman Eve selalu berisik. Mereka saling bercakap-cakap dan tertawa dalam saat yang bersamaan. Rasanya seperti di pasar saja, sehingga membuat kepala Eve pusing tujuh keliling. Jika guru sedang tidak ada di kelas, teman-teman sekelasnya sering berkejar-kejaran di dalam kelas, sembari saling melempar kertas. Mereka bermain 'perang kertas' dengan menggunakan kertas-kertas yang disobek dari buku catatan masing-masing (yang seharusnya digunakan untuk belajar) sambil berseru dengan suara keras berkali-kali.
Ada kalanya kertas itu mengenai kepala Eve dan tersangkut di rambutnya. Alhasil Eve ditertawai habis-habisan. Padahal waktu itu guru IPA mereka sedang menugaskan murid-murid untuk belajar selama 15 menit, sebelum kuis dadakan dimulai. Begitu ditinggal sang guru untuk ke toilet sebentar, mereka malah membuat keributan, tidak toleran dengan temannya yang ingin belajar. Kalau mau berbincang dan bersenda gurau dengan teman boleh, tetapi kenapa harus mengganggu orang lain yang mau belajar? Intinya, menurut Eve teman-temannya egois.
Berlarian atau bermain kejar-kejaran juga tidak salah, kalau memang sedang waktunya olahraga atau sedang bermain di luar ruangan. Malah anak yang gemar berlari itu tandanya dia sehat dan aktif. Tetapi kalau melihat banyak orang berlarian di koridor yang sempit atau di dalam kelas, rasanya membuat dada sesak saja. Apalagi kalau mereka menabrak orang dengan kecepatan tinggi begitu, tentunya bisa melukai diri sendiri dan juga orang lain.
Eve ingat ada kartu catatan peminjaman yang selalu menempel di dalam sampul belakang setiap buku yang ia pinjam. Di sana ia bisa menemukan catatan perjalanan sang buku dari masa ke masa. Eve sangat bersyukur bisa menemukan sahabat terbaiknya, Rere, melalui catatan peminjaman salah satu buku yang ia baca di perpustakaan. Jadi kalau ingat perpustakaan, Eve pasti ingat Rere.
Eve yang mulanya penyendiri, bertemu dengan Rere yang lebih supel dan banyak bergaul lewat sebuah cara yang unik. Ceritanya seperti ini, di salah satu buku yang Eve baca, terselip sebuah kertas ulangan milik seseorang yang bernama Reffa, mungkin tidak sengaja tertinggal saat murid yang bernama Reffa meminjam buku ini. Eve tidak kenal siapa Reffa, maka ia memutuskan untuk menyerahkan kertas ulangan itu ke Bu Anne, yang menurut Eve sangat dapat diandalkan.
”Makasih ya Eve, saya sangat menghargai upaya kamu. Saya pastikan kertas ulangan ini akan segera kembali ke pemiliknya,” ujar Bu Anne sambil tersenyum. Eve membalas senyum Bu Anne.
Seorang gadis tomboi tiba-tiba berdiri di sebelah Eve dan berkata dengan nada suara yang sangat bersemangat, “Bu, aku mau kembaliin buku ini.”
Gadis yang kelihatannya bersahabat itu melihat ke arah Eve, lalu tiba-tiba menyapa, “Hai!”
“Oh... Hai,” balas Eve dengan nada canggung dan mimik muka tegang, lantaran ia kaget dengan sapaan ramah dari orang tak dikenal.
“Re, kebetulan banget, ada kertas ulanganmu yang terselip di buku yang pernah kamu pinjam. Ini,” Bu Anne menyodorkan kertas ulangan tadi kepada gadis itu.
“Wah, pantes aku ngga nemuin kertas itu setelah mencarinya kemana-mana. Kemarin lusa aku emang ngembaliin buku itu. Makasih banyak Bu Anne!” seru gadis itu kegirangan.
“Sama-sama Re, tapi sebenernya Eve yang menemukan kertas ulanganmu, itu dia gadis manis di sebelah kamu.”