Writing is My First Love

d Curly Author
Chapter #3

Sebuah Kesempatan

Eve, anak yang sangat biasa dan tidak supel ini, ternyata telah mengikuti banyak acara saat SD, sebut saja mulai dari latihan angklung selama tiga tahun berturut-turut hingga ia dan teman-temannya bisa tampil di berbagai acara seni, latihan menari untuk acara sekolah, hingga menjadi petugas pengibar bendera merah putih.

Tentu saja semuanya bukan hasil inisiatif Eve sendiri. Ia hanya menurut saat ditunjuk oleh guru. Padahal Eve tidak merasa punya banyak bakat, apalagi banyak teman. Waktu itu Eve hanya akrab dengan Rere.

Selain mengikuti semua kegiatan tadi, Eve belum punya prestasi apa-apa, namun ia memang tidak mengincar prestasi apapun. Singkatnya ia tidak punya keinginan. Eve hanya menjalani hari-hari yang biasa dengan biasa-biasa saja. Eve menjalani hari tanpa sadar kalau segala sesuatu terjadi karena kesempatan-kesempatan kecil yang ia ambil maupun lewati setiap harinya. Kesempatannya boleh kecil namun dampaknya bisa jadi besar, sesederhana belajar atau tidak untuk ulangan besok.

Suatu ketika di kelas 4 SD, banyak ulangan dan pekerjaan rumah (PR) yang datang bertubi-tubi. Eve tidak punya waktu untuk berpikir selain mulai mengerjakan semua PR-nya satu demi satu dan belajar untuk lima ulangan tersebut selama lima hari berturut-turut setiap pulang sekolah. Semua dikerjakan dengan otomatis, tanpa sadar hal itu telah membuatnya betah belajar selama seminggu berturut-turut dari sore hingga malam, bahkan saat hari Sabtu ia juga menyempatkan diri untuk belajar. Lama-lama belajar dengan giat menjadi kebiasaannya setiap hari.

Waktu itu Eve rajin belajar dengan kemauan sendiri, tanpa dorongan dari orang tua, teman sekelas, sahabat, ataupun gurunya, bahkan mereka sama sekali tidak tahu kalau Eve sedang rajin belajar. Mereka hanya mengetahui kalau jadwal ulangan Eve sedang padat-padatnya. Tujuan Eve belajar hanya satu, yakni supaya pintar. Eve sama sekali tidak mengincar juara apapun.

Eve sangat bangga dengan dirinya yang telah berjuang dengan sepenuh hati untuk belajar. Di kelas 1 sampai 3 SD, Eve sama sekali tidak masuk peringkat sepuluh besar. Namun entah dari mana munculnya keyakinan dan semangat yang menggebu-gebu itu. Eve merasa bisa menjadi pintar seperti teman-temannya yang selalu masuk peringkat tiga besar.

Lihat selengkapnya