XOXO (Conspiracy & Song)

Tiwul
Chapter #1

ACT 1,

 Di sebuah restoran yang cukup mahal, seorang gadis sedang menikmati makanan mewah yang sudah lama dia tidak nikmati. Gadis itu berfokus pada tiap-tiap hidangan yang dia pesan. Ruangan restoran ini sangat privet hanya beberapa orang yang bisa membooking rungan ini, dan biasanya ruangan ini digunakan para pejabat ketika sedang rapat atau acara. Tak berselang lama, suara pintu di buka, seorang wanita berusia hampir setengah abad datang meneteng tas hermes kesayanganya, wanita itu berjalan anggung menghampiri gadis itu. Si wanita tua itu mengecup kepala anak gadis itu.

“Nic, kamu kelaperan ya?” katanya.

Pertanyaan itu tidak digubris dan dia hanya terdiam, saat wanita tua itu melangkah dan akan mengecup kepalanya Nicole menghindar. Wanita itu duduk di hadapan Nicole yang masih menikmati hidangan. Terlihat ada semangkuk ramen dan tas Dior di atas meja, dia bisa menebak ada anak satunya lagi disana.

“Shani dimana? Mama telpon gak dijawab sama dia” pinta wanita itu.

Wanita setangah abad itu bernama Maharani, seorang pengacara yang cukup terkenal di Indonesia, beliau sudah memenangkan beberapa sidang seperti kasus perceraian, penipuan, dan investasi bodong. Wajahnya terkadang wira-wiri dilayar kaca bersama para artis yang sedang mengahadapi perceraian. Gadis di depanya itu bernama Nicole Xanno, putri kedua sekaligus anak bungsunya, berprofesi sebagai seorang jurnalis.

“Hai Ma, tadi aku di tolilet Mama udah pesen?” suara dari arah pintu itu membuat mereka yang sibuk di meja makan itu menoleh. Dia adalah Shani Brown, seorang penyanyi solo terkenal Indonesia, memiliki banyak followers, cantik, dermawan, dan juga prefectiones.

“Udah ngobrolin apa aja De sama Mama?” mendengar itu Nicole masih terdiam, Shani melirik ke arah ibu dan anak itu bergantian.

“Kalian kapan sih mau baikanya, udah 8 tahun masih mau diem-dieman aja? Apa aku harus mati dulu baru kalian mau baikan” Ucap Shani.

Shani duduk dengan perasaan sedikit kesal, namun Mamanya mengajak Shani membahas perihal tas mewah yang baru saja dia beli, sebuah tas berwarna hitam dari brend ternama DIOR. Ibu dan anak itu sengat seru saat membicarakan brend-brend tas yang mereka miliki, sedangkan Nichols ini tengah sibuk menikmati makananya.

Makanan Maharani datang,Shani melanjutkan makan setelah Maharani menerima hidanganya dan  mereka mulai menikmati makanan ini. Nicole menikmati jejeran makanan Jepang di meja, jujur saja sudah lama dia tidak makan makanan mewah seperti ini, sejak SMA dia sudah tinggal jauh dari orangtuanya, namun sebuah notifikasi muncul dari handponenya. Terlihat pop up whatsapp dari Marlo yang memintanya untuk segera datang ke kantor karna Pak Galang memcarinya. Dia kaget sekaligus terkejut karna jarang sekali dia langsung di tegur oleh direktur media. Nichol biasa dia siapa bergegas membereskan berang-barangnya dan memasukannya ke dalam tas.

“De, mau kemana?” tanya Shani

“Dicariin Mas Galang”

“Makananya kan belum abis, atau nanti aku pesenin take away buat di kosan”

“Gak usah Kak, nanti makan di kantin sama Marlo”

“Ya udah hati-hati ya jangan lupa kabarin Mama kalo ada apa-apa”

Nicole tetap tidak merespon, kemudian dia berlari keluar ruangan itu sambil tergesa-gesa. Di dalam ruangan ini suasana berubah drastis, dari kehangatan menjadi canggung. Suara sumpit stenlis beradu dengan piringan itu mengalun, tatapan mata Maharani berubah tajam menatap Shani.

“Kapan kamu mau publis hubunganya, itu anak kasihan loh dituduh sebagai gay di media-media lain”

“Ma.. bisa gak kita gak usah ngomongin dia dulu”

“Mama hanya gak enak aja sama keluarganya, kamu tahu kan Mama ini salah satu pengacara pribadi mereka, katanya kamu cinta-”

“Ma.. Maaf aku potong, tapi aku gak nyaman dengan Mama ngebahas dia karna aku ke sini buat ketemu Mama”

Maharani melanjutkan makan dan mengembalikan ke topik lainya.

*****

Di kantor redaksi Karya Putra, Nicole tergesa-gesa masuk ke lift yang akan membawanya ke lantai para petinggi. Marlo berpesan pada Nicole untuk berhati-hati karna dia mendengar bahwa Galang sangat pemarah dan tegas. Matanya menatap seperti elang yang sedang menincar mangsa, tubuhnya tegap cara duduknya seperti singa rimba. Ini adalah kali pertama dia bertemu direktur itu, karna Galang baru saja di pindahkan ke kantor itu beberapa bulan lalu. Pintu lift terbuka Nicole berjalan menuju meja resepsionis dan meminta bantuan mengantarkan dirinya ke ruangan Galang.

Seorang wanita muda berusia 20 tahunan itu mengantar Nicole menuju ruangan Galang. Wanita itu membuka pintu ruangan Galang dan mempersilahkan Nicole masuk, Galang duduk bersama Clara selaku pemimpin redaksi disana. Nicole saat itu tidak mau menatap mata Galang yang terkesan sedang marah padanya. berdiri menghampiri Nicole, Galang meminta wanita itu pergi bersama Clara dan mempersilahkan Nicole duduk di sofa ruanganya.

“Jadi kamu Nicole Xanno? Saya sudah lihat documenter kamu di Youtube yang kamu buat tentang efek bongkar muat batu bara. Tapi bukanya kamu di devisi entertament ya? Sepertinya kamu sedang bersenang-senang saat bekerja di lapangan.”

“Saya buat documenter itu disela-sela libur saya, jadi gak menganggu kerjaan saya di lapangan”

“Gini ya Nicole, saya tahu ini bukan bagian dari tugas kamu, efeknya juga bagus untuk masyarakat, netizen juga banyak mengapresiasi video kamu. Tapi akibat video kamu itu kantor kita yang somasi sama perusahan batu bara itu, karna mereka lihat kamu sebagai karyawan dari perusahan ini. Saya Gak bisa maafin kamu lagi. Saya akan kasih kamu SP 2 dan kamu saya Skors sampe 2 minggu kedepan”

“Tapi Mas, saya bikin itu karna saya sudah lihat warga disana, mereka mengalami beberapa pernyakit saluran pernapasan, anak-anak disana juga terganggu dalam belajar di sekolah dan-“

“Nicole! Kamu masih mau kerja disini atau tidak?” kata Galang dengan tatapan elangnya.

“kalau kamu tidak mau ikut aturan saya silahkan saja ajukan surat rigsain kamu” lanjutnya.

“Maaf Mas” kata Nicole sambil menundukan kepala.

“Oke saya anggap kamu sudah paham, silahkan keluar dari ruangan saya dan kembali bekerja”

“Baik Mas permisi”

Nicole keluar dari ruangan Galang dengan muka kesal. Dia seorang jurnalis bukan kriminal, dia hanya menginfokan apa yang terjadi, kenapa dia disalahkan? Jelas itu kesalahan perusahaan batu bara itu yang tidak mengikuti sesaui dengan SOP yang ada. Nicole masuk ke lift dan turun ke lantai tempat dia bekerja.

Diruangan Galang, dia menelpon seorang yang sangat dia takuti, Ayahnya. Galang seorang anak tunggal dari pemilik Putra Group, dia sudah menginjak usai 32 tahun, tapi Ayahnya masih belum mempercayainya, segala keputusan harus terlebih dahulu di beritahu, dia tidak boleh mengambil sebuah keputusan tanpa Ayahnya tahu. Galang menelpone ayahnya berkali-kali sampai pada panggilan ke tiga baru diangkat.

“Ayah aku udah melakukan apa yang Ayah mau”

“Bagus, kalo anak itu berulah dan merugikan kita lagi kamu harus kasih tahu Ayah, nanti Ayah yang turun tangan”

“Ayah tenang aja nanti biar aku yang atas-“ panggilan diputuskan sepihak oleh pak Hendrawan.

Galang membanting ponselnya ke sofa, dia berjalan ke kaca besar dan menatap dirinya lekat-lekat. Rahangnya mengeras, matanya merah penuh amarah, dia berjalan ke kaca tersebut lalu menonjok kacanya sampai pecah.

Diruangan jurnalis entertament, Nicole sedang menatap layar komputernya yang mati, Marlo yang baru datang dari kantin bawah membawakan Nicole segelas ice Americano no sugar dan menaruhnya di meja Nicole. Marlo menarik kursi dan duduk di sebelah Nicole, Marlo menanyakan apa yang terjadi saat Nicole bertemu dengan direktur itu. Nicole menceritakan semuanya. Tujuan Nicole berada company itu adalah bisa menjadi jurnalis news, dia berharap bisa seperti Najwa salah satu jurnalis panutanya, namun apalah daya dia sudah lama bekerja di Karya Putra dia menikmatin segala prosesnya, walaupun terkadang itu bertentangan dengan perinsipnya. Kini keinginnya berubah lebih jauh dia ingin sekali membangun company medianya sendiri. Marlo menepuk bahu Nicole untuk menyemangatinya. Beberapa menit setelahnya seorang produser mengahampiri mereka, selain mencari narasumber tekadang mereka juga menjadi creative untuk beberapa program media.

“Marlo nanti kamu ikut meeting ya kita mau bikin talk show buat youtube”

“Iya Mba Clara, jam berapa mba?”

“Jam 4, siap-siap aja lue cari list narasumber yang lagi ada projek deket-deket ini, lue cari reverensi desain interior buat talk show jangan terlalu rame jangan terlalu sepi juga”

“Oke mba”

“Rencana lue apa 2 minggu kedepan?” tanya Marlo

“Gak tahu gue, jadi asistenya Shani aja kali ya”

“Ya gue sih setuju-setuju aja. Ya udah gue tinggal dulu mau cari referensi buat talk show youtube. Udah, jangan cemberut lagi udah gue kasih Americano kan”

Marlo lalu pergi meninggalkan meja Nicole, hari ini dia bekerja tidak full sehari dan dia bersiap untuk pulang ke kosanya.

*****

Sore ini Shani tidak ada kegiatan apapun dia berada di studio mininya. Shani tinggal di sebuah apartemen yang ada di Jakarta, ada 3 kamar disana. Satu kamar dia jadikan studio mini dan dia memasang peredam suara full di ruangan itu. Disana banyak terdapat beberapa alat musik seperti drum, bass, dan piano serta alat mixing. Diruangan itu Shani sering menghabiskan waktu untuk membuat lagu, menghilangkan stress dengan memainkan beberapa alat musik, serta bersantai untuk mendengarkan musik favoritnya. Shani merupakan seorang musisi Indonesia yang pernah berlajar di Nanyang Academy of Fine Arts, dan menerima beasiswa untuk melanjutkan di the Royal College of Music. Saat kuliah Shani mengambil jurusan music clasik, namun saat awal-awal karirnya dia mengubah sedikit dengan mengambil gendre pop.

Awal karir Shani mendapat pengahargaan sebagai composer of the year dari MAMA, dan itu semakin melejitkan namanya di kancah musik Asia. Shani sangat menyukai lagu-lagu klasik, setiap hari dia akan mendengarkan lagu-lagu klasik untuk mengawali harinya. Tak jarang juga dia menyanikan lagu-lagu itu. Sejak sekolah di Singapur Shani sudah belajar mandiri, dia hanya di berikan uang tiket ke Singapura oleh Mamanya, tidak ada uang jajan, uang apartemen, atau apapun bahkan dia tidak diberitahu kalau ada kerabatnya yang tinggal di sana. Sejak kecil Shani dan Nicole di ajarkan mandiri, sesimpel pulang pergi ke sekolah mereka di biasakan untuk jalan ke sekolah sendiri naik angkot atau jalan kaki. Untuk memenuhi hidupnya di Singapur dan London Shani bekerja dari mulai bekerja sebagai pelayan restoran, penyanyi caffe, bahkan guru les vocal.

Shani mulai memainkan tuts di pianonya, sudah hampir setengah jam dia disana, sebuah notifikasi mucul dari handponenya. Terlihat sebuah pesan dari pacarnya yang mengajakanya bertemu untuk makan malam. Shani membalas pesan itu, dia tidak bisa bertemu dengan sang pacar karna dia akan mempersiapkan lagu baru untuk konsernya akhir tahun ini. Sepertinya sang pacar kecewa dengan balasan Shani, karna dia langsung menelpon Shani dan memohon-mohon agar Shani datang. Mereka sudah satu tahun pacaran, usia pacarnya juga lebih tua dari Shani, namun sikap ke kanak-kanakan justru terpancar dari pacarnya itu, bukan Shani, dan itu membuat Shani ragu untuk melanjutkan jenjang yang lebih serius dengan dia.

*****

Hari ini Nicole pulang cepat, namun sore harinya dia terpaksa menemani Marlo pergi berbelanja kebutuhan kiseki kucingnya mau mengantarnya pulang. Marlo tinggal di apartemen deket kosanya. Mereka berdua masuk ke dalam mobil Marlo. Setelah keluar dari parkiran gedung Nicole dan Marlo mulai berbincang mengenai pekerjaan serta masalah-masalah percintaan mereka berdua. Marlo yang cupu padahal badanya penuh tato selalu mejadi bahan bercandaan Nicole.

“Itu bos kenapa ya mau negur lue gitu banget?”

“Gak tahu gue juga. Enakan waktu jamanya Mas Guntur gak sih? Kita tuh lebih bebas gitu”

“Iya lagian gue juga heran deh belum pernah kerja sekalinya kerja jadi direktur?”

“Anaknya yang punya company Lo. Makanya abis dari S3 langsung ke direktur”

“Eh ya besok lue jadi dateng ke mba Wulan buat tanya jadwal Kakak lue kan?”

“Iya, jadi tapi ada bayaranya ya, jangan bilang infonya dari gue apalagi mereka tahu kalo gue adeknya Shani?”

“Iya tenang aja soal bayaran, tapi kalo soal hubungan lue sama Shani lama-lama media bakal tahu juga Nic, nama belakang kalian kan sama ya pasti orang-orang bakal curiga, apalagi nama belakang kalian kan bukan marga mainstream”

“Iyalah itu nama dari bokap. Lue mesti pastiin info itu jangan sampe bocor ya kalo gue ini adeknya Shani”

“Santai aja bro, Marlo gak bakal bocorin”

“Eh,, si Rany gimana?”

Marlo hanya terdiam fokus menyetir, Nicole yang seakan tahu apa yang terjadi langsung memukul lengan Marlo.

“Anjir gak lue kontek juga?, hahh Malro cupu”

“Yeehh kan gue gak pernah diajarin cara deketin cewe”

“Malu Lo ama tato”

Tak menunggu lama Nicole sampai di depan gerbang kosanya. Dia turun dari mobil memberi salam goodbye pada Marlo lalu masuk ke dalam.

 

*****

Malam ini Shani tangah bersiap untuk tidur saat diruang musik tak terasa jika malam sudah larut dan kini hampir jam 12 malam, dia mengenakan piyama tidurnya selesai dari menggunakan skincare mahalnya Shani merebahkan diri ke kasur empuknya. Dalam tidur lelapnya tiba-tiba mulutnya di bekap oleh seseorang matanya ditutup sehingga pandanganya kabur kemudian gelap seketika. Samar-samar Shani seperti ditarik turun. Dia merasakan dirinya dudukan Shani di single sofa yang ada di sana, tak berapa lama kemudian tangannya serasa disuntik sampai akhirnya dia merasa lemas dan tidak sadarkan diri. Entah sudah berapa lama Shani tidak sadar diri dan lama kelamaan dia tersadar namun belum sepenuhnya, dia sadar jika dia sudah tidak berada di kamarnya lagi, matanya sudah dibuka samar-samar dia melihat seseorang berdiri disisi pintu sembari membelakanginya, orang itu memakai penutup kepala, sosok itu membuka penutup kepala, saat dia mengetahui jika Shani sudah mulai tersadar dia menodongkan pistol ke arah kepala Shani. Shani yang sudah lemas tak berdaya hanya menggelengkan kepala menolak orang itu melakukannya pada Shani. Namun orang itu tetap berjalan kearahnya sampai sebuah letupan tembakan terdengar dari ruangan itu.

*****

Pagi harinya telpon Nicole bordering banyak sekali, ada beberapa panggilan tak terjawab dari Sri asisten rumah tangga Shani. Saat hendak menelpon balik Sri sebuah panggilan masuk dari Wulan manager Shani, Nicole mengangkat telpon itu.

Lihat selengkapnya