Wuri: Kutukan Wewe Gombel

Roy Rolland
Chapter #18

Lawang Sewu - Portal Menuju Alam Ghaib.

Lawang Sewu adalah sebuah gedung bersejarah yang selesai dibangun pada tahun 1907. Namanya memiliki seribu pintu. Letaknya di bundaran Tugu Muda yang dulu disebut Wilhelminaplein. Pada masanya, Lawang Sewu berfungsi sebagai kantor Nederlans-Indische Spoorweg Maatschaapij atau NIS, yang merupakan perusahaan kereta api.

Ketika Jepang masuk ke Indonesia, Lawang Sewu berubah fungsi menjadi penjara. Konon para tahanannya, menjadi korban kekejaman tentara Jepang pada masa itu.

Itu adalah cerita dan sejarah resminya. Seiring tahun berganti, terdengar cerita-cerita mengerikan yang berhubungan Lawang Sewu. Tentu saja, semuanya berkaitan dengan sesuatu yang berbau mistik dan ghaib.

Banyak saksi yang mengatakan lawang Sewu adalah tempat berkumpulnya mahluk-mahluk halus. Bahkan ada beberapa lokasi yang konon terkenal paling angker. Di antaranya adalah, penampakan di pintu yang berada sebelum menuju ke ruang utama. Para penjaga dan pengunjung banyak yang mengaku melihat pocong bermuka rusak, tangan hitam raksasa dan bahkan bayangan putih menembus tembok.

Selain itu ada, sumur tua yang terletak di belakang gedung. Walau mulut sumur itu sudah puluhan tahun terkunci, kita bisa mendengar suara tangisan, kesakitan dan teriakan minta tolong dari dalamnya.

Pada ruangan bawah tanah yang pernah berfungsi sebagai penjara, sering tercium aroma anyir darah segar. Selain itu ada sebuah lorong yang dikenal dengan sebutan kolong hantu. Menurut cerita, bila kita berjongkok dilorong itu, maka kita bisa melihat hantu menyeramkan yang mendekati kita dengan cara merangkak.

Itu hanya sebagian kisah yang menyelimuti misteri di Lawang Sewu.

Saat di SMP, aku pernah study tour ke sana. Saat itu aku tidak habis pikir, kenapa gedung itu dinamakan seribu pintu. Jumlahnya pintunya memang banyak, tetapi hanya sekitar 429 buah. Bagaimana aku bisa tahu? Jawabannya gampang, aku menghitungnya sendiri.

Tapi sekarang, setelah lebih dari sepuluh tahun berlalu, aku tahu jawabannya.

Gedung ini dinamakan Lawang Sewu, karena setiap pintu yang ada di gedung itu bisa menjadi portal menuju ke banyak tempat. Beginilah cara wewe gombel beraksi dan menculik korbannya. Inilah sebabnya kita sangat kesulitan mencari anak yang hilang, karena si korban sudah di bawa ke tempat lain. Terkadang di bawa begitu jauh hingga bukan di alam manusia lagi.

Aku melihat ke sekelilingku. Lawang Sewu berada di seberang jalan yang sepi.

Sepi?

Apa ini mungkin?

Masih dipenuhi tanda tanya, aku memarkir motor dan berlari kecil menuju ke Lawang Sewu. Pintu gerbangnya terbuka, namun aku tidak melihat siapa-siapa? Di mana para penjaga malam? Di mana motor atau mobil yang seharusnya banyak melintas di depannya? Apa aku masih berada di alam manusia?

Aku tidak ada waktu untuk memikirkan semua itu. Aku harus masuk ke dalam, menyelamatkan Marcia dan anak-anak yang diculik.

Dengan segera aku kecewa. Pintunya terkunci. Bagaimana aku bisa ….

Krekeekkk ….

Pintunya terbuka sendiri. Pertanyaan akan siapa yang membukanya langsung lenyap ketika aku melihat Kinanti berdiri di balik pintu. Dengan tangannya dia memberi tanda agar aku masuk dan mengikutinya.

Aku pun menyalakan senterku. Berdiri di batas pintu. Menarik napas panjang dan masuk ke dalam dengan menyebut nama Allah.

Hanya satu yang kurasakan saat masuk ke dalam gedung menakutkan ini. Aku merinding. Jantungku terasa tidak enak dan telingaku seakan mendengar irama aneh. Seperti musik, namun memiliki nada yang tidak wajar.

Inikah bunyi yang terdengar di alam ghaib?

Petir menggelegar.

Petir yang memberi kilatan cahaya di dalam ruangan yang gelap itu, telah memperlihatkan sesuatu yang membuatku nyaris pingsan. Aku melihat banyak sosok di sekitarku. Mereka menyembunyikan diri mereka di balik bayangan dan di balik pintu yang sedikit terbuka. Ada sosok gadis Belanda yang mengenakan gaun kuno. Tentara yang berkeliaran tanpa kepala dan bahkan sosok perempuan cantik berkulit pucat dengan rambut hitam panjang dan gaun putih yang terseret di lantai.

Kuntilanak …!

“Jangan melihat mereka.” Kinanti memegang erat tanganku. Tangannya dingin dan terasa lengket oleh darah. “Mereka tidak akan mengganggumu kalau kau mengabaikan mereka.”

Lihat selengkapnya