“Buku ini benar-benar menggambarkan kondisi pandemi yang sangat mirip dengan apa yang terjadi di Indonesia. Setiap kalimat yang penulis sampaikan mewakili setiap suara dan emosi yang saya rasakan, ketika mengamati respons pemerintah dan masyarakat umum dalam menghadapi pandemi. Terlebih ketika saya—tenaga kesehatan yang aktif menyuarakan promosi kesehatan seputar pandemi—sempat terjangkit COVID-19 dan menjadi penyintas. Bagi saya, buku ini sangat relatable.
“Cara penulis menceritakan kejadian demi kejadian yang ia alami memanggil setiap emosi yang saya pendam selama ini. Kekhawatiran, perasaan greget, kekecewaan, kesedihan, dan putus asa tergambar dengan nyata. Buku ini cocok dibaca oleh kalangan siapa saja karena berisi banyak sekali kisah dari berbagai sisi kehidupan masyarakat dan perjalanan survival penulis dalam melawan pandemi yang naik turun bak rollercoaster.
“Ada banyak sekali hikmah dan pelajaran penting yang dapat diambil dari buku ini tentang arti tanggung jawab, keberanian menyampaikan kebenaran, berbagi beban, ketulusan sikap, ketabahan menghadapi kenyataan terburuk, dan usaha besar untuk bangkit.”
—Ns. Rizal Do (@afrkml), penyintas COVID-19
“Membuka buku harian Fang Fang ketika saya menjalani karantina adalah jenis pengalaman nyata yang belum pernah saya alami sejak membaca 1984 karya George Orwell.”