“Tujuan kita ke mana?” Tanya Marcia dengan berteriak agar mengalahkan deru angin. “Apa kau yakin kita masih sempat?”
“Mungkin tidak.” Aku mengeraskan geraham. “Tujuan kita pergi ke Barusari.”
“Di mana?”
“Barusari ....” Aku mengerutkan kening. “Letaknya tidak begitu jauh dari kawasan Tugu Muda.”
“Itu sih jauh …, aku tidak yakin kita sempat.” Marcia mendesah.
“Aku tahu.” Aku menambah laju motor yang kukendarai. Sekilas aku menengok ke langit yang memerah. “Ibumu mengatakan, kalau warna senja di atas kepala kita sudah merah, berarti kita sudah terlambat.”
“Tapi saat ini senja sudah merah. Malah, aku tidak pernah melihatnya semerah ini. Apa ini wajar?”
Tidak wajar. Seumur hidupku, aku baru sekali melihat senja semerah sekarang, yaitu saat aku diculik oleh setan itu.
Hari sudah malam saat kami memasuki kawasan Barusari. Aku menghentikan motor. Kami tidak bisa lewat, karena ada keramaian di jalan yang ada di hadapanku.
“Tunggu di sini.” Aku turun dari motor dan berjalan mendekati keramaian.
Sulit bagiku untuk menerobos kerumunan orang dan suara riuh dari orang yang mengobrol begitu memekakkan telinga. Di depan sebuah rumah berpagar putih, aku melihat sebuah mobil patroli dan ambulans. Dari dalam rumah, aku melihat seorang ibu muda yang pingsan ditandu oleh dua orang petugas ambulans.
“Ada apa, Pak? Tanyaku pada seorang pria paruh baya bertubuh tinggi besar yang ada di sebelahku. “Ramai sekali.”
“Baru saja ada penculikan.” Jawabnya setelah mengambil napas panjang. “Korbannya putra ibu itu?”
“Rizky?” Refleks aku berkata.
“Iya, adik mengenalnya?”
“Iya.” Jawabku pendek seraya ikut menepi untuk memberi jalan pada ambulans.
“Kasihan Ibu Mala.” Kata Bapak itu prihatin. “Baru awal tahun ini pernikahannya bermasalah dan sekarang, putranya menjadi korban penculikan.”
“Apa itu sudah pasti?”
“Maksudnya?”
“Rizky jadi korban penculikan.” Aku menunjuk ke arah mobil patroli.
“Ada saksi mata yang melihat pelakunya.” Terang si Bapak. “Pelakunya perempuan tua. Tubuh tinggi kurus. Rambutnya panjang hingga pinggang dan beruban seluruhnya.”
“Ada yang melihat ke mana pelaku pergi?”
“Yang pasti dia tidak lewat jalan sini.” Bapak itu menunjuk ke arah rumah. “Terakhir kali, warga melihatnya menyelinap ke halaman belakang rumah dan pelaku lenyap begitu saja. Kami menduga, dia bersembunyi di dalam rumah Ibu Mala, tapi saat warga menggeledah ke dalam, kami tidak menemukan apa-apa. Ibu Mala pingsan saat sadar putranya hilang tanpa jejak.”
“Bagaimana dengan Rizky? Maksudku, saat warga mengejar apakah dia terlihat atau ....”