Mella terkejut sekaligus tertegun. Tubuhnya tiba – tiba kaku. Jantungnya kembali berhenti beberapa detik, lalu berdetak kencang dengan tempo tak menentu. Dadanya naik turun. Matanya berusaha membendung air mata yang tiba – tiba ingin keluar. Mulutnya tak bisa berkata – kata. Dan mawar yang dipegang Mella terjatuh ke atas tanah.
“Ke.. kenapa?” Mella masih gagap. Dia tak pernah berpikir Wira akan berbicara seperti itu. ucapan Wira benar – benar mematahkan hati Mella yang awalnya begitu senang tiba – tiba berubah sedih, bagaikan terbang ke atas begitu jauh, dan terjatuh secara tiba – tiba.
Wira meraih telapak tangan Mella yang terasa dingin, dan kaku. Memegangnya erat dengan alis yang hampir menyatu. “Maafkan aku Mel, sejak berpacaran denganmu, namaku tercemar karena gosip yang selalu memburukkan namamu, dan juga namaku. Aku tidak ingin namaku ikut jelek di kalangan mahasiswa. Kau tau kan aku adalah geng basket fakultas ekonomi, dan bisnis yang banyak digemari.”
Mendengar alasan Wira yang menunjukkan kalau dirinya memang tidak mencintai Mella dengan cinta sejati, dan mendengar alasannya yang lebih mementingkan nama, Mella langsung menarik kembali telapak tangannya. Bola matanya membulat dengan air mata yang hendak berlinang, namun masih berhasil dibendung oleh Mella. Giginya merapat bersamaan dengan bibirnya. Mella sedih. Mella marah. Tak pernah terpikir oleh Mella kalau Wira ternyata hanya mencintainya dengan cinta palsu. Cinta yang hanya memandang fisik.
“Kalau kau memang ingin memutus hubungan kita, kenapa tidak kau lakukan dari tadi, saat kita bertemu?! Kenapa harus saat ini, di saat aku lagi bahagia – bahagianya karena kau memberiku kejutan?!! Kenapa kau membawaku ke atas langit yang begitu tinggi lalu menjatuhkanku secara tiba – tiba?!! Kenapa?! Kenapa Wira?!” teriak Mella penuh penekanan kemudian tangisnya pecah saat itu. Tangannya mengepal di kedua sisi tubuhnya. Matanya tak lagi bisa membendung air mata yang sudah penuh itu. Kini air mata Mella bercucuran bersama dengan kesedihannya.
“Bukannya kau tahu kalau aku adalah bahan gosip buruk para penggosip di web.gosip? Dan kau sudah tahu kalau namaku telah begitu jelek di kalangan para mahasiswa? Lalu kenapa kau berpacaran denganku Wira?! Kalau akhirnya kau memutuskan hubungan ini dengan alasan takut namamu tercemar, kalau kau memang ingin menaikkan namamu di universitas Absara, kenapa tidak berpacaran dengan rektor saja? Hah?! Hiks hiks.” Kaki Mella tidak kuat lagi berdiri, tapi Mella berusaha memerkuat kakinya itu. Dia pun langsung mengelap air matanya. Mella tidak ingin terlihat lemah dihadapan Wira yang kini menjadi mantan terburuknya.
“Aku menerimanya Wira, walau sebenarnya aku masih mencintaimu. Tapi lupakan, anggap tidak ada cinta lagi di antara kita, karena cinta itu telah pudar. Semoga kau cepat mendapatkan wanita yang lebih baik dariku,” ucap Mella setelah tidak mendengar balasan apapun dari Wira. Wira hanya terpaku diam.
“Kau juga, semoga mendapat laki – laki yang lebih baik dariku,” balas Wira lalu berjalan meninggalkan Mella sendiri di taman itu. Sungguh pria yang jahat. Pria yang hanya mencintai dengan cinta palsu.
Setelah melihat punggung Wira menjauh, Mella menyandarkan tubuhnya ke batang pohon mangga yang tumbuh besar dan rimbun dengan tangannya yang memegang tali ayunan. Rasanya dia ingin menangis sekencang – kencangnya, namun menangis tidak bisa menyembuhkan luka. Mella hanya bisa berdoa semoga tidak mendapatkah kekasih seperti Wira yang hanya mencintai dengan cinta palsu. Anggapan Mella kalau Wira adalah seorang pria yang menjadi penyemangatnya, dan salah satu pria kasta atas yang mau menjalin hubungan dengannya ternyata salah besar.
...o...
“Gue udah putusin Mella,” ucap Wira dengan mudahnya lalu duduk di kursi yang berada di meja kantin kampus fakultas ekonomi, dan bisnis bersama teman satu geng basketnya. Wira hanya akrab dengan Damien, Varo, dan Eza yang merupakan tim basket tetap di kampus fakultas ekonomi, dan bisnis.
“Wih gila lo Wir! Baru satu bulan pacaran sama Mella udah main putus aja,” balas Eza melebarkan kedua matanya.
“Kayak lo nggak tahu Wira aja. Wira itu fucekboy nomor satu se-universitas Absara. Lo tau kan kalau mantan Wira udah genap sepuluh sama Mella,” timpal Damien lalu meminum segelas tehnya.
“Wir, kenapa lo mutusin Mella? Bukannya lo bener – bener cinta sama Mella?” tanya Varo pada Wira yang raut wajahnya terlihat semringah, seakan tidak menghiraukan perasaan Mella.
Pandangan Wira merujuk pada Varo yang bertanya padanya, tapi saat hendak menjawab, Eza lebih dulu membalas pertanyaan Varo.
“Lo nggak lihat gosip yang trending hari ini?” balas Eza menghadap ke arah Varo yang duduk di sebelahnya.
“Nggak, kenapa?” jawab Varo menimbulkan pertanyaan baru.
“Yaelah Ro, lo kudet banget sih.” Eza terkekeh diikuti Wira, dan Damien yang duduk bersebelahan.
Selang beberapa detik mereka terkekeh, mereka kembali diam. Eza pun menanggapi pertanyaan Varo.
“Gosip yang trending hari ini itu tentang Mella yang berkencan dengan Wira kemarin dengan judul ‘Mella, si keturunan kasta penggembala telah melakukan hubungan seks dengan Wira dengan cara memikat Wira menggunakan susuk’ dan itu trending satu hari ini, tentu saja gosip itu membuat Wira sang ketua geng basket terkemuka jadi ikut jelek namanya, walau sebenarnya semua orang tahu kalau Wira kebal terhadap apapun semacam susuk,” jelas Eza lalu menyeruput jus jambu bijinya melalui sedotan.
“Betul itu, dari awal berpacaran dengan Mella pun, Wira mulai menjadi selebriti gosip buruk juga. Lama kelamaan nama Wira akan jelek seperti Mella, dan Wira tidak ingin namanya jelek,” timpal Damien.
“Jadi Wira mutusin Mella cuma gara – gara gosip yang trending itu yang sudah jelas menyimpang dari realitanya, dan juga demi menjaga nama sebagai ketua geng basket fakultas ekonomi, dan bisnis yang terkemuka?” heran Varo dengan penjelasan dari Eza, dan Damien.
“Sip, betul,” jawab Wira.
“Parah lo Wir, gue nggak habis pikir, bagaimana perasaan Mella sekarang.” Varo menggelengkan kepalanya.