Wuri: Kutukan Wewe Gombel

Roy Rolland
Chapter #2

Kinanti.

Seperti kebanyakan wartawan, saat kuliah aku bergabung dengan pers mahasiswa. Deni Samiaji, seniorku di pers mahasiswa mengatakan, pertama kita harus membekali diri kita dengan pengetahuan akan hal yang akan yang akan kita tulis.

Aku selalu mengingat ajaran itu hingga sekarang.

Beberapa dekade yang lampau, aku mungkin harus ke perpustakaan atau arsip redaksi media cetak untuk mencari bahan penelitian. Sekarang, di tengah era informasi digital, kita bisa mendapatkan semuanya dengan internet.

Pada hari terakhir sebelum berangkat ke Semarang, aku minta cuti pada redaktur[1] dan pemimpin redaksi[2] tempatku bekerja. Saat mendengar alasanku, kedua atasanku itu langsung memberi izin dan bahkan menawarkan ongkos perjalanan dan biaya liputan dengan catatan aku harus membuat berita feature[3] bersambung untuk halaman depan.

Aku pun menyetujuinya.

Sekarang, aku menghabiskan hariku dengan menjelajah internet di dalam kamar apartemen bersubsidiku yang terletak di kota Tangerang.

Apartemenku adalah apartemen tipe studio seluas 21 meter persegi. Sangat sederhana, namun nyaman untuk pria lajang sepertiku.

Aku membuka artikel media cetak dan bahkan berita TV untuk mencari berita yang berhubungan dengan penculikan anak-anak di Semarang pada Bulan Oktober 2003.

Dalam waktu beberapa jam, aku sudah melahap semuanya. Aku pun merangkumnya, agar lebih mudah dibaca saat aku membutuhkan bagian-bagian tertentu yang penting.

Seluruh korban penculikan Wuri berjumlah tiga belas orang. Saat membaca itu, aku berpikir.

Kenapa 13? Apa yang aku tahu soal angka 13?

Menurut matematika, 13 adalah bilangan asli atau bulat positif yang bukan 0.

Menurut ilmu kimia. 13 adalah nomor unsur kimia aluminium atau al.

Jumlah sendi dalam tubuh manusia adalah 13.

Dalam kartu tarot, 13 adalah simbol kematian.

Apa lagi?

Aku harus menggali lebih dalam.

Lihat selengkapnya